Sudah seperti rutinitas, pesta kecil-kecilan akan diadakan setelah project selesai dilaksanakan. Sebenarnya ini hanya alasan bagi Jauzan untuk mengadakan pesta. Mendatangkan DJ terkenal, mengundang semua model dan memesan banyak makanan.
Kali ini pesta diadakan di halaman belakang rumah Elan. Meja-meja bundar tersebar dengan berbagai macam kue dan minuman di atasnya. Pesta itu tidak begitu formal, orang-orang hanya menyapa sambil lalu kemudian menikmati makanan yang tersaji.
"Mau sampe kapan itu duo cecunguk betingkah kayak gitu?" Jauzan melirik Elan yang sibuk melamun dengan gelas di tangan.
Tak jauh dari sana, Regio juga melakukan hal yang sama. Sesekali tatapan keduanya akan bertemu untuk kemudian diakhiri dengan saling membuang muka. Persis bocah yang lagi kemusuhan.
Aura Regio dan Elan yang mendung mungkin menakuti para model hingga tidak berani mendekat. Membiarkan keduanya saling memberi tatap membunuh. Yang justru terlihat menyedihkan karena sisa-sisa lebam masih setia menghiasi wajah Elan.
"Biarin aja lah, kayak liat hal baru aja." sahut Abby seraya mencomot kue di atas meja. "Dari dulu mereka emang begitu 'kan?"
"Gue tuh bikin ini pesta biar mereka bisa baikan, cok." Jauzan mulai emosional. "Dikumpulin malah saling mojok kayak mau dijodohin paksa."
Setelah kejadian saling tonjok beberapa waktu lalu, Regio dan Elan masih bersikap profesional melakoni pekerjaannya. Hanya saja, interaksi mereka kian terbatas. Jika tidak sangat terdesak, mereka enggan berpapasan apalagi terlibat percakapan.
Hadirnya pesta kecil-kecilan ini juga sekaligus pertanda bahwa project tunggal Mike berjalan sukses. Yang mana berarti objek yang mereka tengkarkan—yakni Katisha—sudah habis kontrak dengan J'Skies.
Jauzan tidak bisa membayangkan bagaimana jika Katisha masih berkeliaran di sekitar mereka. Mungkin akan ada pukul-pukulan putaran kedua. Jauzan tidak yakin Elan masih bisa bernapas kalau hal itu benar terjadi. Ia terlalu ngeri membayangkannya.
"Siapa yang mau dijodohin paksa?" celetuk seseorang bergabung di meja mereka. Cowok berpotongan rambut mullet itu duduk di kursi kosong sebelah Abby.
"Eh elo, Bang." Abby melakukan tos ala-ala bro yang disambut dengan hangat. "Kapan balik dari Aussie?"
"Dua bulan lalu." Cowok itu bertosria juga dengan Jauzan. "Beruntung banget nih gue dateng pas lagi ada party-party gini."
"Kok baru keliatan sekarang, Bang?" tanya Jauzan.
"Biasalah sok sibuk." Lentera nyengir. Ia sudah menyelesaikan studinya dua bulan lalu dan memutuskan untuk menetap dan memulai karir di tanah kelahirannya. Selain itu, ia juga sudah kangen berat merecoki Elan. Hanya mengingatnya saja sudah membuat Tera girang.
"Oh iya, bicara-bicara si cadel ke mana? Gue cariin dari sabang sampe merauke, tak ada pun keliatan itu batang hidungnya." Tera tertegun sebentar. "Lah kok logat gue berubah jadi batak begini sih bjirr." Lalu cowok itu tertawa.
Abby sama Jauzan hanya mengerjap melihat kelakuan ajaib Tera. Selama ini, cowok itu memang dikenal sebagai manusia kurang waras alias agak sinting. Ada saja tingkahnya yang bikin geleng kepala. Contohnya ya kayak barusan itu. Tapi ya sudahlah, selama nggak ganggu ternak warga masih dimaklumi.
"Kalo lo cari si cadel, noh lagi mojok orangnya." tunjuk Abby ke arah Elan.
Tera mengikuti ke mana telunjuk Abby mengarah. Matanya membingkai sosok Elan yang tengah berpangku dagu menatap sebuah lukisan tembok di depannya. Tangannya tidak berhenti menegukkan cairan berwarna merah pekat dalam gelas ke mulutnya.
"Sebelum lo tanya tuh anak kenapa, lo liat di seberang." Tera berpaling, menemukan sosok cowok yang keadaannya tidak jauh berbeda dengan Elan. Sama-sama berwajah murung seakan tidak ada tenaga dan semangat untuk melanjutkan hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cadel's Love Journey ✔
RomanceDemi memusnahkan gosip miring mengenai dirinya yang disangka hombreng alias homo, Elan rela menjalin hubungan pura-pura dengan Youtuber gila bernama Ghea. "Om, saya hamil!" "Muatamu!" • • • November 2022. ©ifiraptr.