30 | gegana

454 97 121
                                    

Sudah hampir lima kali Elan mendapat teguran dari Abby karena keteledorannya menyiapkan set. Lampu-lampu ditata tidak sesuai tempatnya, beberapa properti yang tidak padu-padan, belum lagi Elan hampir tersandung langkahnya sendiri.

Abby bilang, Elan bertingkah aneh dan tidak seperti biasanya. Hal ini dikarenakan pikirannya sedang mumet, mbulet, dan kusut layaknya ada benang serabutan di kepalanya. Tentu saja penyebab utamanya adalah sikap Ghea yang akhir-akhir ini sering mengabaikannya.

Elan tidak tahu apa alasan di balik pengabaian Ghea terhadapnya. Cewek itu selalu menghindarinya setiap kali mereka bertemu.

Padahal baru saja Elan membulatkan tekad untuk mengungkapkan perasaannya kepada gadis itu. Tetapi usahanya selalu digagalkan karena Ghea sama sekali tidak sudi menaruh perhatian kepadanya.

Entah sejak kapan bermula, perasaan Elan terhadap gadis itu semakin menggebu-gebu. Apalagi ketika Jauzan mengomporinya, bilang kalau cowok-cowok di sekolah Ghea banyak mengincar gadis itu. Tidak peduli bahwa mereka tau jika Ghea sudah berpawang.

Informasi eksklusif itu Jauzan dapatkan dari informan terpercaya, ya siapa lagi kalau bukan Lavender. Elan perhatikan, Jauzan makin gencar saja merayu gadis SMA itu. Yah apapun itu lah, Elan tidak peduli.

Yang terpenting sekarang adalah rasa gundah gulananya ini, Ghea harus bertanggung jawab untuk itu. Elan jadi tidak fokus bekerja, perasaannya terlalu gelisah memikirkan ucapan Abby yang makin membuatnya takut.

"Tiati kasus Ranya keulang part dua di Ghea. Siapa tau tuh cewek udah diembat cowok lain tapi lo nggak tau. Gue mampusin aja sih, kalo lo masih pertahanin gengsi segede tompel lo itu."

Nah kalimat kampret itu berhasil mengusik Elan di segala kesempatan. Elan jadi gegana alias gelisah galau merana dibuatnya.

"Hoi!"

Sentakan cukup keras itu lekas membuyarkan lamunan Elan. Di balik tripod kameranya, Jauzan menggerutu pelan kepadanya.

"Kayanya Kat masih sedikit kaku. Lo coba bantu kasih arahan deh."

Elan memandangi sejenak sosok gadis yang duduk di tengah set dengan beberapa properti di sekitarnya. Dia Katisha Purnachandra, cewek yang digadang-gadang Mike akan membuat majalahnya sukses di pasaran. Hari ini cewek itu melakukan pemotretan pertama sebagai sampel.

Semua orang tengah menatapnya sekarang, termasuk Mike yang datang langsung untuk mengawasi pemotretan hari ini. Karena Elan merasa semua orang yang berada di situ menunggu pergerakannya, akhirnya ia melangkah menghampiri Kat.

"Hai!" Kat menyapa dengan senyuman ramahnya. Tetapi Elan tidak berniat beramah-tamah sekarang.

"Gue nggak suka ini, Kat."

Kat memiringkan kepala, terlihat tidak mengerti maksud ucapan Elan.

"Jangan pulra-pulra bego."

"Maksudnya?"

"Lo adalah model belrpengalaman. Nggak masuk akal kalo sekalrang lo nggak tau gimana calranya pose di depan kamelra."

Kalimat panjang dengan suara rendah Elan itu membuat Kat terkekeh geli. "Emangnya salah gue minta bantuan sementara itu memang tugas lo di sini?"

"Gue nggak lagi mood belrcanda, Katisha."

"Lo masih galak aja perasaan." Kat tertawa lagi. "Persis kayak pas lo lagi marahin gue perkara telat ngabarin lo dulu. We had so much fun—"

"Stop it, Kat." Elan menyela cepat, menghentikan kalimat cewek itu.

Tak mengijinkan Kat mengoceh lebih banyak, Elan kemudian berjongkok. Ia menempatkan tangan Kat di bawah dagu cewek itu.

Cadel's Love Journey ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang