Cadel's Love Journey ✔

13 | sebuah kerja sama

Kalau kalian berpikir bahwa drama pertengkaran Elan dan Ghea sudah usai sampai di situ saja, maka itu salah besar. Jauzan masih dibikin pusing oleh duo begundal itu.

Padahal Jauzan hanya memberikan instruksi untuk makan es krim berdua agar terlihat seperti pasangan romantis pada umumnya. Bukannya melakukan perintah Jauzan, Elan dan Ghea justru bertengkar hanya karena Ghea mau es krim rasa vanilla seperti milik Elan, tapi Elan ogah menukarnya dengan es krim coklat Ghea.

Jadilah sekarang mereka berdua bergelut ria memperebutkan es krim tersebut. Jauzan dan Lav yang sudah muak melihat pemandangan itu memilih melipir ke gazebo terdekat.

"Temen lo itu emang pada dasarnya udah gitu ya?" tanya Jauzan sambil menjilat es krim-nya.

Lav mengedarkan pandang ke depan. Memperhatikan Ghea yang sedang mencakar-cakar udara, berusaha merebut es krim dari Elan sedangkan Elan mengangkat tinggi-tinggi es krim-nya. Dengan satu tangan lainnya, cowok itu menahan dahi Ghea untuk mencegahnya meraih es krim di tangannya.

Kamera yang saat ini terpasang di tripod merekam semua kegiatan Elan dan Ghea. Meski pemandangannya buruk begitu, masih bisa diakalin buat dimasukkan dalam konten nanti. Tinggal diedit sedikit, kasih efek dan lagu romantis, jadilah pertengkaran gemas ala couple goals.

"Gitu gimana?"

"Brutal dan ganas."

Lav ketawa mendengar penuturan Jauzan. Cewek itu masih menikmati es krim-nya sebelum berujar. "Dari dulu, Ghea memang aktif berbuat onar. Nggak jarang dia bikin guru BK di sekolah sampai migrain karena tingkahnya."

"Kenapa bisa sampe gitu?"

"Ghea sering ketahuan melipir ke kantin pas jam kosong, sering sembunyi di kolong meja biar nggak disuruh ikut upacara pas guru meriksa di setiap kelas." Lav menceritakan semua kenakalan-kenakalan yang pernah Ghea perbuat.

"Pernah juga dia ngeganti lagu nasional yang sering diputer pagi-pagi sama lagu jedag-jedug, pas dimarahin, dia dengan entengnya bilang kalau nggak ada salahnya memulai pagi dengan ngedugem, malah bakal bikin murid-murid semangat buat ngikutin pelajaran." Lav tergelak mengingat momen absurd itu.

"Dari sekian banyak kenakalan yang Ghea perbuat, lo ada di posisi apa nih? Join atau jadi pengamat aja?"

"Opkorz gue join lah, Kak."

Giliran Jauzan yang tergelak. "Bagus, remaja seusia kalian ini minimal sekali seumur hidup harus merasakan yang namanya berbuat nakal. Biar hidup jadi lebih berwarna dan nggak monoton."

"Setuju." Lav membenarkan pendapat Jauzan. "Nggak hanya itu, Ghea juga sering ngehajar cowok jamet di sekolah yang sering flirting ke dia, nggak tanggung-tanggung, pernah ada yang sampai babak belur. Pokoknya ngeri banget dah. Tapi kalau berhadapan sama temen lo yang tukang fotokopi itu, Ghea langsung berubah jadi putri keraton yang kalem dan anggun. Nggak tau dah itu cowok pakai pelet apa sampe bisa bikin keganasan Ghea hangus sementara."

"Tukang fotokopi?" Jauzan menaikkan alis. "Regio maksud lo?"

Lav mengangguk. "Bener. Padahal udah sering ditolak, tapi Ghea masih kekeuh ngejar itu cowok kayak barongsai kesurupan."

"Kalo lo gimana?"

"Gimana apanya?"

"Lo nggak lagi naksir seseorang? Eh, udah punya pawang deng yak." Jauzan buru-buru meralat.

"Pacar gue mah lebih sibuk sama urusannya sendiri ketimbang merhatiin gue, Kak."

"Yaudah, sini gue yang perhatiin lo."

Lav yang tadinya masih mencoba menghabiskan es krim-nya langsung tersedak hingga tidak sadar jika secuil cairan dingin itu mengotori ujung bibirnya.

Cewek itu makin dibikin tersentak ketika Jauzan mendekatkan wajah.