Kegiatan hari itu masih akan berlanjut ke sesi membuat cookies bersama. Namun sebelumnya, Elan dan Ghea malah mendapatkan mandat khusus mencarikan es degan untuk Nenek Dahlia.
Sebenarnya, Ghea tidak masalah jika harus berkeliling mencarikan es degan, namun masalahnya mengapa harus bersama Elan dan berdua saja?
Dalam hal ini, Jauzan-lah yang patut disalahkan sepenuhnya! Seharusnya ini jadi tugas Jauzan yang biasa menangani hal-hal seperti ini untuk para lansia di sana. Tetapi atas inisiatif cowok itu dibarengi dengan agenda 'mengakrabkan diri' di antara Ghea dan Elan, keduanya jadi tidak mampu menolak ketika limpahan tugas tersebut dibebankan pada mereka.
Katanya, ini perintah kedua darinya sebagai penasehat cinta mereka. Menghabiskan waktu beberapa jam tanpa ponsel dan distraksi lainnya. Karena itu pula, Ghea dan Elan harus rela jika ponsel mereka Jauzan sita.
Dikarenakan panti jompo tersebut terletak di pinggiran kota, dengan nuansa pedesaan yang amat kental, yang mana jalanan di situ bisa dibilang lebih banyak dipenuhi sawah-sawah hingga mencipta jalan seukuran lima jengkal tangan orang dewasa, Jauzan meminjamkan sebuah motor milik tukang kebun di sana, lengkap dengan dua helm untuk mereka pakai.
"Ini beneran nih kita disuruh melanglang buana pakai sepeda motornya Jamet Cisarua demi sebungkus es degan?" Ghea bertanya sarkas diiringi delikan tajam pada Jauzan yang sekarang sedang cengengesan.
"Yak benar itu sangat betul sekali!"
"Gue nggak lagi membuka sesi kuis dadakan hingga lo bisa jawab ya atau tidak ya, Kak!"
"Memangnya lo nggak kasian lihat Nenek Dahlia yang lagi menginginkan sesuatu? Apa hati lo tidak tergerak untuk menolongnya?" Jauzan berkata dengan sangat dramatis, diikuti ekspresi wajah memelas yang tampol-able.
"Gue nggak masalah sama itunya, ya!" desis Ghea, sedikit sebal. "Yang gue permasalahin di sini itu kenapa harus pake motor? Mobilnya 'kan adaa!"
Jauzan berdecak sembari berkacak pinggang. "Begini loh, Gheana cantik jelita ashiap aselole—"
"Nggak ada ashiap aselolenya ya, Kak!" Ghea meralat dengan pelototan tajam. "Tapi cantik jelitanya boleh juga, trims."
Elan yang sedari tadi menyimak menggelengkan kepala lihat interaksi nggak waras di depannya.
"Serah dah, serah lo aja." Jauzan mengibaskan tangannya di udara. "Jadi kenapa nggak pake mobil aja? Karena memang nggak bisa. Jalanan yang tadi kita lalui demi sampai ke Panti Jompo ini adalah satu-satunya jalur menuju jalan raya. Yang mana lo tahu sendiri bahwa itu neomu far-far away!"
"Terus?"
"Karena lokasi penjual es degan itu masih berada di dalam desa, yang mana jalanannya agak terjal juga dikelilingi perumahan warga serta sawah nun luas di sana, jadi mau nggak mau, suka nggak suka, ya harus pakai motor."
"Nggak ada pilihan lain apa?"
"Masih mending gue pinjemin motor, kecuali lo mau naik sendal, ya boleh-boleh aja sih, gue nggak ngelarang."
"Tapi gue yang keberatan!"
"Keberatan ditolak!" Jauzan mengangkat tangannya di udara. "Siniin hape kalian cepat."
"Harus banget begini?"
"Ya?" Jauzan melirik singkat. "Gue punya hak untuk mengendalikan kelen berdua kalau perlu diingatkan."
"Tap—"
"Heit nggak ada penolakan!" Jauzan memotong cepat. "Ini demi kebaikan kalian berdua ke depannya. Jadi, sini cepat serahkan benda pusaka kalian!"
Jauzan sudah bersabda, jadi keduanya terpaksa menurut, meletakkan masing-masing ponsel mereka di tangan Jauzan yang terbuka.
"Jadi, silahkan manfaatkan waktu sebaik mungkin untuk saling terbiasa satu sama lain. Jangan tengkar mulu kayak ikan cupang." papar Jauzan panjang kali lebar. "Yodah gue pamit undur diri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cadel's Love Journey ✔
RomanceDemi memusnahkan gosip miring mengenai dirinya yang disangka hombreng alias homo, Elan rela menjalin hubungan pura-pura dengan Youtuber gila bernama Ghea. "Om, saya hamil!" "Muatamu!" • • • November 2022. ©ifiraptr.