Ulangan belum selesai tapi up dulu untuk hari ini!
Banyak banget yang baca, thank u ya❤😭
-Happy Reading-
✨🎉🎁🎉✨
***
Vierra tersenyum sedikit sinis setelah selesai membaca catatan kecil di kertas love itu. "Iri ternyata, pantas sih.""Kenapa dulu aku mau-mau aja ya di bodohin sama Mora? Ck ck aduh Vierra jangan diingat, jadi malu sama diri sendiri." Vierra memukul kepalanya sendiri.
Malu sekali rasanya dulu begitu sangat menyayangi Amora yang ia anggap adik yang polos dan manis padahal Vierra hanya sebagai batu loncatan yang di kambinghitamkan oleh gadis tak berpendidikan itu. Menyebalkan.
Vierra kembali membongkar kardus cokelat itu lalu tangannya kembali menemukan sesuatu sehingga mulutnya membulat sempurna.
"What the?!" Vierra berdiri. "Ini 'kan baju untuk pesta ulang tahun aku yang ke-9 tahun dulu, baju hadiah dari Papa yang hilang astaga Tuhan, ternyata-" Vierra menutup mulutnya, ia mengangkat baju berwarna pink yang sudah robek di berbagai bagian itu. "Amora, kamu udah keterlaluan bahkan dari kamu masih anak-anak. Ini gak pernah aku duga."
Vierra tak tahan untuk tidak membanting pakaian anak kecil itu ke lantai. Ia ingat betul saat ia akan mengganti pakaian di hari ulang tahunnya waktu itu, malah baju itu menghilang begitu saja. Padahal baju itu adalah pakaian yang di rancang khusus dari desainer di luar negeri. Waktu itu Papanya bahkan sudah menabung berbulan-bulan agar bisa membelinya.
Di saat pesta ultahnya ke 9 itu ia terpaksa memakai pakaian lama lalu di tertawai oleh teman-teman sebayanya.
Wanita berusia 23 tahun itu mengacak surai cokelatnya dengan kasar. "Lihat saja Amora, aku memang belum membalasmu waktu itu, namun sekarang."
Vierra berlalu setelah menendang kardus cokelat milik Amora itu sehingga isinya keluar berantakan.
"Ini kenapa lagi ya Tuhan, ada apa dengan pintu ini kenapa gak bisa di buka?!"
Vierra berusaha mendobrak pintu itu, dengan kasar ia menarik gagangnya namun hanya sia-sia.
Menggeram marah, Vierra menendang pintu itu dengan keras hingga menimbulkan bunyi. "PELAYAN!"
"PELAYAN!" teriak Vierra benar-benar marah. Setahunnya pintu gudang ini tidak pernah rusak. Pasti seseorang sudah menguncinya di depan. Sialan sialan sialan!
Para pelayan tidak mungkin tidak berkeliaran di sekitar gudang saat ini, pasti ada sesuatu hingga semua orang tidak mendengar suaranya.
Vierra melirik jam di tangannya yang menunjukkan pukul tiga sore. Vincent tidak ada di rumah sekarang, pria itu pasti sedang di kantor. Ia sama sekali tidak membawa ponsel ke gudang.
"Amora? Apa dia lihat aku masuk ke sini dan mengurungku?! Dasar wanita gila tidak waras!"
🦋🦋🦋
18.45Vincent turun dari mobilnya dengan memindai suasana di mansion nya yang terlihat sepi. Seperti tidak ada aktivitas seseorangpun di dalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIERRA'S SECOND LIFE
Fantasy(ENDING) "APA YANG KAMU UCAPKAN, VINCENT!?" Dadaku terasa sangat sesak, bagai terhimpit benda berat tak kasat mata. Dia, orang yang berada di depan ku, suamiku sendiri, menyatakan bahwa dia telah menghamili gadis yang kini menangis di balik punggun...