Part 15

95.1K 7.3K 151
                                    

Pertama-tama aku ucapkan selamat natal untuk kita semua! 🎄🎅🎁🎉 bagi yang merayakan ya!

Kali ini aku tegasin buat kalian kalau gak suka cerita ini langsung tinggalkan saja. Aku bukanlah orang sabar yang bisa menerima hujatan dengan besar hati.

Kalau krisan aku bisa fine-fine dan mengoreksi tulisan ini. Tapi kembali kayak di awal, aku nulis cuma buat hobi, cuman untuk menuangkan isi pikiran aku. Bukan untuk ini untuk itu kalau terbitin sih syukur ya.
Intinya, kalau gak suka sama karakternya, gak suka sama tulisan aku yang amburadul, aku minta maaf dan silahkan tinggalkan lapak aku tanpa salam perpisahan.

Maaf banyak omong. Selamat membaca dengan santai. Terpancing emosi tapi sadarlah ini hanya sebuah tulisan.
😭

🦋🦋🦋
Vierra mengeratkan cengkraman nya pada pembatas balkon kamarnya. Tangannya memerah karena terlalu kuat mencengkram besi tersebut.

"Cewe gak tau diri! Udah numpang malah berlagak menjadi putri lagi! Lagian kenapa sih Mama Papa lebih percaya Amora dari pada aku?" Vierra menunduk sedih.

Sedetik kemudian ia mengangkat kepalanya. "Tapi aku gak boleh lemah kayak gini! Semua orang gak suka lihat aku lemah. Amora, Amora balasan apa yang setimpal buat kamu, hm?"

"Udah gue balas."

Vierra tanpa berbalik pun tau jika itu adalah suara suaminya, Vincent. Lantas Vierra merasa bahunya terasa hangat sekali. Ia menyentuh selimut pink yang Vincent pakaikan di bahunya. "Makasih."

"Gue saranin kalau gak mau kedinginan di balkon malam-malam, pakai baju astronot aja." Vincent menyentuh gaun tidur milik istrinya itu. "Tidur pakai gaun tipis gini, tali rapia lagi."

"Woy!" Vierra menyentak tangan Vincent yang mulai menelusuri lengan hingga ke bahunya. "Jangan macam-macam ya! Lagian ini bukan tali rapia dasar kuno!"

Vincent hanya memutar kedua matanya dengan malas. Kedua tangan Vincent kini berada di pagar pembatas balkon. "Amora itu kayaknya gak tulus sama lo. Maksud gue dia selama ini itu cuma pura-pura baik."

Vierra menggangguk tanpa ragu, baguslah jika Vincent telah sadar bahwa Amora itu PPB. "Lebih tepatnya pura-pura polos!"

Vincent mengangguk tanpa menatap Vierra, pria itu malah menatap bintang yang bertebaran di langit.

"Masih sakit?"

"Aku gak sakit." kening Vierra berkerut karena bingung.

"Hati lo."

"Gak."

"Bohong!"

"Iya, udah gak."

Vincent mendekat lalu dengan reflek Vierra melangkah mundur.

"Ngapain sih dekat-dekat?!"

Vincent tersenyum tipis untuk yang pertama kalinya lalu kemudian ia berhenti dan bersedekap dada. "Mau nepuk pundak lo dan bilang 'sabar sayang' biar so sweet kayak bilang Rehan." jelas Vincent dengan memiringkan kepalanya.

Pipi Vierra terasa panas setelah mendengarnya. Namun ucapan Vincent selanjutnya membuat Vierra mendengus kesal dalam hati.

"Jangan baper lo, gue cuma bercanda."

VIERRA'S SECOND LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang