Part 53

40.1K 1.7K 53
                                    

Maaf lambat up ya, gak lambat lagi tapi memang udah lama banget aku gak update 😭

Uhhh, sedih aku tuhhh 🥺😭

❤❤
Vierra mulai berjalan dari kamarnya menuju dapur dengan pelan-pelan karena kadang-kadang penyakit pusingnya tiba-tiba saja datang mendadak.

"Nyonya, membutuhkan bantuan?"

Vierra tersenyum, ia membiarkan pelayan kecil itu berjalan di belakangnya.

"Kenapa kamu memakai masker, kamu sakit?" Tanya Vierra tanpa harus memalingkan tubuhnya ke belakang.

"I-iya, saya sedang terkena pilek, saya takut malah menyebar ke Tuan dan nyonya, itu akan buruk."

Vierra tidak mengerti namun dia sadar jika perkataan pelayan tadi sangat belibet dan agak susah di mengerti seperti berbicara saat sedang gugup.

"Ohh, begitu." mata Vierra memindai lurus ke depan, kakinya berjalan pelan-pelan.

"Maaf lancang, nyonya apa anda tidak mau berperiksa ke rumah sakit? Kata para pelayan, nyonya sering mengeluh pusing dan juga mual..."

"Ya? Mungkin nanti sore selepas Vincent pulang aku akan pergi ke rumah sakit untuk berperiksa. Aku rasa, tubuhku semakin hari semakin lemah."

"Mungkin nyonya terlalu banyak pikiran? Atau sedikit stress?"

Vierra menganggukkan kepalanya dengan pelan. "Hmm, mungkin ya. Karena aku masih memikirkan soal kematian papa dua minggu yang lalu."

"Tidak usah terlalu di pikirkan, nyonya. Papa anda pasti sudah tenang di alam sana." Ujarnya dengan nada tenang.

"Seharusnya nyonya memikirkan keadaan nyonya yang mungkin tengah mengandung?"

Mata Vierra membulat karena terkejut mendengar ucapan lancang tersebut. Ia membalikkan tubuhnya menatap pelayan kecil yang tadi berdiri di belakangnya.

"Ja-jangan asal bicara, kamu!" bukannya Vierra tidak mau punya anak, hanya saja dari kecil Vierra selalu takut jika harus melahirkan.

Karena dia pernah trauma melihat sepupu-nya meninggal dunia hanya karena melahirkan seorang anak kedunia apalagi saat itu, Vierra melihat langsung proses kelahiran secara normal dan itu sungguh membuat Vierra pingsan selama 2 jam.

Vierra tidak takut hamil, hanya saja dia takut untuk melahirkan.

"Kenapa nyonya terlihat tidak mau punya anak? Apa ada kendala?"

Vierra mulai was-was saat pelayan tersebut menyipitkan matanya seperti tersenyum di balik masker yang ia kenakan.

"Jangan kurang ajar ya kamu di rumah saya! Mundur!" teriak Vierra kesal. "Pelayan! Pela-akhhh!" Vierra menutup mulutnya menahan teriakan.

Karena pelayan tadi hendak menikam nya dengan menggunakan pisau, Vierra reflek menendang tulang keringnya dan langsung mendorong pelayan tersebut ke bawah, di mana di sampingnya terdapat sebuah tangga ke bawah.

"PELAYAN! BODYGUARD! SEMUANYA! TOLONG AKUU!" Teriak Vierra keras, sekeras mungkin yang dia bisa sampai menjatuhkan dirinya yang lemas karena kakinya sudah seperti jelly yang tak mampu menopang berat badannya.

VIERRA'S SECOND LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang