Part 27

73.2K 5.9K 327
                                    

"JANGAN! JANGAN RUSAK AKUUU! AKU LAGI HAMIL, KU MOHON JANGAN! SIALAN PRIA SIALAN! SATPAM SIALAN!"

Saat Tono melepaskan satu kancing pakaian atas Amora, Vincent segera menarik pria itu dengan kasar. "Bawa pria ini pergi! Jangan perlihatkan wajahnya lagi di depanku!" Ujar Vincent dengan kilatan matanya yang tajam. Ia melirik sinis Amora yang tergugu di bawah kakinya.

"Ternyata lo takut juga ya di perkosa, tapi kenapa lo bisa tega suruh orang untuk memperkosa?"

Amora mendongak dengan raut bingung bukan hanya Vincent saja yang bingung namun semua yang ada di sana. Terlebih-lebih Vierra yang merasa nafasnya mulai tak beraturan lagi.

"Ma-maksud kak Vincent, apa?" Lirih Amora dengan raut sendu miliknya.

Vincent menyugarkan rambutnya ke belakang lalu berjalan ke arah bundanya yang sedang memeluk Vierra.

Bunda berdecak kesal saat Vincent menarik Vierra dari pelukannya, sekarang gantian, wanita paruh baya itu yang mendekati Amora. "Untung saja saya bercanda untuk menyuruh mantan satpam tadi untuk memperkosa anda, berterimakasih lah, jalang." Kata Bunda dengan bibirnya yang menyeringai padanya.

Ia memegang bahu Amora dan meremasnya dengan kuat. "Saya juga tidak setega itu sampai menyuruh orang untuk memperkosa wanita seperti mu karena saya juga wanita. Ketakutanmu, raut wajahmu saya tau!"

Amora semakin bergetar ketakutan lalu matanya semakin memanas melihat mama yang hanya diam dengan menatapnya sedikit tajam. "Ma-mama tolong Mora!" Lirihnya.

Bunda berdecih sinis lalu bersedekap dada. "Dia bukan ibumu tetapi ibu Vierra! Jaga batasanmu, jangan suka mencuri hak orang lain!"

Mama berjalan mendekat membuat Amora langsung memeluk kakinya dengan erat.

"Mama, tolong Mora! Mora gak salah, Mora gak tau salah Mora apa, kenapa semuanya orang jadi jahatin Mora!!"

Mama tetap diam, wanita paruh baya itu membiarkan Amora tetap berlutut di kakinya. Mama mengeluarkan satu buah bubuk dari dalam saku celananya.

"Untuk apa kamu menyimpan 'statin' di kamarmu, Amora? Siapa yang ingin kamu pengaruhi pikirannya, hah?!"

Amora terkejut sehingga mundur ke belakang, ia menatap tajam wanita paruh baya di depannya lalu berdiri dan dengan cepat merebut obat yang hancur seperti bubuk itu.

"Statin?" Tanya Vincent setelah mendudukkan Vierra di sofa, pria itu mendekat lalu tanpa aba-aba ia merampas obat yang Amora simpan di balik punggungnya.

Mama mengangguk dengan menatap Amora tajam. "Statin itu obat penurun kolesterol tapi jika sering di konsumsi bakal membuat si penggunanya berubah kepribadian gitu, kayak diam-diam mencuci otak kita."

"Itu, kan obat yang pernah kita lihat! Amora pernah memasukkan obat itu kedalam minuman yang ingin ia berikan kepada Vincent!" Seru Vierra heboh seraya mendekat kearah mereka semua.

Kepala Vierra mendadak pusing memikirkannya, itu obat yang bisa merubah kepribadian seseorang? Jadi, di kehidupan pertama dulu Vincent..? Belum sadar rasa terkejutnya, Vierra kaget melihat pemandangan di depannya.

"AKHHH SAKITTTTTTT!" Teriak Amora saat Vincent menarik rambut panjangnya menuju dinding dan tanpa aba-aba pria yang terlihat sangat marah itu langsung membenturkan kepala Amora berkali-kali ke dinding sehingga kepalanya mengeluarkan darah segar. Uhh menyeramkan.

"VINCENT!" Bunda berteriak saat melihat pemandangan di depannya, langsung saja ia dan yang lainnya berlari untuk menarik Vincent yang terus melakukan hal gila itu.

"VINCENT! BUNDA TIDAK PERNAH MENGAJARKAN MU BERBUAT DEMIKIAN DENGAN PEREMPUAN! VINCENT, KAMU DENGAR BUNDA?!" Hilang sudah kesabaran bundanya saat melihat Vincent tak berkutik sama sekali apalagi saat melihat Amora sudah pingsan dengan darah di wajahnya.

VIERRA'S SECOND LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang