Part 16

88.9K 6.5K 128
                                    

🦭🦭🦭

Vierra membawakan Vincent makan siang yang ia belikan tadi di restoran saat dia ingin ke mari.
"Silahkan masuk, nyonya."
Setelah Vierra masuk ia menjadi canggung karena ada dua teman Vincent yang sedang merecoki pria itu.
"Eh, Vierra sini!" ujar Rehan dengan semangat seraya melambaikan tangannya.
Sekilas ia melirik kearah Mika yang tampak menatapnya dengan tajam. Namun setelah Vierra benar-benar menatapnya, wanita itu tersenyum lebar padanya.
"Maaf aku ganggu kalian," gumam Vierra seraya mengelipkan anak rambutnya kebelakang telinga. Ia menyerahkan satu buah paperbag itu ke atas meja kerja suaminya.
"Aku cuma bawa makan siang buat Vincent."
Damond dan Rehan yang berada di sofa segera menatap Vincent yang saat ini sibuk dengan laptopnya.
"Anjai Vincent, pinjam istri lo boleh gak? Pengen di masakin juga!" seru Damond heboh.
"Gue iri juga coy! Pengen punya bini!" pekik Rehan seraya menekan dadanya.
Vincent menghentikan ketikan di keyboard nya, segera pria tampan itu menatap tajam kearah kedua temannya. "Dia istri gue, lagian gue yakin makanan itu pasti beli. Ya, kan?" Vincent menatap Vierra dengan tatapan datar.
Vierra mengangguk tanpa mau membalas, wanita itu sepertinya ingin pergi.
"Biarpun beli tapi syukurlah istri lo mau antar ke sini jauh-jauh," sinis Damond.
"Kalau lo gak mau makan buat gue aja." sambung Rehan bangga.
Vincent segera berdiri dan mengambil paperbag itu. "Ini untuk gue! Lo pada gak usah gak tau diri, bisa?" sinis Vincent seraya memutar bola matanya.
"Omongan lo, Vincent bikin gue sakit hati aja!"
"Biarin! Mending lo berdua pulang sana!"
"Vincent!" tegur Vierra saat kedua teman suaminya itu mulai berwajah suram.
Vincent menoleh kemudian bersedekap. "Bela mereka?"
Vierra berdecak kesal sekali. "Lebih baik aku pulang aja!"
Vincent menahan pergelangan tangan Vierra di dekat pintu. "Mau kemana? Ke pantai lagi memamerkan pusar lo?"
Vierra menyentak tangan Vincent dengan wajah memerah malu. "Apasih kok gitu ngomongnya! aku mau ketemu Keisya aja."
"Bohong!" tegas Vincent dengan wajah kesal. "Lo baru aja datang kesini dan malah mau pergi!"
"Masalahnya sama kamu apa?!"
Sedangkan di belakang sana, Damond  dan Rehan diam-diam menunggu waktu di saat Vierra menjambak rambut halus Vincent yang selalu membuat mereka iri itu.
"Jambak, jambak!" seru Rehan dengan lirih.
"Baku hantam aja dah."
Sedangkan Mika malah tersenyum puas melihat keduanya bertengkar. "Semoga cepat bercerai aja deh."
Kembali ke Vincent yang kini menendang pintu agar tertutup kembali.
"Buka pintu Vincent jangan di tahan! Aku gak mau kalau terus-terusan nemanin kamu di kantor, aku kayak gembel!"
"Gue gak peduli! Lo jangan pergi, bisa?!" tegas Vincent tangannya membelai rambut Vierra agar istrinya itu luluh.
Vierra menepis tangan itu dengan kesal. "Kamu kenapa sih?! Aku itu malu satu ruangan sama teman-teman kamu! Lagian aku mau ketemu Keisya."
"Ketemu di mana?! Di pantai?!"
"Di rumah sakit lah! Keisya kan lagi kerja!"
"Kalau lo tau dia kerja kenapa lo malah mau kesana?!" Vincent mengetuk sekali kepala Vierra menggunakan pulpen yang ada di tangannya. "Otak lo masih dalam kondisi sehat, kan?"
"VINCENT!" teriak Vierra membuat beberapa orang di sana menutup telinga. "AKU MAU KELUAR! BUKA PINTUNYA!"
"Anjai istrinya si Vincent bisa ganas juga ternyata."
"Pantesan jodoh gak sih?" Damond dan Rehan sama-sama berbisik membicarakan keduanya.
"Gue ikut!"
🦋🦋🦋
Vierra menghela nafas pelan saat Vincent satu mobil dengannya. Pria itu malah ingin ikut dengannya. Sialan sialan! Dia itu ingin curhat dengan Keisya.
"Kamu gak ada kerjaan apa di kantor?"
"Percuma dong gue bosnya kalau gue masih kerja, mikir!"
Mendengar jawaban Vincent semakin membuat kepala Vierra terasa mendidih dengan tangan mengepal.
Diam-diam Vincent tertawa kecil melihat tingkah Vierra. "Udah, berubah aja jadi hulk. Gue kebal kok."
"Vincent! Kamu kenapa sih berubah gini, beda kayak dulu yang bahkan selingkuh sama Amor-" Vierra menipiskan bibirnya kedalam karena keceplosan. Sedangkan Vincent reflek menatap kearahnya dengan tajam.
"Selingkuh?! Apa maksud lo, gue selingkuh sama adek angkat lo itu?!"
"Maksud lo apa sih, Vierra! Jawab gue!" seru Vincent dengan menuntut.
"Aku cuma bercanda! Kalau kamu marah berarti kamu beneran selingkuh sama Amora?!" Vierra dengan berani membalikkan ucapannya sendiri, walaupun masih sedikit bergetar.
Vincent seketika melotot dengan wajah marah. Vincent mengetuk kepalanya sendiri dengan tangan. "Amit amit, walaupun cuma ada dia sama sapi di dunia ini lebih baik gue pacaran sama sapi!" kesal Vincent kemudian turun dari mobil saat sampai di lobi rumah sakit.
Vierra tertawa kemudian ikut turun dari mobil tersebut, ia dan Vincent berjalan beriringan menuju ruangan Keisya.
"Papa?" lirih Vierra menatap punggung papanya yang baru saja keluar dari kantin rumah sakit. Papanya membawakan tiga bungkus nasi dan lauk.
Vincent berhenti, ia menatap dimana Vierra masih terpaku di belakang sana. "Vierra?"
Vierra tak bergerak namun sedetik kemudian tangannya mengepal di sisi tubuh membuat Vincent segera mendekat kemudian menggenggam kedua tangan itu dan menciumnya sekilas.
"Jangan perlihatkan emosi lo, biar gue ajar cara membalas dengan halus."
"Bahagia, sakit, frustasi dan menderita." bisik Vincent seraya membawa Vierra pergi dengan tangan saling bertautan.
🦭🦭🦭
Keisya menepuk pundak Vierra dengan sabar walaupun tak bisa di pungkiri jika kedua tangannya mengepal disisi tubuh. "Sabar, tapi aku juga kesal ya!" ujarnya setelah mendengar cerita Vierra yang lumayan panjang menceritakan Amora.
Vierra mengangguk seraya mengerucutkan bibirnya. "Aku mau balas dia pakai cara kasar dan buat dia kena mental tapi dia balas lebih halus dengan fitnah aku. So? Hubungan antara aku dan mama papa cukup retak saat ini."
"Tunggu dulu, aku mau punya rencana nih buat balas Mora."
"Apa?" Keisya melirik Vincent yang duduk di sofa seberang seraya memainkan ponselnya.
"Kalau dia pakai cara sehalus itu kenapa gak kamu balas pakai cara paling halus juga?" Vierra tampak menimang-menimang. Di masa lalu dia memang lemah dan halus terhadap Amora itu karena dia tidak tau sifat wanita itu. Tapi sekarang dia berbeda, ia ingin membalas wanita itu dengan cara paling halus namun mematikan.
"Itu yang gue maksud." jawab Vincent dari seberang sana.
"Nah! Suami kamu aja setuju, tapi aku mau mikir alurnya dulu harus mulai dari mana!"
Vierra tersenyum lebar sedetik kemudian ia menyeringai. "Kayaknya aku juga setuju ya, balik fitnah asik gak ya?"
"Gak asik ah kalau cuma fitnah." balas Keisya. "Lebih dari fitnah lah, yang lebih ekstrim."
Lama ruangan itu hening hanya terdengar detik jam yang terus beradu dengan suara high heel yang di pakai oleh Vierra.
"Gue punya usulan. Menantang memang."
"Apa apa?!" seru Keisya serius.
Vincent mengendikkan bahunya. "Kalau pakai cara halus, Vierra sama lo harus sama-sama baikin dia, buat dia seolah-olah berada di atas bayangannya sendiri. Lalu gue yang bakal jatuhin dia sama bayangannya itu."
"Kelihatannya kok kamu ya yang paling benci sama Amora, Vincent?" tanya Keisya dengan penasaran, Vierra juga menatap kearah Vincent.
Raut wajah Vincent yang tadinya di penuhi aura gelap karena kebencian berubah menjadi datar. "Gue gak tau, tapi gue jijik banget sama dia. Aneh aja."
"Apa pas dia peluk kamu itu ya?" kekeh Keisya dengan tawanya.
"Peluk?" Vierra menatap keduanya dengan tatapan datar.
"Gak usah cemburu." decak Vincent membuat Vierra melotot.
"Siapa yang cemb-"
"Udah kelihatan." Vincent segera mengangkat tangannya membuat kedua wanita itu terdiam. "Sekarang gue tanya, apa kalian setuju dengan rencana gue?"
"Kalau aku sih setuju aja, kalau kamu Vie?"
Vierra mengangguk saja.
"Kalau setuju, mumpung Amora jadi pasien aku, gimana kalau kita jenguk dia, pura-pura baik?" Keisya menyeringai.
"Wah, aku setuju banget." Vierra segera berdiri, ia menepuk dress hitamnya yang kotor.
"Gue malas."
"Kenapa sih kamu Vin?!"
"Papa lo ngamuk, malas gue."
🦋🦋🦋
Keisya tersenyum sebelum mengetuk pintu VIP tempat dimana Amora di rawat inap beberapa hari ini. Ia menoleh kearah Vincent dan Vierra yang berada di belakangnya. Suami sahabatnya itu dengan kesal ikut berkat ancaman Vierra yang entah apa itu.
"Permisi, om, tante!" seru Keisya membuat ketiga orang di sana menoleh kearah pintu.
"Vie? Vincent?" pekik Mama, wajahnya terkejut namun bercampur bahagia. Ia berlari kemudian memeluk Vierra.
"Sayang, maafin Mama."
"Maafin Mama..."
Vierra diam saja tanpa membalas pelukan ibunya. Ia akan membuat sampai mana ibunya itu meminta maaf namun ucapan dari wanita di atas brangkar sana membuat darah Vierra terasa mendidih.
"Kak Vierra maafin Mama ya? Kasian Mama sampai mohon-mohon gitu, Amora gak tega."
Keisya yang berada di sebelah wanita itu ingin sekali mengambil bantal dan menutup muka wanita itu sampai ia habis nafas! Menyebalkan sekali.
Vincent menyenggol tangannya membuat Vierra seketika tersenyum. Ia menepuk pundak mamanya kemudian melepaskan pelukannya itu.

"Vierra udah maafin Mama, Vierra 'kan anak baik. Mama itu surga-Nya Vierra."

Mama hendak mencium kening anaknya seperti biasa dulu, namun Vierra malah menghindar.

Wajah Mama Karin tampak murung. "Makasih sayang. Mama janji gak bakalan ada main tangan lagi sama anak Mama ini."

"Hehe, semoga aja ya Mah!" tekan Vierra kemudian mendekati brangkar dimana di sana Amora tersenyum lebar seperti bahagia namun nyatanya tidak.

Berbeda dengan Vincent yang kini sudah di dekati oleh Papa Devin, pria paruh baya itu menatap tajam Vincent.

"Obat apa yang kamu berikan kepada anak saya sehingga ia bisa sesakit semalam hah?!"

"Apa?" Vincent tampak menatap malas. "Obat racun tikus kali." gumamnya lirih.

"Kurang ajar ya kamu sekarang!" ingatlah jika Papa Devin dan Vincent itu memang tidak memiliki hubungan yang baik.

"Iya"

Sekarang kembali kepada Vierra yang tersenyum lebar kepada Amora. "Amora maafin aku ya, aku udah kasar ke kamu. Maaf aku udah usir dan tampar kamu. Aku itu lagi emosi jadi ngelampiasinnya ke kamu. Maaf sekali lagi."

"Baguslah kalau kamu sadar perbuatan kamu." Jawab Papa dengan keras. Tampaknya pria itu sangat sayang sekali dengan Amora. Itu membuat Vierra sedih dan juga iri.

Amora bukannya lega malah tangan dan kaki wanita itu dalam selimut bergetar ketakutan. Ia meremas sprei nya. "Wanita sialan ini pasti ingin membalas ku!"

"Aku selalu maafin perbuatan kak Vierra. Tapi aku bakal tinggal di rumah Mama, aku takut kejadian kayak kemarin keulang lagi."

Vierra menggeleng dengan tersenyum, ia berusaha untuk tidak meninju langsung wajah Amora. "Gak boleh, kamu tetap adik kakak! Kamu harus kembali lagi ke rumah, itu kan yang kamu inginkan dulu, kita bertiga suamiku tinggal bersama-sama di satu atap yang sama. Ya, kan?"

"Kakak?" lidah Amora rasanya kelu untuk berbicara lagi. Ia takut bercampur cemas namun itu tak berlangsung lama setelah mendengar ucapan Vincent.

"Tinggal saja lagi bersama kami. Saya yang akan menjaga anda jika istri saya berani bermain kasar pada anda. Saya jamin."

Cinta tetaplah cinta. Semua orang memang bisa bodoh hanya karena kata cinta. Cinta buta.

"Baiklah, makasih kak Vincent yang masih ijinkan aku tinggal di rumah kalian."

"Gue muak harus pura-pura anj! Wanita menjijikan ini! Lihat aja kalau udah tinggal di rumah gue!"
🦋

TBC.
Maaf ya gak bisa sering up🤩 capek mikir alur nih

Damond❤

VIERRA'S SECOND LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang