Sudah empat jam Sia kembali tidur setelah sadar dari koma, dan kini sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Mereka selalu terjaga bergantian agar setiap pergerakan kecil yang di lakukan Sia tidak ada yang terlewati sedikit pun.
Kini yang sedang terjaga adalah Luzel, Kai dan Lucas. Selebihnya mereka baru tidur setelah berjaga selama tiga jam awal.
"Eugh~"
Luzel yang berada di samping Sia segera mengelus lembut pipi Sia "Sstt Sia ada apa hmm?" Ucap tenang Luzel.
"Hiks...hiks pusing~" Adu Sia karena kepalanya kembali terasa sakit. Luzel segera mengelus pelan kepala Sia.
"Sia kamu makan dulu yuk, tadi kamu belum sempat makan kan" Ingat Kai ketika pertama kali Sia terbangun ia belum memakan apa pun.
Sia serasa di panggil segera membuka pelan matanya, ia melihat ada Luzel, Kai dan Lucas yang sedang menatapnya.
Kai kembali mengajak Sia untuk makan, dan di balas gelengan pelan Sia "Nggak mau...pusing".
Kai menghela nafas lelah setelah beberapa kali membujuk Sia untuk makan, setidaknya dua sampai tiga sendok saja sudah cukup.
Lucas yang tidak tinggal diam segera berjalan mendekati ranjang Sia. "Jie...makan dulu yuk, kalau Jiejie nggak mau makan biar Lucas buatkan jus apel. Jiejie mau kan?" Tanya Lucas.
Walaupun sudah sadar Lucas tau kondisi Sia masih sulit untuk makan maupun mengunyah makanan setelah koma, di karenakan ada beberapa syaraf yang masih kaku sedangkan untuk menggerakkan jari jari tangan saja Sia masih kesulitan. Lucas mengetahui itu karena ia pernah merawat sendiri adiknya, Lion ketika kecil.
Sia tampak ragu ragu, ia menatap Lucas "..Jus~?".
Lucas mengangguk dan tersenyum ia mengetahui apa yang di pikirkan Sia "Hm jus apel yang sering di buat mama untuk Jiejie ketika lagi sakit. Jiejie mau kan?" Tanya balik Lucas. Sia menatap Lucas lama setelah itu ia mengangguk.
Luzel dan Kai yang melihat itu tersenyum dan bernafas lega, karena akhirnya ada yang masuk ke perut Sia walaupun itu cuman jus.
Lucas segera ke dapur di dalam kamar itu dan mengambil apel yang telah di beli siang tadi. Ia memulai membuat jus apel dengan campuran bubuk obat yang di berikan dokter tadi.
Kai membantu Luzel untuk mengubah posisi Sia yang tiduran menjadi duduk agar tidak tersedak ketika meminum jus nantinya.
"Ssshh Akh!...sakit~" pekik Sia ketika merasakan semua badannya seperti diremuk dan kesemutan.
"Tidak apa apa...tahan sebentar hmm" Kai berusaha secepat mungkin memberikan kenyamanan ketika posisi Sia sudah duduk, ia memberikan bantal untuk sandaran Sia.
Setelah merasa Sia sudah dalam posisi yang nyaman Luzel dan Kai memijat pelan tangan dan kaki Sia sambil menunggu Lucas selesai membuat jus.
Beberapa saat kemudian Lucas kembali dengan membawa segelas jus apel. Tidak lupa ia juga memasukkan sedotan agar Sia mudah meminumnya, segera ia menyodorkannya ke Sia dan memegang gelas itu karena ia tau energi Sia masih sangat lemah.
Sia segera menyeruput jus itu dengan menggunakan sedotan, setelah empat kali sedotan Sia menyudahi nya dengan alasan sudah kenyang.
Lucas tau itu segera meletakkan gelas jus itu di nakas sebelah ranjang.
Mereka mencoba mengajak Sia berbicara, agar saraf saraf Sia tidak kaku karena kelamaan rebahan.
"Hmm lalu berapa usia kalian?" Tanya penuh penasaran Sia.
"Coba tebak" jawab Kai, yang membuat Sia sedikit berpikir.
"Hmm..kalau Kai 22 atau 23, berarti Luzel 24 dan Lucas 18. Apa benar?" Ucap Sia yang membuat mereka terdiam karena jawaban yang diberikan Sia.
KAMU SEDANG MEMBACA
(End) Athanasia Wagner 2 : Seven Lights
Teen Fiction"Sia apa pun yang terjadi kami akan selalu berada di sisimu" "Tidak perlu takut karna kami akan selalu menjadi cahaya mu di malam hari dan akan menjadi awan mu di siang hari" "Tetaplah jadi Sia kami, Sia yang kuat dalam semua rintangan hidup, Sia ya...