Dua Minggu sudah terlalui, kini Sia masih belum sadarkan diri di WW'Hospital City. Pada awalnya Sia di beri pertolongan pertama di rumah sakit di pinggir kota karena rumah sakit itu dekat dengan lokasi mereka berada.Setelah tiga hari menjalani perawatan di sana, Luzel telah memanggil bawahannya untuk membawa helikopter ke tempat mereka berada agar dapat membawa Sia ke rumah sakit keluarga mereka.
Cklek
"Bagaimana keadaan Sia?" Tanya lemah Raven.
"Masih sama" jawab Luzel yang senantiasa menggenggam tangan Sia.
"Bagaimana dengan mu?" Tanya balik Luzel.
"Hanya retakan di bagian lengan atas dan juga sedikit robekan di otot kaki" jawab santai Raven sambil duduk di sofa yang ada di sana.
"Hanya?" Tanya tidak percaya Luzel.
"Iy-- serius! Lihat aku sudah bisa berjalan dengan normal, kata dokter jika mengikuti terapi beberapa hari lagi maka semuanya akan kembali normal" jawab ngegas Raven.
"Hm" respon singkat Luzel.
"Lalu yang lain?" Tanya Luzel kembali.
"Untungnya Neo tidak mengalami infeksi apapun, mereka semua tengah beristirahat di kamar sebelah itu wajar karena sudah lima hari mereka semua tidak tidur karena keadaan Sia yang sangat kritis. Sedangkan Lucas dia sedang berada di markas untuk menyelesaikan sisa sisanya" jawab Raven.
Mendengar penjelasan itu Luzel menganguk paham. Ia juga menyuruh Lucas untuk menangkap semua keluarga Xayden yang tersisa untuk melakukan negosiasi.
"Raven...siapa Sia bagimu?" Tanya Luzel yang awalnya sedikit ragu.
Raven yang di tanya seperti itu sedikit bingung dengan pertanyaan tiba tiba Luzel.
"Maksudnya?" Tanya Raven.
"Apa kamu menyukai Sia?" Tanya cepat Luzel.
"Hoo...tentu aku sangat menyukainya. Bagi ku Sia adalah dunia ku malahan lebih dari itu, jika tidak maka akan ku pastikan hidupku tidak akan pernah semenarik ini dan juga hubungan ku dengan ayah mungkin akan lebih buruk. Aku juga sudah berencana di masa depan ingin memilikinya untuk ku sendiri, membuat keluarga kecil...." Jawab Raven sambil menatap Sia tulus.
Luzel yang mendengar itu tidak sadar bahwa ia sudah meremas tangannya kuat, ada perasaan tidak suka terhadap apa yang di bicarakan oleh Raven.
"Aku juga berniat ingin memperkenalkan Sia pada ayahku bukan sebagai seorang sahabat tapi sebagai calon masa depan ku. Tapi melihat itu semua aku tidak akan pernah bisa mewujudkannya" ucap Raven dengan nada sedih di bagian akhir.
Luzel yang awalnya ingin ke luar dari kamar itu karena merasa marah tiba tiba terhenti oleh ucapan akhir Raven. Segera ia menatap tajan Raven.
"Kenapa? Bukannya kamu mencintainya, lagi pula Sia kelihatan nyaman dengan mu" ucap Luzel sambil menahan rasa tidak sukanya.
"Hahhh jangan pura pura bodoh Luzel si ketua mafia.....bahkan kami tau semuanya bahwa Sia itu hanya nyaman di dekat kita saja apa lagi dirimu...." Menghentikan ucapannya sebentar Raven segera berdiri dan mengeplak kepala Luzel.
Plak!
"?!!!!"
Luzel yang di geplak seperti itu melotot horor. Melihat tatapan maut itu Raven buru buru menjelaskannya.
"Apa kau tau Sia itu lebih membutuhkan mu....kapan dan dimanapun dirimu ketika jauh dari dirinya, dipastikan ia selalu membicarakan dirimu hanya dirimu!. Hal itu membuat ku tau bahwa orang yang dia butuhkan adalah dirimu sedangkan kami, dirinya hanya menganggap kami sebagai sahabatnya saja....Luzel, ku sudah mengetahui semuanya dari Neo. Jadi jaga lah dirinya jangan membuatnya menangis dan paling penting jangan pernah meninggalkannya sendirian jika hal itu terjadi aku tidak akan segan segan mengambil Sia dari mu" ucap tegas Raven.
KAMU SEDANG MEMBACA
(End) Athanasia Wagner 2 : Seven Lights
Roman pour Adolescents"Sia apa pun yang terjadi kami akan selalu berada di sisimu" "Tidak perlu takut karna kami akan selalu menjadi cahaya mu di malam hari dan akan menjadi awan mu di siang hari" "Tetaplah jadi Sia kami, Sia yang kuat dalam semua rintangan hidup, Sia ya...