Sudah seminggu berlalu dan mereka sudah mendapatkan sebelas mata mata yang berhasil masuk ke kediaman mereka.
Hukuman yang di berikan Luzel pada penghianat itu tentunya tiket gratis ke alam lain.
Setelah adanya penghianat tersebut, Luzel semakin fokus pada pekerjaannya sebagai ketua mafia, dan untuk urusan perusahaan dia di bantu oleh Neo supaya tidak menimbulkan kecurigaan Sia.
"Bibi!" Panggil Sia sedikit berteriak ketika ia baru turun dari tangga.
"Eh Non? Jangan berteriak teriak nanti tenggorokannya sakit. Hmm ada apa Non manggil saya?" Ucap maid itu.
"Heheheheh....itu apa bibi nampak Bi Yan?" Kekeh Sia.
"Ohh beliau ada di taman depan Non" jawab maid itu.
"Oke Bi, makasih" ucapnya lalu ia pun segera keluar untuk mencari Bi Yan.
Setibanya ia di taman depan ia dapat melihat Bi Yan sedang mengangkut barang barang belanjaan, bisa di tebak dia habis dari pasar/market. Sia pun langsung menghampirinya.
"Bi Yan" sapa Sia.
"Ehh Nona muda? Ada apa?" Tanya Bi Yan.
Akibat dari kecelakaan itu wajah Bi Yan mengalami cacat di satu sisi karena luka bakar itu tidak akan pernah hilang. Maka dari itu ketika Bi Yan keluar dari mansion maupun ada tamu ia akan memakai masker agar orang lain tidak takut ketika melihat wajahnya.
Awalnya Sia menyuruh Bi Yan untuk operasi memperbaiki wajahnya tapi Bi Yan menolak dengan alasan tanda itu sebagai satu satu yang mengingatkan dirinya akan Tuan dan Ny besar Wagner serta bentuk balasan karena dirinya pernah gagal dalam menjaga keluarga itu.
Walaupun Bi Yan memiliki wajah yang bisa dibilang cukup seram, Sia dan yang lain tidak takut dan mempermasalahkan itu. Mereka tetap berprilaku biasa dan dekat dengan Bi Yan. Bagi mereka Bi Yan yang sekarang ini tetaplah Bi Yan yang mereka kenal bedanya hanya luka itu saja.
"Itu....Sia mau minta tolong bibi untuk buatin bekal Sia. Soalnya nanti siang Sia mau ke kampus ngumpulin tugas." Ucap Sia.
"Boleh Non. Tapi kenapa Nona tidak jajan makanan di sana saja?" Tanya Bi Yan.
"Hmm nanti kalau Sia lapar lagi Sia jajan di sana kok Bi, bekal ini tu untuk di perjalanan ke kampus. Lagi pula Sia hanya mengumpulkan tugas lalu pulang" Jelas Sia karena perjalana dari mansion itu ke kampusnya membutuhkan waktu lebih kurang tiga jam.
"Baik Non nanti bibi buatkan setelah menyusun bahan bahan dapur ini" ucap Bi Yan, lalu melanjutkan mengangkat barang belanjaannya yang dibantu dengan beberapa maid yang lain.
Ketika Sia kembali masuk ke dalam tiba tiba ia di tarik oleh Luzel.
Karena Sia terkejut dengan tarikan itu ia hilang keseimbangan dan jatuh ke pelukan Luzel.
Bruk!
"Aduh!...shhh" ringis kecil Sia karena keningnya bertabrakan dengan dada bidang Luzel.
"Maaf" lirih Luzel dengan mengusapkan tangannya pada kening Sia untuk mengurangi sakit.
"Hm. Ada apa?" Tanya Sia.
"Kamu mau ke kampus?" Tanya balik Luzel yang di angguki Sia.
"Untuk apa?"
"Mau ngumpulin tugas Minggu kemaren, yang waktu kita di Amerika" jelas Sia.
"Apa harus sekarang?" Tanya Luzel yang di angguki Sia.
"Harus. Jika di tunda lagi nanti nilai kita yang bermasalah" jawab Sia.
Mendengar itu Luzel menghela napas panjang, baginya nilai mereka akan aman aman saja tapi bagi Sia berbeda. Ia tau Sia tidak ingin di beri perlakuan khusus walaupun dirinya pemilik universitas itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
(End) Athanasia Wagner 2 : Seven Lights
Teen Fiction"Sia apa pun yang terjadi kami akan selalu berada di sisimu" "Tidak perlu takut karna kami akan selalu menjadi cahaya mu di malam hari dan akan menjadi awan mu di siang hari" "Tetaplah jadi Sia kami, Sia yang kuat dalam semua rintangan hidup, Sia ya...