Seminggu sebelumnya Luzel sudah memberitahu Sia bahwa ia sudah bisa ikut mereka untuk keluar dari villa dan akan memulai sekolahnya. Sia merasa senang sekaligus gugup, karna kali ini merupakan pertama kalinya ia akan berinteraksi dengan dunia luar setelah lima tahun terkurung di dalam kegelapan.
Maka hari ini sebelum ia mengikuti tes untuk menentukan ia pantas atau tidaknya untuk langsung bersekolah di semester selanjutnya, Luzel dan yang lain sepakat akan menemani Sia ke makam mama papanya terlebih dahulu.
Dan di sinilah mereka berada, di perbukitan yang dimana tempat ini merupakan makam keluarga Wagner, yang terdiri dari kakek neneknya, paman, bibi dan yang lainnya serta di depannya ini sudah ada nama dari mama papanya. Makam ini hanya tidak terdapat makam kakek buyut Sia, karena makam kepala keluarga Wagner yang pertama kali memiliki tempat makam yang khusus dan itu berada di Jerman.
Sia langsung memeluk erat kedua batu nisan itu dan menangis sejadinya. Ia sangat merindukan pelukan hangat dari kedua orang tuanya.
Setelah itu ia dan yang lain berdoa dan meminta kemudahan untuk menjalankan hari harinya dengan baik. Butuh satu jam lebih Sia bercerita dengan kedua orang tuanya (pada dua nisan itu). Sedangkan Luzel dan yang lain senantiasa menemani dan juga sesekali membersihkan makam Tuan dan Ny Wagner.
Karena waktu hampir menunjukkan pukul 10 am, dan janji tes yang akan dilakukan pada jam 1 pm maka mereka bersiap siap untuk kembali ke kota.
.
.
.
.
.Di perjalanan memakan waktu dua jam lebih, mereka akhirnya sampai di Universitas itu. Sia merasa takjub dengan gedung tinggi bangunan itu.
Pada saat dia berada di Jerman, grandpanya menunjukkan sebuah foto bangunan yang merupakan foto university ini. Sang grandpa pernah berkata bahwa ia merenovasi beberapa bagian di sekolah itu agar terlihat seperti sebuah istana yang akan dia hadiahkan pada cucu kesayangannya itu.
Maka dari itu Sia berkeinginan untuk bersekolah disana dan ingin mengajak sahabatnya juga. Dan kini, saat ini juga impiannya itu akhirnya terwujud.
Sia, Neo, dan yang lain turun dari mobil dan memilih menggunakan lift dari pada naik tangga untuk menuju ke ruang kepala akademik disana. Pada saat itu universitas itu kosong dan sunyi karena masih dalam masa libur semester.
KAMU SEDANG MEMBACA
(End) Athanasia Wagner 2 : Seven Lights
Teen Fiction"Sia apa pun yang terjadi kami akan selalu berada di sisimu" "Tidak perlu takut karna kami akan selalu menjadi cahaya mu di malam hari dan akan menjadi awan mu di siang hari" "Tetaplah jadi Sia kami, Sia yang kuat dalam semua rintangan hidup, Sia ya...