Kini Sia merasa sangat gugup dan senang, bagaimana tidak hanya tinggal menghitung jam saja dia akan kembali bersekolah lagi.
Saat ini Sia dan yang lain sedang sibuk untuk mempersiapkan alat alat tulisnya. Sedangkan Sia kini sedang bingung melihat ada tiga set baju yang ada di atas kasurnya, ia bingung kapan harus memakai seragam seragam ini.
Neo yang melihat Sia termenung yang sedang menatap seragam seragam itu menghampirinya.
"Kenapa? Apa kamu tidak suka seragamnya?" Tanya tiba tiba Neo.
Sia yang awalnya terkejut karena Neo sudah berdiri di sampingnya dan ikut menatap seragam itu menghela nafas gusar.
"Bukan tidak suka tapi aku tidak tau kapan harus memakai seragam seragam ini. Sedangkan besok sudah mulai sekolah" jawab lesu Sia.
"Oiyaaa apa kakak tau?!" Kini Sia bertanya pada Neo karna ia baru ingat kalau Neo juga pernah bersekolah disana. Walaupun Neo bersekolah di jurusan kedokteran di universitas itu. Tapi karena akademik dan jurusan kedokteran itu dalam satu universitas yang sama maka, mungkin Neo pernah melihat atau memperhatikan bagian akademik bisnis dalam berpakaian, itu pikir Sia.
Neo yang ditanya seperti itu hanya menggeleng kecil dan menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal. Pasalnya ia tidak terlalu memperhatikan yang lain selama berkuliah. Karena ia terlalu fokus pada pembelajaran dan juga ia tidak terlalu suka berinteraksi dengan orang lain yang mengenalnya dekat dengan keluarga terpandang (Watson dan Wagner). Karena waktu pendaftarannya ia di temani oleh Tuan dan Ny Wagner. Maka dari itu Neo beranggapan orang orang yang ingin berteman dengannya itu hanya memandang sampul dirinya dan tidak tulus. Baginya yang bisa dianggap teman cukup ketujuh adiknya ini. Karena Sia dan yang lain tidak pernah meremehkan dan merendahkan dirinya yang bukan dari keluarga terpandang. Ia senang ketika sahabatnya sekaligus adiknya itu menerima dirinya yang asli dan sederhana ini. Malahan mereka rela mengeluarkan banyak pendapatan untuk menyembuhkan penyakitnya itu dan juga membantu kehidupan ibunya.
Neo yang melihat Luzel melintas di depannya segera menariknya "Nah tanya saja pada Luzel" ucap Neo dengan smirk khasnya.
Luzel yang ditarik secara tiba tiba hanya dapat menahan kesalnya saja, karena ia sadar ada Sia didepannya, jika tidak ia akan meminjamkan Neo pada dokter dokter untuk sebagai alat uji coba. Tapi ketika mendengar ucapan Neo, Luzel memandang mereka penuh tanda tanya.
"Apa?"
"Itu Sia tidak mengetahui seragam apa yang akan ia pakai besok, dan juga aku tidak mengerti cara kalian berpakaian dengan tiga model seragam ini" jelas Neo.
Setelah paham keadaan Luzel melepaskan diri dari pegangan Neo "Tunggu sebentar" ucapnya lalu ia kembali ke kamarnya.
Tidak lama kemudian Luzel kembali dengan dengan tiga set seragam yang mirip dengan Sia tapi untuk cowok.
Luzel meletakkan sergaamnnya di atas kasur Sia. "Coba kamu cari pasangannya" perintah Luzel menyuruh Sia untuk mencocokkan pasangan seragam itu.
Satu kali salah akhirnya Sia berhasil memasangkan seragamnnya. Luzel melihat itu menjelaskannya pada Sia.
KAMU SEDANG MEMBACA
(End) Athanasia Wagner 2 : Seven Lights
Teen Fiction"Sia apa pun yang terjadi kami akan selalu berada di sisimu" "Tidak perlu takut karna kami akan selalu menjadi cahaya mu di malam hari dan akan menjadi awan mu di siang hari" "Tetaplah jadi Sia kami, Sia yang kuat dalam semua rintangan hidup, Sia ya...