Brak!
Luzel mendobrak pintu kamar dengan keras. Disana ia melihat Raven sedang berusaha menenangkan Sia.
"Raven apa yang terjadi?!" Tanya Luzel.
"Neo, tolong Sia!" Ucap Raven memohon tanpa menjawab pertanyaan dari Luzel.
Neo pun langsung mendekati Sia. Betapa terkejutnya ia ketika melihat Sia sudah sangat pucat dengan keringat dingin menyelimuti tubuhnya dan tak lupa tubuh yang gemetar ketakutan.
Segera ia langsung berlari ke kamarnya untuk mengambil beberapa peralatan ke dokteran dan kembali lagi ke kamar Sia.
Neo pun segera menyuntikan cairan penenang walaupun agak kesusahan ketika mencari nadi Sia karena tangannya sangat gemetar.
Setelah berhasil menyuntikan cairan itu, tubuh Sia perlahan mulai tenang dan ia pun jatuh tidur.
"Ceritakan!" Perintah Luzel.
"Aku akan menceritakannya tapi tidak disini" ucap Raven sambil melihat Sia yang sedang tertidur pulas.
Mereka pun mengangguk paham dan segera keluar dari kamar Sia.
"Kalian, jaga di sini jika kalian mendengar suara dari kamar ini langsung beritahu kami" perintah Neo pada para bodyguard di sana.
"Baik tuan!" Ucap mereka serempak dan berjaga di depan pintu kamar Sia.
**Ruang Kerja**
Kini mereka telah berada di ruang kerja yang ada di apartemen itu.
"Sebelum itu, Felix bisa panggil yang lain untuk pulang" ucap Raven yang di angguki Felix.
Ia pun langsung menelpon yang lainnya untuk segera pulang dan juga memanggil Kai yang sedang tertidur di kamarnya.
"Kita tunggu yang lain. Karna aku ada informasi yang sangat penting" jelas Raven.
Setelah menunggu Lucas dan Lion kembali akhirnya semuanya telah berkumpul di sana dan menatap heran Raven.
Lucas, Lion dan Kai yang tidak mengetahui keadaan Sia tadi, segera Felix yang memberitahukan pada mereka.
Mendengar itu mereka terkejut dan ingin segera ke kamar Sia sebelum Neo menghentikan mereka.
"Untuk saat ini dia baik baik saja, Sia lagi tertidur karna efek obatnya" jelas Neo.
Lucas, Lion dan Kai pun berusaha menahan rasa kegusaran mereka dan memilih mendengar kan informasi yang akan di sampaikan Raven.
Sebelum berbicara Raven pun mengeluarkan sebuah peluru yang tadinya nyaris mengenai dirinya dan Sia.
"Peluru?" Ucap penasaran Lucas.
"Hm. Peluru ini yang hampir mengenai kami. Ketika kami berada di simpang dekat apartemen, aku merasa ada seseorang yang mengintai kami dan benar saja orang itu menembakan pistolnya ke arah Sia" jelas Raven.
Luzel dan yang lain mendengar itu terkejut dan sangat marah. Siapa pula lagi yang berani mencelakai keluarga mereka.
Sedangkan Lucas yang dari tadi sibuk meneliti peluru itu pun terkejut setelah ia mendapatkan kode pada peluru itu.
"Coba lihat ini!.." ucap Lucas sambil menyodorkan peluru itu ke tengah tengah, mereka yang melihat itu pun penasaran.
"Perhatikan tulisan kecil ini. M'x?!" Ucap Lucas ketika membaca dua huruf itu.
Luzel dan yang lain pun membola ketika mendengar nama itu.
"Dia lagi?!" Ucap kesal Kai.
"Ck, kurasa ia ingin bermain main lagi dengan kita" sambung Lion.
KAMU SEDANG MEMBACA
(End) Athanasia Wagner 2 : Seven Lights
Teen Fiction"Sia apa pun yang terjadi kami akan selalu berada di sisimu" "Tidak perlu takut karna kami akan selalu menjadi cahaya mu di malam hari dan akan menjadi awan mu di siang hari" "Tetaplah jadi Sia kami, Sia yang kuat dalam semua rintangan hidup, Sia ya...