Kemarahan

133 10 0
                                    

Beberapa saat kemudian sang dokter baru saja keluar dari ruangan ICU dan langsung saja di kerumuni oleh mereka yang sudah menunggu dari tadi di luar ruangan ICU.

"Dok, bagaimana keadaan Sia?"

"Sia baik baik saja kan?"

"Apa ada yang serius?"

Begitulah beberapa pertanyaan yang langsung menyerang sang dokter begitu ia keluar dari kamar itu.

"Semuanya baik baik saja Tuan. Nona sebentar lagi akan sadar" jawab tenang sang dokter.

Mereka yang mendengar itu akhirnya bisa benar benar bernafas lega. Beda halnya dengan Luzel yang masih kelihatan khawatir.

"Tadi...apa itu tidak serius?" Tanya Luzel.

Mendengar pertanyaan itu sang dokter terdiam sebentar untuk memahami maksud dari Tuan mudanya yang irit bicara ini.

Setelah mengerti maksud dari Tuan mudanya ia menatap tenang Luzel.

"Pada awalnya Nona mendapatkan serangan dingin mendadak sehingga tubuhnya mengalami kejang kejang. Selain itu ketika pertama kali saya melihat kondisi Nona, tubuhnya sudah seperti banyak kekurangan darah dan sangat pucat sehingga serangan dingin sangat mudah masuk ke dalam tubuhnya. Tapi tenang saja saat ini kondisi Nona sudah membaik" jelas sang dokter.

Walaupun sudah dijelaskan serinci itu Luzel masih tetap khawatir sebelum ia bisa melihat Sia sadar kembali.

"Hm. Apa kami bisa melihatnya?" Tanya Luzel.

"Bisa setelah kami pindahkan ke kamar rawat. Kalau begitu saya permisi dulu" ucap sang dokter sebelum ia pergi untuk memindahkan Nona mudanya ke kamar rawat khusus. Karena kamar itu hanya untuk keluarga Watson dan Wagner ketika sedang di rawat di rumah sakit itu.


**VVIP'Room**

Cklek

Akhirnya setelah merasa ketakutan, mereka dapat merilekskan tubuh mereka di ruangan rawat Sia.

Lion dan Lucas tengah duduk di samping ranjang Sia. Lion tidak henti hentinya memegang tangan Sia, seraya memberikan kehangatan tubuhnya pada tubuh Sia yang masih dingin.

Sedangkan Luzel tengah berdiri di samping Sia yang masih belum sadarkan diri. Ia terus menatap bersyukur Sia. Karena warna tubuhnya sudah mulai normal.

Luzel merasa sakit dan marah ketika melihat kondisi Sia pertama kali setelah keluar dari danau. Ia benar benar hampir kehilangan akal ketika melihat Sia hampir seperti mayat beku.

Jika ia tidak bisa menahan emosinya di pastikan Luzel kini sedang menyiksa ketiga pelaku itu sampai tewas.

"Zel..." Panggil Raven.

Luzel yang merasa di panggil segera menatap Raven.

"Zel kami ingin mengurus sesuatu hal terlebih dahulu" ucap Raven dengan mata yang menyembunyikan emosinya sedang memuncak.

"Jika Sia sudah sadar...segera hubungi kami" sambung Raven sambil melihat Sia yang sedang damai tertidur.

"Hm. Selesaikan sampai tuntas" jawab Luzel.

Akhirnya Raven, Felix dan Kai segera keluar dari sana menuju ke markas. Mereka benar benar ingin memusnahkan penyebab keadaan Sia seperti itu.

Para bodyguard yang berjaga di depan pintu kamar itu terkejut ketika melihat tiga Tuan muda mereka sedang diselimuti kemarahan.

"Tu-tuan?--"

"Siapkan helikopter ke markas segera!!!" Perintah Raven sambil terus berjalan cepat ke luar rumah sakit itu.

(End) Athanasia Wagner 2 : Seven LightsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang