"Hentikan Dika!!!" Sambung Luzel dengan amarah yang memuncak.
Deg!!
"Hentikan kegilaan ini!! Andhika Robert. Atau aku bilang Andhika Xayden" ucap Luzel.
"Dika?~" lirih Sia melihat pria bertopeng di sampingnya.
"Ppfftt...HAHAHAHAH...Hahahaha. Tidak ku sangat ketua mafia terkejam begitu mengenal ku" remeh pria itu.
Pria itu pun melepas topengnya dan tersenyum puas melihat reaksi terkejut Sia.
"Hai Sia kita bertemu lagi" ucap Dika.
"Apa kamu terkejut dengan semua kejutan ini hmm? Apa kamu tau kenapa dirinya bisa mengenali ku? Atau kamu terkejut karena ku bilang dia ketua mafia?" Ucap Dika sambil mengelus rambut Sia.
"Jangan sentuh dia!!" Teriak Luzel.
"Ma-mafia?....ketua mafia?....Luzel...dia..." Ucap Sia terbata bata.
Sia pun mengingat semua hal yang pernah ia lalui dari banyaknya rahasia yang dia sembunyikan dari dirinya, perkelahian waktu itu, dan Luzel memiliki senjata api.
Deg!!
"Apa jangan jangan....me-mereka..." Ucap Sia ketika mengingat semua sahabatnya itu berprilaku sama seperti Luzel.
"Hahahaha....apa kamu baru sadar selama kamu hidup, dirimu telah tinggal bersama seorang pembunuh berdarah dingin!" Tegas Dika.
Sia yang masih belum bisa menerima semua itu tidak memperdulikan ucapan Dika. Sedangkan Luzel merasa sangat bersalah karena telah menyembunyikan suatu hal yang penting itu dari Sia.
"Sia maaf" ucap Luzel penuh rasa bersalah, ia berjalan pelan menuju tempat Sia di ikat.
Tapi Dika tentu tidak membiarkannya untuk mendekati tempat mereka berdiri sekarang.
DORR!!
Satu tembakan berhasil di lepaskan Dika yang menargetkan Luzel, untungnya Luzel masih memiliki refleks yang bagus walaupun dirinya terluka.
Akibat suara tembakan itu Sia berhasil tersadar dari pikirannya sendiri dan menatap khawatir Luzel.
"Luzel!!...Apa yang kamu lakukan Dika, itu bisa membunuhnya!!" Marah Sia.
Dika yang dimarahi seperti itu merasa tidak terima ia pun semakin menjadi jadi menembak Luzel.
Luzel yang tau situasi akan sangat berbahaya bagi Sia jika ia masih di dekatnya segera berlari menuju ke bawah yang dikejar oleh bawahan Dika.
Melihat Luzel yang melarikan diri, Dika beranggapan bahwa saatnya ia bisa membunuh musuhnya itu. Tanpa membuang waktu ia pun mengikuti Luzel ke bawah.
Sia yang di tinggal sendiri berusaha untuk melepaskan dirinya dari ikatan itu.
Karena ikatan itu kuat hal hasil tangan Sia kembali terluka lagi. Tapi hal itu tidak membuat Sia berhenti untuk berusaha melepaskan ikatan itu. Baginya kini ia harus segera menolong Luzel.
Ketika merasakan tali itu semakin logar Sia pun sudah mulai bisa bergerak sedikit.
Namun tiba tiba...
Srett!!
Ikatan itu terlepas dengan cepat. Sia merasa ada yang aneh segera melihat kebelakangnya, sontak ia pun membulatkan matanya terkejut.
"Ra-Raven?!" Kaget Sia ketika melihat Raven telah berdiri di belakangnya.
Raven dan yang lain berhasil tiba di lokasi itu beberapa menit setelah Luzel.
KAMU SEDANG MEMBACA
(End) Athanasia Wagner 2 : Seven Lights
Teen Fiction"Sia apa pun yang terjadi kami akan selalu berada di sisimu" "Tidak perlu takut karna kami akan selalu menjadi cahaya mu di malam hari dan akan menjadi awan mu di siang hari" "Tetaplah jadi Sia kami, Sia yang kuat dalam semua rintangan hidup, Sia ya...