Berharga

140 6 0
                                    

"....baik semuanya sebelum kelas berakhir saya meminta kalian untuk membuat kelompok dengan maksimal anggota 7 orang di setiap kelompok. Agar pembelajaran kita tidak terlalu kaku dan mempermudah kalian untuk mengumpulkan segala informasi selama pelajaran berlangsung. Dengan kata lain saya menyuruh kalian untuk membuat kelompok belajar. Baik hanya itu saja, kelas hari ini saya akhiri" setelah itu guru itu pun segera keluar kelas.

Karena masih pada hari pertama maka hari ini hanya memiliki satu kelas saja sehingga kelas yang awalnya diam karena fokus memperhatikan guru mengajar menjadi ribut karena mereka semua mulai sibuk untuk memilih anggota kelompok mereka.

"Kalian tidak mencari anggota?" Tanya Sia pada Luzel dan yang lain.

"Tidak perlu!" Ucap serempak mereka.

"Sudah ada?" Tanya balik Sia dan langsung dibalas anggukan ke empat orang ini.

"Siapa?"

"Kita" ucap singkat Luzel.

"Yap dia, Raven, Aku, Kai dan kamu Sia. Pas berlima" jelas Felix.

"Apa tidak perlu menambah yang lain?"

Mendengar pertanyaan Sia mereka kompak menggeleng. Sia yang melihat itu hanya menghela nafas lelah dan segera merapikan alat tulisnya.

"Sia aku-" ucapan tiba tiba Dika terpotong ketika mendapat lirikan tajam Luzel.

Mendengar Dika memanggilnya tadi Sia segera menatap Dika penuh tanya "Ada apa?"

"Eh..itu...Aku mau masuk kelompok bol-"

"Sudah penuh" ucap tajam Raven.

Sia yang merasakan atmosfer ketegangan di sana hanya bisa diam dan menatap Dika bersalah 'Maaf' itu makna yang terlihat di raut wajah Sia. Sedangkan Dika mau tidak mau segera mencari anggotanya yang lain.

"Raven!!" Pekik seseorang di belakang mereka.

Raven dan yang lain pun segera memutar tubuhnya ke belakang. Di sana mereka melihat salah satu gadis yang kini tersenyum malu ketika bertatap dengan Raven.

Raven yang di tatap jijik seperti itu segera kembali menghadap ke depan dan memasukkan alat tulisnya ke tas.

Gadis itu yang di acuhkan merasa malu dan kesal, ia segera berjalan dan berdiri di depan Raven dan yang lain.

"Apa kalian lupa? Saya Mira kita pernah seangkatan di tahun pertama" ucap gembira gadis itu yang bernama Mira.

Sia yang benar benar polos atau benar benar tidak tau tiba tiba bertanya "Jadi Mira pernah gagal masuk tahun ke dua?".

Mendengar perkataan polos Sia, Raven, Felix dan Kai tiba tiba terbatuk kecil untuk menahan tawa mereka sedangkan Luzel tersenyum miring dan segera menutup mulutnya dengan tangannya.

Raven mengacak rambut Sia dan segera menyuruhnya untuk pulang. "Ayo" ajak Raven dan yang lain.

Sia yang masih belum mendapat jawaban menatap Mira dan ingin bertanya lagi sebelum Luzel menariknya keluar kelas.

Sedangkan Mira kini telah mengepalkan tangannya erat sambil menahan emosi "gadis sialan!!" Lirih Mira. Melihat temannya menahan emosi dan malu segera Wulan dan Sasa menghampiri Mira dan menenangkannya.

Wulan dan Sasa merupakan teman satu geng Mira. Mereka bertiga pernah sekelas dengan Luzel dan yang lain di tahun pertama. Tapi karena gagal untuk masuk ke tahun kedua mereka harus mengulang sekali lagi tahun pertama.

"Siapa gadis itu?" Tanya kesal Mira dengan sahabatnya itu.

Mereka yang mendengar itu hanya menggeleng tidak tau.

(End) Athanasia Wagner 2 : Seven LightsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang