ProkProk
Prok
"Bagus...bagus...apa yang kalian presentasi kan sangat bagus dan mudah di pahami. Baik kalian bisa kembali ke tempat duduk kalian" ucap guru itu.
Sia, Luzel, Raven, Felix dan Kai pun kembali duduk setelah melakukan tugas presentasi yang sudah di beri seminggu yang lalu.
Yap tidak terasa sudah dua Minggu Sia bersekolah di akademik itu. Setelah pertengkaran itu kini Sia mencoba untuk berjalan kembali di kegelapan dunia ini dengan tujuh cahayanya untuk mencari tujuan hidup nya.
"Sia~.."
"Sia..."
"Sia, hey!"
Sia pun tersentak kecil dan kembali dari lamunannya.
"Kenapa?" Tanya khawatir Luzel.
Sia pun tersenyum kecil dan menggelang. Ia menyuruh Luzel untuk memperhatikan ke depan.
"Ck....kenapa gadis itu bisa dekat dengan pangeran es?"
"Apa pangeran es kini sudah mencair?"
Sudah dua Minggu pula Mira, Wulan dan Sasa memantau Sia. Semakin kehari semakin besar kekesalan mereka dengan Sia. Mereka iri dengan Sia karena mudah bergaul dengan para pangeran kampus.
"Betul, dia hanya anak baru dan lihat dengan santainya dia terus menempel dengan Raven ku!!" Geram Mira.
"Iya ya dia anak baru bukan, ketika kita tahun pertama dia tidak ada, lalu entah datang dari mana gadis itu muncul tiba tiba di tengah para pangeran kita" bisik kesal Wulan.
"Anak baru? Atau jangan jangan ia masuk lewat jalur hitam. Bisa jadi ia menyogok para guru dan kepala akademik?" Tebak Sasa.
Mira dan Wulan yang mendengar itu menatap langsung Sasa dan mengangguk "Benar!!" Pekik mereka serempak.
Boing~.....Dug!
"Kalian bertiga!!" Panggil keras guru di depan kelas.
Karena suara pekikan mereka sangat mengganggu waktu belajar, maka guru itu melempar penanya ke arah meja Mira dan kawan kawan.
"Coba ulang apa yang saya katakan!"
"...." Karena mereka dari awal tidak memperhatikan mereka hanya bisa terdiam.
"Sebagai hukumannya kalian salin 100 halaman pertama dari buku How to Win Friends and Influence People, pengarang Dale Carnegi. Saya tunggu hasilnya Minggu depan" perintah sang guru. Mereka bertiga pun hanya bisa mengangguk menerima nasib sial ini dan memandang tajam Sia.
Sia yang di tatap tajam merasa bingung, namun tatapan itu di putuskan oleh tangan Kai yang menutup mata Sia.
"Sudah kembali fokus" bisik Kai. Sia pun memutar badannya ke depan dan kembali fokus.
Beberapa saat kemudian jam pelajaran itu akhirnya berakhir. Mereka memilih untuk tetap di akademik karena dua jam lagi akan ada kelas.
Mereka memilih untuk duduk di taman depan Universitas.
KAMU SEDANG MEMBACA
(End) Athanasia Wagner 2 : Seven Lights
Ficção Adolescente"Sia apa pun yang terjadi kami akan selalu berada di sisimu" "Tidak perlu takut karna kami akan selalu menjadi cahaya mu di malam hari dan akan menjadi awan mu di siang hari" "Tetaplah jadi Sia kami, Sia yang kuat dalam semua rintangan hidup, Sia ya...