Keesokan paginya Luzel dan yang lain telah berkumpul di kamar Sia dengan Neo yang tengah memeriksa Sia.
Mereka berkumpul di sana karena perintah Luzel. Luzel telah memberitahu yang lain bahwa identitas mereka sudah diketahui oleh Sia. Maka dari itu ia ingin secepatnya untuk membicarakan semuanya agar tidak terlalu mengecewakan Sia.
Beberapa saat kemudian mereka melihat ada pergerakan tangan Sia. Benar saja tidak sampai satu menit Sia sudah bisa membuka matanya secara perlahan.
"Sia?" Panggil Neo.
Sia hanya meresponnya dengan bergumam kecil. Karena Sia sendiri masih merasakan tubuhnya terasa sangat letih.
Ketika matanya menangkap sesosok yang tengah menatapnya dengan ekspresi bersalah, sedih, senang, dan marah menjadi satu. Sia pun mencoba untuk duduk dengan bersandar kepala kasurnya.
"Minum~" lirih Sia.
Neo yang masih dapat mendengar itu segera mengambil air minum yang ada di meja kecil samping tempat tidur itu.
"Sia?" Panggil Luzel dan ia langsung berlutut di samping tempat tidur Sia.
Sia yang sudah selesai minum hanya melirik Luzel yang ada di bawahnya. Baginya masih ada perasaan kecewa, sedih dan tertipu dengan sikap sahabat sahabatnya itu terutama Luzel, karena mereka telah tumbuh bersama dari bayi.
Tidak mendapatkan respon yang di harapkan Luzel hanya bisa menerima itu, ia juga dapat merasakan kekecewaan Sia karena dirinya telah berbohong selama ini.
"Sia maaf kan aku, aku hanya tidak ingin kamu--" ucapan Luzel terpotong oleh Sia.
"Apa mereka juga tau?" Tanya Sia datar.
"Mereka?" Tanya balik Luzel.
"Papa dan Papi" jelas Sia.
"Mereka tau dan pekerjaan ini juga dari mereka" jelas Luzel.
Luzel merasa sudah saatnya Sia tau akan semua hal itu. Akhirnya Luzel menceritakan dari dirinya dan yang lain mendapatkan pekerjaan itu dari Tuan Wagner dan Tuan Watson.
Sia yang awalnya tidak memperdulikan cerita itu menjadi mendengar dengan seksama ketika Luzel menceritakan bagian dimana mereka menangkap salah satu anggota keluarga Neo, Raven dan juga Sikembar.
Mendengar cerita Luzel, Sia juga sudah mulai memahami bahwa pekerjaan itu tidak selalu dalam hal negatif. Selain itu Sia juga sudah mengetahui bagaimana tersiksanya mereka ketika dirinya dinyatakan hilang selama lima tahun itu.
"Tapi...kenapa kalian menyembunyikannya dari ku selama ini? Apa kalian masih meragukan hubungan kita? Atau kalian hanya meragukan diriku? Kalian masih menganggap ku sebagai orang asing?" Akhirnya Sia berbicara setelah sekian lama ia diam ketika mendengar kan cerita Luzel.
"Tidak!! Kami tidak pernah menganggapmu sebagai orang asing!" Ucap mereka serempak.
"Sia, kamu merupakan dunia kami. Ketika dirimu hilang maka dunia kami pun juga ikut menghilang" ucap Raven, yang lain mendengar itu pun mengangguk setuju.
"Tapi kenapa?" Tanya Sia.
"Sia, kami menyembunyikannya dari mu karena itu untuk kebaikan mu sendiri. Kami hanya tidak ingin kamu terlibat dengan pekerjaan kotor ini. Dan juga kami berusaha semaksimal mungkin menyembunyikan hal ini dari publik agar dirimu tidak terkena imbasnya, Sia" jelas panjang lebar Neo.
Ia berpikir jika publik mengetahui identitasnya maka Sia nya lah yang menjadi satu satunya kelemahan mereka. Maka dari itu pasti Sia akan selalu di targetkan oleh musuh musuh mereka.
"Percayalah, kami tidak pernah sekali pun meragukan mu apa lagi mempermainkan mu, Sia" ucap tulus Raven dan di angguki mereka semua.
"Ada lagi?" Lirih tanya Sia.
KAMU SEDANG MEMBACA
(End) Athanasia Wagner 2 : Seven Lights
Teen Fiction"Sia apa pun yang terjadi kami akan selalu berada di sisimu" "Tidak perlu takut karna kami akan selalu menjadi cahaya mu di malam hari dan akan menjadi awan mu di siang hari" "Tetaplah jadi Sia kami, Sia yang kuat dalam semua rintangan hidup, Sia ya...