Bala Bantuan

3.1K 237 7
                                    

Biasakan memberi vote sebelum membaca!

Happy reading!

🍁🍁🍁

"Kasih tau kita lah, Dho." Masih terdengar suara cempreng Mia, dan Ridho semakin mempercepat langkahnya agar bisa terbebas dari cewek bawel tersebut.

Tak dapat  dipungkiri sebagai sosok yang pernah menjadi rekan kerja Daven, memang Ridholah orang yang paling dekat dengannya. Ketika tau jika teman kerjanya ternyata adalah seorang CEO membuat Ridho sempat malu saat bertemu muka dengan Daven. Ia mengira Daven tak akan lagi sudi bertatap muka dan berbicara banyak padanya seperti biasa. Namun apa yang Ridho sangka ternyata tak terbukti sama sekali. Daven merengkuh Ridho erat saat OB itu mengantar kopi susu pesanannya beberapa waktu yang lalu.

Daven meminta agar Ridho tetap menganggapnya sebagai teman kendati dia sudah naik jabatan. Dan berpesan agar Ridho tak perlu sungkan jika membutuhkan pinjaman uang seperti biasanya yang membuat OB tinggi kurus tersebut menonjok bahu Daven yang tertutup jas mahal itu kesal.

"Pantesan saat gue pinjam uang, lo selalu ada. Berapapun gue butuh." Ridho geleng-geleng kepala menatap Daven yang dengan santai menghirup kopi susu di depannya. "Ternyata uang lo unlimited," lanjut Ridho yang dalam hati menebak pasti sosok di depannya itu juga memiliki black card yang menjadi impian banyak orang.

"Lebay lo!"

"Serius gue gak percaya punya teman yang ternyata pemilik perusahaan ini." Sampai saat ini pria tamatan SMA itu masih saja belum percaya jika teman baiknya tersebut adalah pewaris sebuah perusahaan besar.

"Ini perusahaan bukan punya gue, Dho. Punya bokap. Gue cuma numpang aja," elak Daven tampak kurang setuju saat Ridho menyebutnya sebagai pewaris. Padahal masih ada abang dan adiknya bernama Cinta yang juga berhak atas perusahaan milik sang papa.

" Tapi kan ujung-ujungnya bakal jatuh ke tangan lo juga."

"Itu kalau kerja gue bagus dan bisa membuat perusahaan semakin maju,"Sahut Daven.

"Enak ya lo sekarang, udah gak perlu capek-capek angkat galon dan bikin minum lagi." Ridho tersenyum mengingat kasta berbeda diantara mereka yang kadang membuat ia insecure.

"Kata siapa enak? Memimpin perusahaan yang memiliki sektor usaha di mana-mana tak semudah mengangkat galon dan membuat minuman, Dho." Daven mendesah lelah menjawab perkataan Ridho yang menurutnya terlalu berlebihan.

"Emang bisa gitu?"

"Kalau salah takaran gula saat bikin minum sih, akibatnya paling cuma diolemin sama yang pesan. Tapi kalau salah mengambil keputusan saat jadi CEO sebuah perusahaan bisa berakibat fatal."

"Kalo gitu gue mending jadi OB aja lah. Ribet hidup kayak lo." Ridho bergidik ngeri mendengar penjelasan Daven barusan.

Daven terkekeh dan menepuk pundak Ridho kasual. "Thanks ya, Dho sudah mau jadi temen gue selama ini," ucap Daven tulus. Mengenal ridho membuat Daven tau arti sebenarnya dari kata pantang menyerah. Ridho anak sulung dari empat bersaudara adalah sosok yang tak kenal kata menyerah. Walau terkadang saat merasa lelah dia hanya bisa merengek" Ya Allah.. Ya Allah... Ya Allah..." namun tak membuatnya putus asa dengan hidup yang sedang dijalaninya.

"Kalau gue mah sama siapa aja asal dia baik ama gue pasti gue temenin. Apalagi orang kayak lo. Emang lo susah banget ya nyari teman yang tulus?" tanya Ridho yang sempat bingung karena Daven terus saja mengucapkan terimakasih karena ia sudah sudi menjadi teman Daven selama ini.

Daven tersenyum dan mengangguk
"Selama ini kebanyakan orang yang gue kenal bukanlah mereka yang tulus. Mereka cuma mau berteman karena tau gue anak orang kaya," jelas Daven.

Untuk itulah selama ini Daven lebih suka menarik diri. Ia cendrung tak memiliki banyak teman dan lebih suka menjadi seorang penyendiri.

Selama berteman dengan Ridho, Daven sadar jika masih ada orang-orang yang tulus berteman dengannya tanpa tau siapa dirinya. Contohnya Ridho, Bang Asrul dan teman-teman lainnya yang ia kenal selama menjadi OB.

"Jadi sebenarnya alasan apa sih yang  bikin lo mau susah-susah jadi OB selama ini?" tanya Ridho serius. Satu-satunya pertanyaan yang selama ini menggantung di pikirannya akhirnya terlontar juga.

"Gue mau ngejar cinta sejati gue. Yang tulus mencintai gue tanpa tau siapa gue sebenarnya," jawab Daven mantap. Pengalaman pahit dengan istri sebelumnya membuat Daven akhirnya mendapatkan ide gila tersebut.

"Wuahhhh.... " Ridho takjub dengan alasan yang Daven katakan. "Gue gak nyangka sesusah itu orang kaya mencari pasangan hidup yang tulus mencintainya."

"Lo ngejek gue?" tuding Daven kesal melihat ekspresi Ridho yang takjub berlebihan.

"Ya ampun Pak Boss sensi amat dah!" Ridho menepuk pundak Daven terkekeh.

"Oya, Dho. Babe ama Nyak lo apa kabar?" tanya Daven yang tiba-tiba teringat pada orang tua Ridho yang selalu menyambutnya hangat saat beberapa kali singgah di kediaman sederhana mereka.

"Baik, Babe nitip salam buat lo. Katanya berkat uang yang dipinjam dari lo, operasi kataraknya berjalan lancar dan sekarang penglihatan beliau sudah membaik."

"Nyak apa kabar? Sehat?"

Ridho mengangguk, "Nyak juga sehat. Beliau titip salam. Katanya kapan lo main kerumah lagi. Nyak mau masakin gabus pucung kesukaan lo."

Daven kembali tersenyum mengingat sosok wanita yang Ridho panggil dengan sebutan Nyak itu. Wanita asli Betawi yang selalu antusias memasakkan masakan khas Betawi setiap Daven menginap dirumah Ridho.

"Titip buat Nyak!" Daven menyodorkan selembar kertas persegi panjang pada Ridho. Di atas kertas jelas tertera nominal yang membuat Ridho terbelalak.

"Maksud lo apaan nih?" tanyanya meminta penjelasan. Tangannya bergerak menyambut kertas yang ternyata adalah selembar cek

"Emak punya mimpi pengen punya warung makan khas Betawi. Dan gue ingin wujudkan mimpi besarnya itu."

"Aduh, Bos jangan gini. Keluarga gue udah terlalu banyak merepotkan lo." Ridho menggeleng dan kembali menyodorkan cek di tangannya pada Daven.

"Jangan nolak rejeki, Dho. Ini rejeki dari Allah dan Gue cuma perantara saja."Daven kembali mendorong cek tersebut.

"Tapi.... "

"Gak ada tapi-tapian, Dho. Yang gue minta lo tetap mau kerja disini. "

"Makasih ya, Syam! Eh maksud gue pak Daven." Ridho menangkupkan tangannya sebagai pertanda jika ia sangat berterimakasih.

"Gak usah sok formal lo! Panggil gue senyaman lo aja," pinta Daven menolak di panggil bapak.

"Makasih! Maksih banyak ya, Sob!"

"Sekarang tugas lo bantuin Nyak bikin warung makan impiannya. Bilang sama beliau suatu hari nanti gue bakal datang bawa istri gue kesana."

"Siap boss laksanakan!"

Daven terkekeh melihat Ridho dengan sigap mengangkat tangannya ke pelipis sebagai penghormatan pada Daven. "Eh satu lagi, Dho!" Daven kembali menambahkan.

"Siap, Bos. Apa gerangan yang anda inginkan?"

"Gue perlu bantuan lo untuk...." Daven mendekati Ridho dan membisikkan sesuatu yang membuat Ridho terbelakak.

"Lo serius?"

"Iya! Lo maukan bantu gue?"

"Siap! Titah paduka akan saya laksanakan."

Daven menepuk pundak Ridho senang" Gue percayakan semua sama lo, Sob. Kisah cinta gue ada di tangan lo sekarang, "ucap Daven berharap penuh pada sosok di depannya itu

Ridho mengangguk mantap sambil menatap Daven."Gue akan kerahkan seribu persen kemampuan gue."

"Good!"

🍁🍁🍁

Yey! Postingan pertama di tahun 2023. Semoga tahun ini kita diberikan keberkahan hidup oleh Allah.

See you!

Martapura, 3 Januari 2023

Mas OB, I Love You! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang