Canda Tawa

3.5K 236 19
                                    

Biasakan memberi vote sebelum membaca!

Happy reading!

🍁🍁🍁

Syamil tersenyum dikulum ketika keluar kamar dan mendapati sosok Nayla sudah siap berangkat. Tak sia-sia rupanya alasan yang dibuatnya tadi pagi. Dengan alasan stock makanan menipis Syamil meminta Nayla menemaninya belanja keperluan mereka untuk dua minggu ke depan. Padahal jika Mas OB itu mau, dia dengan mudah bisa menghubungi Mang Dulah tukang kebun sang mama agar belanja dan mengisi kabinet-kabinet yang ada di dapurnya seperti biasa. Namun hal itu urung dilakukannya saat merasa jika mengajak gebetannya itu jalan-jalan walau sekedar untuk membeli keperluan dapur adalah ide yang sangat cemerlang agar hubungan mereka bisa semakin dekat. Maka ketika melihat Nayla mengangguk tanda setuju dengan ajakannya untuk berbelanja keperluan mereka tak ada yang dapat dilakukannya selain jingkrak-jingkrak bahagia layaknya ABG sedang memenangkan lomba dua detik setelah masuk ke dalam kamar.

Yess!

"Jadi kita mau belanja kemana?" tanya Syamil saat sudah berdiri di depan Nayla yang sejak tadi asyik dengan ponselnya.

"Terserah," jawab Nayla.

"Tidak ada tempat di dunia ini yang namanya terserah, Nay," sahut Syamil geleng-geleng kepala. Dimana-mana wanita seolah sama. Tak pernah dapat berpisah dari kata pamungkas mereka bernama "terserah".

Nayla tergelak dengan ucapan Syamil barusan." Maksud gue, gue ikut aja kemana lo belanja biasanya," ujarnya yang justru membuat Syamil terdiam. Selama ini sebenarnya dia tak pernah sedikitpun repot berbelanja kebutuhan dapur. Mang Duloh lah yang selama ini menjadi pahlawannya dalam urusan tersebut. Kini saat Nayla menanyakan tempat dimana biasanya dia berbelanja, saat itulah Syamil sadar jika seharusnya sebelum ini dia bertanya pada Mang Duloh dimana pria yang sudah bekerja puluhan tahun di rumahnya tersebut biasanya berbelanja.

"Woy, Syam! Kok malah bengong?" Nayla mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Syamil.

"Eh Sorry!" Syamil mengerjap. "Yuk berangkat mobilnya udah di depan."

"Mobil?" Alis Nayla bertaut bingung. "Mobil siapa?"

"Eh maksud gue taksi online yang gue pesan." jawab Syamil cepat sebelum Nayla mengajak berdebat.

"Ribet bet sih lo! Perkara belanja doang ngapain pakai mobil segala."

See! Belum lewat sepuluh detik wanita itu sudah mulai ingin membuka acara perdebatan. Padahal Syamil hanya ingin Nayla merasa nyaman saat pergi bersamanya. Tak perlu kepanasan akibat berdesakan dlseperti kebiasaannya naik angkot setiap hari.

"Lo juga ribet kebanyakan debat," sahut Syamil kalem.

Tanpa banyak tanya lagi, Nayla akhirnya mengikuti langkah Syamil keluar dari rumah sederhana yang mereka tempati.

"Ngapain jalan ke mall sih, Syam?" protes Nayla saat tiga puluh menit kemudian kaki mereka memasuki pintu masuk sebuah mall ternama di Jakarta.

Kan! Kan! Salah satu sifat wanita yang sampai saat ini masih menjadi misteri bagi Syamil pribadi. Baru beberapa puluh menit yang lalu sosok yang berjalan di sampingnya itu mengatakan terserah saat ditanya hendak berbelanja kemana. Kini saat Syamil memutuskan untuk membawa Nayla ke pusat perbelanjaan besar di Jakarta, sosok itu justru protes. Jadi ini salah siapa?

"Lah bukannya cewek suka kalau jalan ke mall?" sahut Syamil melirik sekilas Nayla yang hari ini tampak sangat cantik dengan kerudung lilac senada dengan tunik yang dipakainya.

"Gue sebaliknya," gerutu Nayla dengan suara pelan.

"Trus maunya gimana nih?" Tak ingin berdebat, Kali ini Syamil menyerahkan semua keputusan pada salah satu titisan Hawa yang terkenal penuh dengan misteri tersebut. Dalam hati ia banyak-banyak merapal do'a semoga jawaban yang didapatnya bukannya jawaban terserah seperti biasanya.

Mas OB, I Love You! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang