Membungkam Mulut Pelakor (lagi)

3.9K 266 32
                                    

Biasakan memberi vote sebelum membaca!

Happy reading!

🍁🍁🍁

Brakkk!!

Nayla terkejut saat mendengar suara pintu pantry yang dibuka secara paksa. Perhatiannya dari cucian gelas teralihkan pada sosok yang kini tengah berdiri di ambang pintu menatapnya garang.

"Rini? Ngapain kamu kesini?" Kehadiran Rini yang tiba-tiba cukup membuat Nayla terkejut karena sebelumnya sosok itu tak pernah mau melangkahkan kaki jenjang dan mulusnya ke bagian pantry.

"Puas kamu bikin aku malu didepan umum beberapa hari yang lalu?" Tanpa menjawab pertanyaan, Rini serta merta menunjuk-nunjuk Nayla bagai orang kesetanan.

"Maksud kamu apa?" tanya Nayla benar-benar bingung. Tanpa angin dan badai sosok tersebut datang dan langsung menuduhnya yang tidak-tidak.

"Gak usah sok polos! Dasar janda gatel." Lancar sekali mulut Rini mengeluarkan kata-kata kasar yang membuat siapapun mendengarnya akan tersulut emosi.

"Jaga mulut kamu ya, Rin!" Emosi Nayla mulai terpancing. Sosok seperti Rini memang tak bisa jika didiamkan begitu saja. Ia akan seenaknya menginjak harga diri orang lain.

"Memang benerkan? Kalau bukan kamu yang menggoda Mas Dika mana mungkin suamiku itu memblokir kartu kredit yang aku punya!" Tuduhan Rini yang tak berdasar benar-benar membuat Nayla tak habis pikir.

Menggoda suaminya? Rini sepertinya lupa jika suaminya saat ini adalah milik sahabatnya yang ia dulu goda.

"Apa? Aku menggoda Mas Dika?" Nayla terkekeh geli menjawab tuduhan yang Rini lontarkan."Sorry harga diriku terlalu tinggi untuk merebut kembali sampah yang sudah kubuang," lanjutnya enteng membuat wajah Rini semakin berang.

"Gak usah sok suci. Pura-pura alim padahal aslinya busuk juga,"ucap Rini semakin sengit karena merasa lawannya tak terpengaruh sedikitpun oleh ucapannya.

"Mulutmu benar-benar sampah, Rin," ucap Nayla hanya bisa geleng-geleng kepala heran.

"Kalau bukan hasil menggoda laki-laki, dari mana juga kamu dapat black card yang kamu pakai kemarin?"

Oh masih seputar black card?

Sejak tau jika Nayla memiliki kartu sakti itu wajah Rini memang tampak sinis kala menatapnya sampai mereka berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing.

"Oh jadi kamu iri sama black card yang aku punya?" Nayla kembali terkekeh. Ia semakin semangat membuat wajah Rini murka. Apalagi beberapa hari yang lalu Daven menyarankan agar jangan mau kalah dengan sosok perebut suami orang itu. Maka, kala Daven siap menjadi donatur tetapnya untuk sedikit memberi pelajaran pada Rini, sejak saat itu Nayla tak ingin terlihat lemah dan payah.

" Om-om mana yang memberikan black card itu padamu?"Rini masih saja berusaha mengorek informasi tentang jejak black card yang Nayla miliki.

Nayla tertawa keras saat Rini semakin kepo. Ia tak habis pikir kenapa sosok itu selalu saja menganggapnya menjadi simpanan laki-laki hidung belang.

"Kamu itu lucu, Rin!" ucap Nayla setelah tawanya reda.

"Maksud kamu?"

"Iri kok ngelejekin? Kalau iri, saingin dong!?!" ejek Nayla berakting angkuh.

Wajah rini semakin merah saat Nayla tersenyum mengejek ke arahnya.

"Kamuuu... "

"Sstttt... "Nayla dengam cepat meletakkan jari telunjuk di depan bibir Rini yang merah," Apa? Gak sanggup menyaingi, ya? Panteessss... "

Mas OB, I Love You! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang