Rasa Bernama cinta

3.8K 240 23
                                    

Walau aku tau rasa yang ada di hatimu untukku masih seperti alif lam syamsiah yang samar-samar. Namun rasaku padamu seperti alif lam qomariah yang terang dan jelas.

🍁🍁🍁

Mata Nayla terbuka perlahan kala telinganya menangkap suara ponsel yang berdering. Indra penglihatannya memindai di sekeliling dan terhenti pada wajah tampan teduh yang tersenyum menatapnya.

"Loh, Mas? Sudah sampai rumah?" tanya Nayla celingak celinguk menatap sekitarnya dan terbelalak kaget saat mendapati jika mereka tengah berada dibasement yang ia tau bukan basement kantor perusahaan tempat ia bekerja.

Daven yang tengah menatap Nayla tampak cemas melihat wajah sang istri yang pucat. Tanpa ragu tangannya terulur untuk menyentuh pipi kiri wanita itu.

"Badan kamu panas, Nay. Wajah kamu juga pucat," ucap Daven khawatir. "Kamu kenapa gak bilang kalau lagi sakit?"

"Aku gak papa, Mas, " jawab Nayla berusaha nampak baik-baik saja saat dirinya merasa badannya terasa panas dingin dan pusing. Ditepisnya lembut tangan Daven yang masih menangkup pipi sebelah kirinya. Membiarkan tangan lembut CEO muda itu berlama-lama di pipinya sama saja membiarkan kesehatan jantungnya terancam.

Ia akhirnya memutuskan beranjak keluar dari mobil Audi Q7 milik Daven yang maskulin tersebut. Sayang baru beberapa langkah berjalan ia merasa lututnya lemas dan dirinya merasa limbung.

Untungnya sebelum pantatnya menyentuh lantai basement sebuah tangan menyambutnya. Nayla terpekik saat merasa tubuhnya melayang dan dalam beberapa detik kini dirinya sudah berada di gendongan Devan yang membawanya berjalan menuju lift.

"Mas Daven, tolong turunka----"

"Diam! Atau aku bungkam mulut kamu dengan mulutku," jawab Devan dingin tak ingin dibantah. Ia sedikit kesal pada Nayla yang bersikeras jika dirinya baik-baik saja padahal Daven tau jika suhu tubuh sang istri jauh diatas normal. Dasar keras kepala!

Namun beberapa detik kemudian Daven terkekeh melihat tingkah laku istrinya kali ini. Nayla dengan cepat menutup mulutnya satu detik setelah mendengar ancaman Daven yang membuat hidupnya seakan terancam.

"Ngapain takut? Bukannya kita sudah sah menjadi suami istri?" ejek Daven membuat wajah Nayla semakin memerah.

Nayla memilih bungkam dan tak banyak protes hingga Daven membawanya memasuki lift yang melesat naik entah ke lantai berapa. Yang dirinya tau saat masuk ke dalam sebuah unit apartemen dan Daven membuka tirai, nampak pemandangan kota Jakarta yang sangat indah. Wuahhh... Daebak!

Dengan lembut Daven membaringkan Nayla di atas kasur king size yang ada di kamarnya. "Kamu istirahat dulu, biar aku bikinkan makanan,"ucap Daven yang kini menyelimuti Nayla hingga dada. Nayla yang merasa sudah tidak bertenaga akhirnya hanya bisa mengangguk menuruti perkataan Daven yang bernada perintah.

Lima belas menit waktu berlalu namun Nayla tak juga dapat memejamkan mata. Interior kamar Daven yang sangat bekelas dan nyaman justru membuat ia tak dapat tidur sama sekali. Belum lagi saat menoleh ke samping kanan pemandangan indah kota Jakarta di malam hari yang dihiasi ribuan cahaya lampu membuat wanita dua puluh lima tahun itu takjub sendiri.

Pemandangan inilah yang selama ini diimpikannya namun tak dapat terealisasi sampai saat ini. Jika ini mimpi, ia berharap ia tidak terbangun agar bisa menikmati keindahan yang terhampar di depannya sebanyak waktu yang ia inginkan.

Suara ketukan pintu membuat kepalanya beralih dari pemandangan kota pada sosok Daven yang kini tersenyum padanya sambil membawa nampan berisi makan malam.

Mas OB, I Love You! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang