Perjalanan Baru

3.6K 238 11
                                    

Biasakan memberi vote sebelum membaca.

Happy reading!

➖➖➖➖

Nayla memandang bangunan sederhana yang ada di hadapannya saat ini dengan perasaan campur aduk. Sangat jauh berbeda dengan kediamannya saat masih menikah dengan Mas Dika dulu ketika mereka di tanah Borneo.

Sedetik kemudian wanita dengan kerudung navy itu berdecak kesal pada dirinya sendiri yang seakan-akan sedang membandingkan kehidupannya dulu dan sekarang. Bukankah semua yang kita jalani adalah suratan dari Allah. Jadi untuk apa membandingkan semuanya. Tinggal jalani dan syukuri saja semua pasti akan terasa lebih nyaman.

Nayla buru-buru beristighfar dalam hati sambil mengikuti langkah Syamil yang berjalan di depannya.

Rumah yang Syamil tempati adalah rumah sederhana dengan tipe 36. Terdiri dari sebuah ruang tamu, dua kamar tidur, kamar mandi dan Wc serta dapur yang menyatu dengan meja makan. Sungguh cocok sekali untuk pasangan muda yang baru menikah seperti mereka.

"Aku mandi duluan," ucap Syamil sambil menarik handuk yang menggantung di balik pintu kamar. Setelah menikah tadi malam paginya mereka langsung bekerja dan pulang selepas ashar seperti biasa. Awalnya Nayla dan Syamil berniat untuk langsung pulang ke rumah. Namun bapak dan  ibu memaksa agar mereka pulang ke rumah setelah makan malam saja. Agar saat sampai rumah mereka bisa langsung istirahat tanpa harus memikirkan masalah perut. Jadilah akhirnya mereka sampai rumah pukul setengah sembilan malam.

"Nay... " Sebuah sentuhan lembut di pucuk kepalanya membuat Nayla sedikit tersadar jika dirinya sempat terlelap menunggu antrian mandi.

Perlahan Nayla membuka mata dan sontak sedikit terkejut saat sadar wajah Syamil sangat dekat dengannya. Serta merta Nayla bangun dan sialnya justru dahi mereka saling berbenturan.

"Aw! Sorry, Syam! Sumpah gue gak sengaja." Nayla mengusap-ngusap dahinya yang terasa berdenyut setelah menabrak dahi Syamil yang kini juga mengusap dahinya sambil meringis.

"Lo parah banget sih," keluh Syamil menggerutu.

"Ya maap! Lagian siapa yang gak kaget waktu buka mata lo deket banget ama muka gue.  Kan gue kira penampakan,"cerocos Nayla tak sudi disalahkan sepenuhnya.

"Udah buruan mandi sana. Udah hampir jam setengah sepuluh nih,"ucap Syamil kemudian berlalu meninggalkan Nayla masuk ke kamar.

"Iya nih juga mau mandi,"gerutu Nayla sambil membuka tas yang dibawanya dari rumah lalu menarik handuk dan perlengkapan lainnya kemudian masuk ke kamar mandi.

Bersentuhan dengan air di kamar mandi membuat Nayla merasa badannya kembali segar. Kantuk yang tadi sempat membuatnya terlelap kini hilang tanpa jejak. Keluar dari kamar mandi mata Nayla menyipit melihat Syamil menggelar dua sajadah di ruang tamu yang dijadikan juga sebagai ruang menonton televisi. Satu hal yang selama ini tak pernah didapatnya dari pasangannya terdahulu.

"Ayok, Nay solat isya dulu," ucap Syamil yang melihat Nayla sudah berdiri di depan pintu kamar mandi.

"Eh? Maksudnya?"Alis Nayla berkerut.

"Ya maksudnya ayo kita solat sama-sama."

"Berjama'ah?"

"Ya iyalah. Biar pahalanya lebih banyak."

"Emang gitu, ya?" tanya Nayla polos.

" Dari ibnu umar, Rasulullah saw bersabda: solat berjama'ah lebih baik daripada solat sendirian dengan pahala dua puluh tujuh derajat."

Mas OB, I Love You! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang