Déjà vu

3.3K 253 43
                                    

Biasakan memberi vote sebelum membaca!

Happy reading!

🍁🍁🍁

Akan ada pengganti untuk setiap sesuatu yang telah pergi
💜
💜
💜

"Udah tidur, Nay?" Suara Daven menghentikan kegiatan Nayla yang sedang asyik membalas chat yang Mia kirimkan.

Malam ini mereka memutuskan untuk menginap di rumah orang tua Nayla yang sudah lama tak mereka kunjungi. Papa dan mama sudah dari dua jam yang lalu pamit pulang setelah silaturrahmi ke rumah orang tua Nayla. Baik bapak maupun ibu sangat terkejut ketika pemilik Arkatama grup itu menjabat tangan mereka dan mengaku jika mereka berdua adalah orang tua Syamil a.k.a Daven, yang tak lain adalah suami dari Nayla putri mereka.

Bapak yang mengenal Daven dengan nama Syamil awalnya tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh papa. Beliau bersikeras mengatakan jika menantunya hanyalah orang biasa yang datang dari kampung berniat mengadu nasib di ibu kota Jakarta.

Namun setelah papa dan mama membeberkan beberapa bukti yang menguatkan jika Syamil yang selama ini bapak tau sebagai anak rantau, yaitu berupa foto dan kartu keluarga barulah bapak percaya menantunya ternyata bukan orang sembarangan.

Pembawaan orang tua Daven yang tidak membeda-bedakan status sosial orang lain membuat sesama besan itu menjadi mudah akrab satu sama lain dan seolah sudah lama saling mengenal, hal yang membuat Nayla dan Daven merasa sangat lega.

Nayla berbalik menghadap Daven yang duduk di tepian kasur. "Mas ngobrol apa sih sama bapak? Kok lama banget?" tanya Nayla yang sudah sempat tertidur sebelum Daven masuk ke kamar.

"Banyak, Sayang! Sudah lama tidak bertemu bapak, jadi mumpung ketemu puas-puasin aja ngobrolnya," jawab Daven.

"Ya sudah, kalau gitu Mas lanjut aja ngobrolnya sampai pagi biar aku tidur sama ibu," sahut Nayla dengan bibir yang mengerucut kesal.

Daven tertawa mendengar ucapan Nayla yang terdengar agak kesal karena Ia lebih asyik mengobrol dengan bapak dibanding masuk ke kamar. "Kamu bikin gemes aja kalau lagi posesif kek gini, Sayang!"ucap Daven mencubit pipi Nayla lembut.

Tanpa suara Nayla kembali memejamkan mata pura-pura ingin tidur agar sang suami tak lagi melempar rayuan yang sudah pasti akan membuat wajahnya bersemu merah.

"Kamu ngerasa de javu gak sih, Nay waktu masuk kamar ini?" tanya Daven ikut membaringkan diri di samping sang istri. Matanya memindai dengan teliti kamar sederhana yang telah dihuni sang istri sejak remaja.

"De javu kenapa?" tanya Nayla kembali membuka mata menatap suaminya.

"Ini kamar yang kita tempati saat malam pertama kita usai menikah," jawab Daven terkekeh.

"Romantis banget ya kedengarannya?" sindir Nayla tertawa mengenang malam pertama meraka yang justru sangat jauh dari kata romantis.

Daven mengiyakan sambil menarik pinggang ramping sang istri agar semakin dekat dengannya.

"Makasih ya, Mas waktu itu sudah menyelamatkan aku dan keluargaku dari rasa malu,"ucap Nayla yang baru menyadari jika ia belum sempat mengucapkan terimakasih pada Daven sebelumnya

Mas OB, I Love You! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang