Hati yang berbunga

3.2K 237 14
                                    

Biasakan memberi vote sebelum membaca!

Happy reading!

🍁🍁🍁

Pagi ini matahari bersinar cerah, secerah senyum yang tersungging dari bibir Nayla sejak langkahnya sampai di pantry. Satu hal yang Menurut Mia dan Ridho sangat langka.  Nayla memang sangat ramah dengan siapapun. Namun sosok itu juga terlalu serius jika kedua tangannya sudah memegang peralatan tempurnya. Yaitu berupa alat-alat kebersihan. Maka ketika senyum yang lebih mengarah pada cengiran itu tersungging dari bibir merah Nayla yang alami, Mia maupun Ridho mau tak mau saling bertukar pandang mencoba mempertanyakan keanehan Nayla hari ini pada satu sama lain. Akhirnya ketika mereka sama-sama menggeleng, Mia berinisiatif mendekati Nayla.

"Ada yang lagi hepi nih kayaknya," ucap Mia menyenggol siku Nayla yang tengah sibuk mengepel area pantry. Berharap jika sindirannya membuat Nayla sadar jika hari ini sosoknya amat sangat aneh di mata sang sahabat.

"Siapa? Bang Asrul?" tanya Nayla tanpa mengalihkan pandangannya dari tugas yang tengah digeluti.

"Elo, Neneng!" jawab Mia to the point pada Nayla yang akhirnya menoleh pada Mia. "Gue?" tanyanya.

"Siapa lagi?"

"Enggak, ah! Biasa aja sih," jawab Nayla kembali menekuni pekerjaannya.

"Lo ngerti konsep sebab akibat'kan, Nay?" Mia kembali mendekati Nayla.

"Lalu?"

"Tak mungkin ada asap jika tak ada api," cecar Mia berapi-api.

"Heh?"

"Jadi sekarang bilang ama gue api apa yang bikin lo cengengesan bagai orang gila sepanjang pagi ini."

Api asmara

"Ih apaan sih? Lo lebay bet hari ini," elak Nayla sebelum pergi kabur menghindari Mia yang kini berubah bagai karyawan dispatch yang selalu kepo dengan kehidupan orang lain.

"Lo janji harus cerita, Nay!" teriak Mia yang hanya dijawab Nayla dengan anggukan.

Yah Nayla akui jika Mia memanglah benar. Tak akan ada asap jika tak ada api. Dan api yang menyebabkan senyum Nayla tersungging sepanjang pagi ini tak lain adalah karena mengingat moment bersama Syamil kemarin. Seharian mereka habiskan waktu bersama, mulai dari belanja kebutuhan rumah tangga, makan, mengunjungi objek wisata indoor, lalu ditutup dengan menonton film di studio 21.

Saat beberapa hari yang lalu Syamil mengatakan ingin mengenalnya lebih jauh, Nayla berpikir jika hal tersebut hanya omong kosong belaka. Selain tak ingin ambil pusing, dirinya juga tak ingin berharap lebih dari sosok yang sudah sukses menghapus sedikit demi sedikit rasa sakit di hatinya. Dirinya takut jika kembali merasakan sakit akibat sebuah pengkhianatan.

Namun sepertinya sosok Syamil bukanlah tipe pria yang hanya mengobral janji semata. Seharian kemarin Nayla dibuat takjub dengan apa yang Syamil lakukan untuknya. OB cupu itu benar-benar memperlakukannya bak seorang puteri. Membuat debaran di dadanya berdetak lebih cepat dari biasanya.

Nyaman! Hal itulah yang Nayla rasakan saat bersama tukang angkat galon itu. Dirinya merasa dijaga dan sangat dihargai.

"Gue bakal cerita sama lo, Mia. Bukan sekarang! Tapi nanti," ucap hati Nayla sambil asik mengepel area lobi yang masih nampak lengang. Baru satu dua karyawan yang sudah sampai kantor. Yang lainnya Nayla tak tau kemana. Mungkin masih di rumah sarapan dengan keluarga atau ada juga yang masih terjebak macet di jalanan ibukota yang padat di jam-jam berangkat dan pulang kantor seperti saat ini.

Mas OB, I Love You! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang