Pagi pagi sekali papah terlihat sedang sibuk memasak makanan. Papah memasak sup kubis untuk Tama dan memasak nasi goreng telur untuk Saka. Saat papah tengah sibuk memasak, tampak Saka turun dari tangga dan berjalan menghampiri papahnya dengan masih mengenakan piyama tidurnya.
"Papah tumben masak pagi banget? Ini kan hari Minggu. Papah libur, kan? Kenapa ngga siangan aja masaknya?" ucap Saka saat sedang mengambil apel yang ada di dalam kulkas. Ia lalu menggigit apel berwarna merah dan dingin itu.
"Hari ini kan hari liburan terakhir. Papah mau ajak kamu jalan-jalan. Maaf ya, dari kemarin papah belum sempat ajak kamu jalan-jalan. Nanti kita mampir beli buku baru sama alat tulis baru juga biar kamu sekolahnya makin semangat," ucap papah.
"Ini beneran, pah?! Papah mau ngajak jalan-jalan?! Hari ini?!" ucap Saka.
"Iya, Saka..," ucap papah sambil menuangkan sup ke dalam mangkuk.
Saka tersenyum mendengar ucapan papahnya. Akhirnya setelah sekian lama papahnya itu mengajaknya pergi jalan-jalan.
Saka melirik tangga, dan melihat kakaknya turun dari tangga dengan mengenakan piyama dan jaketnya.
"Em, tapi kakak ngga ikut, kan?" ucap Saka.
"Memangnya kenapa kalau kakak ikut?" ucap papah.
"Kalau kakak ikut, aku ngga ikut, pah," ucap Saka sambil melirik kakaknya yang tengah melihat ke arahnya.
"Kenapa begitu?" ucap papah sambil mengaduk nasi goreng yang hampir matang itu.
"Ya aku ngga mau lah, pah.. nanti yang ada malah di jalan kakak cuma bikin kita repot. Kita tuh mau jalan-jalan, pah. Kalo kakak ikut yang ada malah cuma bisa ngerepotin kita doang di sana. Belum lagi kalo ada orang-orang yang lihatin kakak yang jalannya pelan, mukanya pucet, terus ngga kuat jalan lama. Bisa-bisa kita jadi pusat perhatian orang-orang di sana. Aku malu kalau kakak ikut, pah! Nanti kita dikira ngemis bawa-bawa kakak yang penyakitan!" ucap Saka.
Tama menghentikan langkahnya begitu mendengar ucapan Saka. Hatinya begitu sakit mendengar adiknya mengatakan itu. Tidak bisakah adiknya mengatakan itu saat tidak ada dirinya? Ia tidak ingin mendengarnya.
"Saka! Papah ngga suka kamu bicara begitu soal kakak kamu! Bagaimanapun itu kakak kamu, Saka!" ucap papah sambil menuangkan nasi gorengnya pada piring berwarna putih.
"Pokoknya aku ngga mau ikut kalau kakak ikut, pah!" ucap Saka.
"Kakak ngga ikut, kok!" ucap Tama yang masih berada di tengah tangga.
Papah menolehkan kepalanya ke arah Tama begitu mendengar suara Tama.
"Kak Tama?" ucap papah.
"Semoga liburannya lancar ya, dek..," ucap Tama sambil tersenyum ke arah Saka.
Setelah itu, Tama membalikkan badannya dan pergi ke kembali ke kamarnya. Saat ia membalikkan badannya, ia tampak mengeluarkan air matanya. Sakit sekali mendengar ucapan adiknya itu. Ia begitu menyesal karena telah keluar dari kamar dan harus mendengar itu dari mulut adiknya. Ia berlari menaiki tangga dan masuk ke dalam kamarnya, lalu menguncinya.
"Saka! Kamu kok bilang begitu tadi?! Bagaimana kalau kakak tadi dengar ucapan kamu?!" ucap papah.
"Kayaknya sih denger," ucap Tama tanpa perasaan bersalah.
Papah lalu mematikan kompor setelah selesai memasak, lalu pergi menaiki tangga menuju kamar Tama.
"Kak! Kak Tama?!" panggil papah dari luar kamar sambil mengetuk pintu kamar Tama.
"Kak? Jawab papah, Nak!" ucap papah.
"Papah sudah masakin kakak sup kubis di bawah. Sarapan dulu yuk, kak? Kakak harus minum obat lagi, kak," ucap papah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak Sempurna Untuk Saka || JENO × JISUNG√
Teen FictionDILARANG PLAGIAT!!! ❌ (𝐒𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐓𝐀𝐌𝐀𝐓!) "Saka, dunia ini tempat dan waktunya cuma sebentar..," "Maafin kakak ya, Sa.. kakak harus pulang..," "Maaf, Sa.. kakak belum bisa jadi kakak yang sempurna untuk Saka," ~Tama.