24🍁

924 83 10
                                    

Bel pulang sekolah telah berbunyi. Bian segera membereskan alat-alat sekolahnya ke dalam tas. Ia hendak bersiap-siap untuk pulang. Setelah guru yang mengajar di kelasnya mempersilahkan para siswa untuk pulang, ia pun segera keluar dari dalam kelas dan bergegas hendak mengambil motornya yang berada di parkiran sekolah.

Setelah mengambil motor di parkiran, ia pun segera menaiki motornya dan memakai helm full face-nya. Ia menyalakan mesin motornya dan memanaskannya sebentar. Setelah itu, ia pun melajukan motornya meninggalkan area sekolah. Namun saat dalam perjalanan pulang, tiba-tiba ia melihat ada Naufal dan teman-teman nakalnya sedang bersama dengan Saka di gang sempit yang berada tak jauh dari sekolah. Karena penasaran, ia pun segera menghentikan motornya di pinggir jalan dan memarkirkannya di pinggir jalan begitu saja bersamaan dengan motor Naufal dan teman-temannya yang juga terparkir di pinggir jalan dekat gang tersebut. Beruntung saat itu kendaraan yang melintas di jalan raya tampak cukup ramai, sehingga suara motor Bian sepertinya tidak didengar jelas oleh Naufal dan teman-temannya dan mereka pasti tidak menyadari akan kehadirannya di sana. Setelah Bian memarkirkan motornya dan melepas helm-nya, ia pun segera mendekat ke arah gang sempit itu. Namun, ia tidak langsung menghampiri Naufal dan gerombolannya itu secara terang-terangan. Ia hanya mengintip dari depan gang dan diam-diam mencoba mendengarkan percakapan antara Naufal dan gerombolan nakalnya itu dengan Saka.

Terlihat di gang sempit itu Saka berdiri dengan punggungnya yang menempel pada tembok pembatas gang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terlihat di gang sempit itu Saka berdiri dengan punggungnya yang menempel pada tembok pembatas gang. Sementara Naufal dan gerombolan nakalnya itu tampak berdiri berjajar di hadapan Saka sambil menatap ke arah Saka dengan tatapan yang terlihat murka.

"Lu tuh emang ngga tau diuntung yah, Sa! Ditolongin tapi ngga ada bales budinya sama sekali!" ucap Haiden pada Saka.

"Maksud lu apa, kak?! Gua ngga ngerti. Kenapa tiba-tiba lu semua ngajak gua ke sini?! Gua emang udah bikin salah apa?! Lu semua dendam sama gua gara-gara masalah tadi pagi?! Itu bukan salah gua kan, kak?! Harusnya lu semua ngga usah sok nolongin gua depan kak Bian! Sekarang giliran lu semua yang dihukum, kenapa malah jadi nyalahin gua?! Gua ngga minta ditolongin, kan?!" ucap Saka.

"Wah, emang songong nih bocil kayak abangnya! Ngga tau terima kasih lu, ya!" ucap Rafa pada Saka.

"Eh, kita dihukum juga gara-gara lu, Sa! Tapi bukan cuma karena masalah tadi pagi aja! Kita dihukum karena ketahuan sama kepala sekolah kalo kita kemaren yang mukul abang lu! Lu pasti seneng kan kita dihukum?!" ucap Sakti.

"Seriusan? Emang kepala sekolah tau darimana soal masalah kemaren? Kenapa kepala sekolah bisa tau kalo lu semua yang mukulin kak Tama?" ucap Saka.

"Halah, ngga usah pura-pura ngga tau deh, Sa! Pasti lu kan yang ngelaporin kita ke kepala sekolah?! Lu pasti pengen ngebelain abang lu, kan?! Lu pasti ngga terima abang lu itu kita pukulin kemaren, kan?!" ucap Naufal pada Saka.

"Gua ngga ngelaporin apa-apa ke kepala sekolah, kok. Gua berani sumpah, kak!" ucap Saka.

"Terus siapa lagi kalo bukan lu?! Kepala sekolah bilang kalo yang ngelaporin ini tadi pagi tuh anak kelas 10! Pasti lu kan yang ngelaporin gua sama temen-temen gua ke kepala sekolah karena udah mukulin Abang lu?! Lu ngaku aja, Sa! Selain lu siapa lagi anak kelas 10 yang tau masalah ini?! Cuma lu, kan?!" ucap Naufal.

Kakak Sempurna Untuk Saka || JENO × JISUNG√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang