50🍁

2.4K 86 18
                                    

Bian dan teman-temannya baru saja selesai melaksanakan sholat Dzuhur berjama'ah di sekolah bersama dengan guru-guru dan para siswa kelas 12 yang masih berada di sekolah karena mereka baru saja selesai mengikuti acara sosialisasi dari mahasiswa yang datang dari berbagai kampus ke sekolah mereka. Namun, saat mereka sedang memakai sepatu di depan musholla sekolah, tiba-tiba saja wali kelas datang menghampiri Bian.

"Bian," panggil wali kelas.

"Iya, Bu? Ada apa, Bu?" ucap Bian langsung berdiri setelah selesai memakai sepatu sekolahnya.

"Bisa bicara sebentar?" ucap wali kelas.

"Oh, iya Bu. Bisa," jawab Bian.

"Na, lu sama yang lain nanti balik lagi aja ke aula sekarang. Masih ada sosialisasi dari kampus lain, kan? Nanti gua nyusul," ucap Bian pada Naufal.

"Oke, Bi," jawab Naufal.

Setelah itu, Bian dan wali kelas pun pergi dari sana menuju ke arah koridor sekolah yang sepi karena kebetulan saat itu kelas 10 dan kelas 11 sudah pulang lebih awal sehingga keadaan di sepanjang koridor kelas 10 dan kelas 11 sepi saat itu. Wali kelas lalu menghentikan langkahnya dan mengajak Bian bicara di koridor sepi itu. Bian pun ikut menghentikan langkahnya mengikuti wali kelasnya itu.

"Bian, ibu mau kasih tau hal penting sama kamu, tapi kamu janji harus bisa kontrol diri kamu setelah kamu denger ini," ucap wali kelas dengan mata berkaca-kaca.

"Sebenernya ini ada apa sih, bu? Kenapa ibu pake bilang kayak gitu segala? Ibu mau bicarain soal apa sama saya, bu?" ucap Bian.

"Bi.. kamu yang sabar, ya..," ucap wali kelas dengan mata berkaca-kaca.

"Sabar? Emangnya kenapa, Bu?" ucap Bian masih berusaha berpikir positif.

"Tama, Bi..," ucap wali kelas.

"Tama?! Kenapa sama Tama, Bu?!" ucap Bian.

"Bi.. sebenernya ibu ngga sanggup bilang ini sama kamu, tapi ibu sudah dapat pesan ini dari mamah kamu.. ibu harus sampein ini sama kamu dan sebaiknya kamu pulang sekarang, Bi..," ucap wali kelas.

"Pulang?! Kenapa saya harus pulang?! Emangnya udah boleh pulang? Sosialisasinya kan belum selesai? Emang mamah saya titip pesen apa sama ibu?! Kenapa saya harus pulang, Bu?! Terus apa hubungannya sama Tama?!" ucap Bian.

"Bian.. hiks..," ucap wali kelas sambil menangis.

"Kenapa, Bu?! Jangan buat saya mikir yang ngga-ngga, deh!" ucap Bian mencoba untuk tetap tenang.

"Mamah kamu barusan telepon saya, Bi.. mamah kamu minta kamu untuk diizinkan pulang sekarang karena kamu harus segera ke rumah sakit sekarang..," ucap wali kelas sambil menangis.

"Emangnya kenapa?! Apa Tama drop lagi?! Mamah bilang gitu, bu?!" ucap Bian panik.

Wali kelas menggelengkan kepalanya menjawab ucapan Bian.

"Terus kenapa?!" ucap Bian.

"Bian.. hiks.. mamah kamu bilang kalo Tama udah ngga ada..," ucap wali kelas sambil menangis.

"Ap.. apa?! Ud..udah ngga ada?! Apanya?! Apanya yang udah ngga ada?! Maksudnya gimana, bu?!" ucap Bian dengan mata yang mulai berair.

"Tama udah meninggal, Bi..," ucap wali kelas.

"Ngga! Ngga mungkin! Ibu pasti bohong, kan?! Tama baik-baik aja kok, Bu. Tama udah dapet donor ginjal, Bu.. besok dia mau operasi, bu.." ucap Bian sambil meneteskan air matanya.

"Bian, sebaiknya kamu pulang saja sekarang. Mamah kamu minta kamu pulang ke rumah sakit sekarang, bi. Saya nanti juga mau ke sana setelah selesai acara ini," ucap wali kelas sambil menangis.

Kakak Sempurna Untuk Saka || JENO × JISUNG√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang