32🍁

666 56 6
                                    

Malam itu, Tama hanya bersama dengan Saka di rumah karena Agni belum pulang dari kantor. Terlihat Tama saat itu hendak mengambil air putih di dapur, namun tiba-tiba ia merasa kepalanya terasa pusing disertai pandangan matanya yang terlihat berkunang-kunang. Sepertinya anemianya kembali kambuh malam itu. Selain itu, ia juga merasakan pinggangnya terasa nyeri. Ia lalu tiba-tiba menjatuhkan dirinya karena tidak kuat berdiri menahan pusing dan nyeri di bagian pinggangnya. Ia pun terjatuh dengan posisi tubuh tergeletak di lantai dan gelas yang tadi dipegangnya saat hendak mengisinya dengan air putih pun pecah hingga berserakan di lantai.

Pyarrrr!!!!

"Kakak!" teriak Saka sambil berlari menuruni tangga. Ia terlihat sangat panik saat melihat tama sudah tergeletak di lantai dapur.

Tama tampak meringis kesakitan sambil memegangi pinggangnya yang terasa nyeri.

"Kakak kenapa, kak?!" ucap Saka sambil berusaha membantu Tama untuk duduk setelah ia berlari menghampiri Tama.

"Awas, Sa! Jangan ke sini! Ada banyak pecahan gelas di sini! Nanti kamu bisa luka kalo kena pecahan gelasnya!" ucap Tama saat Saka membantunya duduk.

"Aku ngga peduli, kak! Kakak lagi ngapain tadi?! Kenapa bisa kayak gini?! Sinih aku bantu berdiri!" ucap Saka masih terlihat panik. Ia lalu membantu Tama berdiri dan mengajaknya untuk duduk di sofa ruang TV.

"Kakak kenapa, kak?! Kakak sakit lagi?! tanya Saka khawatir. Kini ia tampak sudah duduk di sofa ruang TV bersama dengan Tama.

"Kakak cuma mau ambil minum tadi, Sa. Tapi tiba-tiba kepala kakak pusing. Terus pinggang kakak juga sakit lagi. Kakak ngga kuat berdiri tadi. Makanya kakak jatuh," ucap Tama sambil menyandarkan punggung dan kepala belakangnya pada sofa.

"Kenapa kakak ngga minta tolong ambilin aku aja sih, kak?! Kenapa malah nekat ngambil sendiri kalo emang udah ngerasa lagi sakit?! Kan ada aku di rumah. Kakak harusnya minta tolong aku aja kalo butuh apa-apa. Jangan ngapa-ngapain sendiri kayak gini, kak," ucap Saka khawatir.

"Tadi kakak pengen minta tolong sama kamu. Tapi kakak ngga enak sama kamu soalnya tadi kakak liat kamu lagi asik main game di kamar. Kakak ngga mau ganggu kamu lagi main," ucap Tama.

"Ya ampun, kak. Aku cuma main game doang. Kalaupun kalah juga ngga pa-pa, kok. Kakak ngga usah pake acara ngga enak segala sama aku. Aku di rumah kan disuruh jagain kakak sama papah. Kalo sampe ada apa-apa sama kakak pasti kan aku yang ditanyain sama papah? Kakak tuh kalo butuh apa-apa bilang aja sama aku, kak. Ngga usah ngerasa ngga enak kayak gitu," ucap Saka.

"Iya, Sa," balas Tama. Ia lalu tampak berusaha untuk kembali berdiri dari duduknya karena ingin membersihkan pecahan gelas yang berserakan di lantai dapur.

"Kakak mau kemana?!  Duduk aja dulu di sini, kak!" ucap Saka menahan Tama saat hendak berdiri.

"Kakak mau bersihin pecahan gelasnya, Sa," ucap Tama.

"Nggak usah, kak! Aku aja yang bersihin. Kakak duduk aja di sini! Nanti kalo jatuh lagi gimana?! Kalo kakak kena pecahan gelasnya gimana?! Udah, kakak ngga usah ngapa-ngapain! Biar aku aja yang beresin semuanya," ucap Saka.

"Jangan, Sa! Biar kakak aja yang beresin. Kan kakak yang mecahin gelasnya tadi. Kakak juga ngga mau nanti kamu luka karena kena pecahan gelasnya," ucap Tama.

"Aku pasti hati-hati kok, kak. Kakak tenang aja," ucap Saka.

"Tapi..,"

"Kalo kakak masih maksa mau tetep beresin, aku marah loh kak! Kakak yang nurut aja sama aku, kak. Kakak tunggu aja di sini! Semuanya pasti beres nanti," ucap Saka.

"Tapi kamu hati-hati ya, Sa! Jangan sampe kamu kena pecahan gelasnya!" ucap Tama.

"Iya, kak," jawab Saka. Ia pun lalu bergegas menuju dapur untuk membersihkan pecahan gelas yang berserakan di lantai dapur. 

Kakak Sempurna Untuk Saka || JENO × JISUNG√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang