Di kamarnya, Bian tampak tengah tidur di atas ranjangnya. Namun, tiba-tiba ia terbangun di tengah malam. Ia merasa tidurnya tidak nyaman dan tidak lelap malam itu. Ia masih terus memikirkan tentang kondisi adik kesayangannya itu yang sedang dirawat di rumah sakit. Ia benar-benar tidak bisa tidur nyenyak malam itu karena ia terus saja memikirkan kondisi adiknya.
Bian lalu merubah posisinya menjadi duduk bersandar pada kepala ranjang.
"Dek, kamu ngga pa-pa kan? Kakak ngga tenang tinggalin kamu di rumah sakit. Kak Bian kepikiran soal kondisi kamu. Kamu tidurnya nyaman ngga yah di sana? Sakit semua pasti badannya, kan? Dipukulin sampe kayak gitu pasti sakit banget. Kakak ngga nyangka bisa-bisanya temen-temen kamu setega itu sama kamu, dek," gumam Bian.
Bian lalu membuka ponselnya mengecek pesan di ponselnya. Ia ingin sekali mengirim pesan pada Tama dan menanyakan kondisinya untuk memastikan bahwa ia baik-baik saja. Namun, ia tidak ingin mengganggu waktu istirahat Tama.
"Ck! Sumpah kakak kepikiran terus sama kamu, dek. Adek baik-baik aja, kan? Perasaan kak Bian ngga tenang. Pasti ada apa-apa sama kamu yah, dek?!" ucap Bian khawatir.
Bian lalu beranjak dari ranjangnya keluar kamar. Ia berjalan menuruni tangga hendak menuju dapur untuk mengambil air putih. Ia menyalakan lampu dapur dan mengambil gelas yang kemudian ia isi dengan air dari galon yang berada di dapur. Namun, tiba-tiba ia mendengar suara samar-samar orang yang sedang mengaji. Sepertinya itu adalah suara mamahnya. Ia lalu segera meminum air putihnya dan meletakkan gelas yang sudah kosong itu di atas meja dapur. Setelah itu, ia tampak berjalan mendekat ke arah pintu kamar mamahnya. Ia lalu membuka pintu kamar itu sedikit untuk mengintip aktivitas mamahnya di dalam kamar yang sepertinya sedang mengaji malam itu. Dan benar saja, Tsifani memang sedang mengaji di dalam kamarnya dengan mengenakan mukena berwarna putih bersih. Ia lalu masuk ke dalam kamar Tsifani dan duduk di atas ranjang kamar Tsifani sambil memperhatikan Tsifani yang sedang mengaji.
Setelah selesai mengaji, Tsifani lalu meletakkan Al-Qur'an miliknya di atas meja kamar. Ia lalu menilap sajadah dan berjalan ke arah ranjang mendekati Bian.
"Kamu kok belum tidur sih, Bi? Udah malem, loh," ucap Tsifani ikut duduk di samping Bian.
"Mama juga belum," ucap Bian.
"Hm, iya. Mamah ngga bisa tidur. Banyak yang mamah pikirin hari ini. Mamah masih ngga percaya kalo tante Tsafina udah ngga ada. Mamah juga kepikiran soal kondisi adek di rumah sakit. Tadi mamah mau nanya ke kamu tapi kayaknya kamu capek banget pulang dari rumah sakit. Kamu juga keliatan diem pas baru pulang dari sana. Kamu langsung masuk kamar tanpa nyapa mamah yang lagi duduk di ruang tengah. Makannya mamah ngga mau nanya-nanya dulu," ucap Tsifani.
"Adek kondisinya makin ngga baik, mah," ucap Bian dengan mata berkaca-kaca.
Tsifani tampak menatap ke arah Bian dengan raut wajah yang juga terlihat khawatir.
"Ini semua gara-gara temen-temen nakalnya, mah! Aku benci banget sama temen-temennya! Mereka berani banget lakuin itu sama adeknya Bian, mah! Bian ngga terima adek digituin!" ucap Bian sambil meneteskan air matanya.
"Aku masih inget banget wajah adek tadi. Mata kirinya sampe memar, mah. Di badannya juga banyak banget bekas pukulan. Mereka udah keterlaluan sama adek, mah. Aku ngga suka adek digituin!" ucap Bian.
Tsifani ikut menangis melihat Bian bercerita tentang kondisi Tama sambil menangis. Ia juga ikut merasa tidak terima keponakan yang sudah ia anggap anaknya sendiri itu diperlakukan seperti itu oleh teman-teman nakalnya di sekolah.
•••
Keesokan harinya, Tama tampak masih tertidur di atas ranjang rawatnya. Semalam ia berulang kali terbangun saat tidur dan mengeluh sakit. Pukul 5 pagi ia terbangun untuk sholat subuh lalu setelah itu ia kembali tidur karena ia merasa kepalanya terasa pusing. Kini jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Agni tampak masih setia duduk di samping ranjang putra sulungnya itu. Ia lalu mengambil ponselnya yang ia letakkan di atas nakas. Ia tampak menelepon seseorang saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak Sempurna Untuk Saka || JENO × JISUNG√
Ficção AdolescenteDILARANG PLAGIAT!!! ❌ (𝐒𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐓𝐀𝐌𝐀𝐓!) "Saka, dunia ini tempat dan waktunya cuma sebentar..," "Maafin kakak ya, Sa.. kakak harus pulang..," "Maaf, Sa.. kakak belum bisa jadi kakak yang sempurna untuk Saka," ~Tama.