38🍁

791 64 6
                                    

Saka dan Agni kini sedang berada di dalam mobil ambulance. Mereka sedang menemani Tama di dalam mobil ambulance yang hendak membawa Tama ke rumah sakit. Salah satu petugas medis tampak menggunting kaos Tama hingga membiarkan dada Tama telanjang saat itu. Sedangkan beberapa petugas medis yang lain mendapat tugas untuk membersihkan darah di sekitar hidung dan mulut Tama. Setelah itu, mereka segera memasangkan masker oksigen menutupi mulut dan hidung Tama. Saka tampak terus menangis sambil menggenggam erat tangan Tama. Sedangkan Agni mencoba menenangkan Saka dengan mengelus bahu Saka lembut.

"Kak Tama.. kak Tama harus bertahan, kak.. jangan tinggalin aku, kak.. aku mohon..," ucap Saka sambil menangis.

Namun, Tama tetap diam tak menanggapi ucapan Saka. Ia terbaring lemah dengan matanya yang tertutup rapat.

"Harusnya tadi aku ngga usah berangkat les.. hiks.. harusnya tadi aku nemenin kak Tama aja di rumah.. kalo tadi aku ada di rumah pasti semua ini ngga akan pernah terjadi.. hiks.. aku ngga akan biarin penculik itu bawa kak Tama pergi..," ucap Saka sambil terus menangis.

"Hari ini aku ulang tahun, kak.. kenapa kakak malah kayak gini sekarang?! Aku ngga suka dikasih kejutan kayak gini, kak.. bangun! Kakak harus tanggung jawab! Kak Tama udah bikin adek Saka nangis! Cepetan bangun! Bikin adeknya berhenti nangis sekarang, kak! Bangun!" ucap Saka sambil menangis.

"Saka, udah Sa.. semuanya udah terjadi.. kita do'ain kak Tama sama-sama, ya? Semoga kak Tama bisa bangun lagi setelah ini. Semoga kak Tama baik-baik aja, Sa..," ucap Agni ikut menangis.

"Hiks.. papah.. aku ngga mau kehilangan kak Tama, pah.. suruh kak Tama bangun! Hiks..," ucap Saka.

"Papah juga ngga mau kehilangan kakak, Sa.. makanya kita harus banyak berdo'a biar kak Tama bisa bangun lagi," ucap Agni.

Di belakang mobil ambulance itu, terlihat Bian, Carel, Naufal, dan teman-teman yang lain tampak membuntuti dari belakang menaiki motor masing-masing. Mereka juga tampak menaiki motor sambil menangis sepanjang jalan. Mereka benar-benar merasa khawatir dengan kondisi Tama saat itu. Mereka takut terjadi sesuatu hal buruk pada Tama.

Sesampainya di rumah sakit, Tama segera diantar ke ruang IGD. Semua ikut mendorong brankar Tama dengan cepat sambil menangis.

"Kak Tama! Kakak harus bertahan, kak! Semuanya sayang sama kakak. Kakak harus bertahan demi kita semua ya, kak! Kakak ngga boleh pergi tinggalin Saka, kak! Ngga boleh ya, kak!" ucap Saka sambil menangis mendorong brankar Tama menuju ke IGD.

Sesampainya di IGD, dokter pun meminta supaya semuanya menunggu di depan ruangan saja karena takut akan mengganggu di dalam.

"Dok! Tolongin kakak saya, dok! Jangan biarin kakak saya pergi tinggalin saya, dok! Tolong, dokter!" ucap Saka sambil menangis.

"Kami akan berusaha semaksimal mungkin. Bantu do'a ya, semoga semuanya baik-baik saja," ucap dokter lalu menutup pintu ruang IGD.

"Kak Tama!!!" teriak Saka saat dokter menutup pintu ruang IGD. Ia menangis sambil terus meneriaki nama kakaknya.

"Kak Tama! Hiks.. kak Tama ngga boleh pergi.. hiks.. kak Tama harus bertahan, kak.. aku mohon..," ucap Saka.

Agni lalu memeluk Saka yang sedang menangis itu.

"Saka.. papah tau kamu pasti sedih kakak harus kayak gini. Tapi papah mohon jangan kayak gini, nak.. nanti kakak sedih di dalam kalo denger kamu nangis-nangis sampe teriak kayak gini. Ikhlasin semuanya, Sa.. serahin semuanya sama Allah. Apapun yang terjadi kamu harus ikhlas..," ucap Agni.

"Ngga! Aku ngga akan bisa ikhlas, pah! Aku ngga akan maafin orang yang udah berani celakai kak Tama! Orang itu harus dapetin balesannya, pah! Aku ngga terima kakak diginiin!" ucap Saka sambil menangis.

Kakak Sempurna Untuk Saka || JENO × JISUNG√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang