2🍁

2.2K 155 24
                                    

Pagi itu, Tama tengah berada di dalam kamar mandi yang berada di dalam kamarnya. Ia baru saja selesai mandi. Setelah papahnya berangkat bekerja, ia langsung pergi ke kamarnya untuk melepas piyamanya dan membersihkan badannya. Setelah selesai mandi, ia berniat untuk pergi ke dapur mengambil sarapan paginya. Namun, saat ia baru saja keluar dari kamarnya, ia juga melihat sang adik yang baru saja keluar dari kamarnya setelah menutup pintu kamarnya. Kamar adiknya terletak persis di depan kamarnya. Jadi, kamar mereka saling berhadapan. Ia melihat adiknya sudah mengenakan pakaian yang terlihat rapih. Sepertinya adiknya itu akan pergi keluar.

"Kamu mau kemana?" ucap Tama.

"Bukan urusan lu!" jawab Saka.

"Kamu udah makan sarapan kamu belum? Kalau belum, sarapan bareng yuk di bawah? Kalo udah selesai sarapan, baru habis itu kamu boleh pergi. Kakak juga mau sarapan, nih," ucap Tama.

"Najis banget gua sarapan bareng lu! Yang ada nanti gua malah jadi ngga nafsu makan karena harus makan bareng sama orang penyakitan kayak lu, kak! Ngga usah deket-deket gua deh! Ngga usah juga larang-larang gua pergi! Mau gua udah sarapan atau belum itu juga bukan urusan lu, kak!" ucap Saka.

"Ya udah, kalo gitu kamu hati-hati ya? Kamu bawa motor sendiri, kan? Jangan ngebut ya bawa motornya. Nih, kakak ada uang jajan buat kamu buat beli sarapan di luar," ucap Tama sambil mengeluarkan selembar uang kertas berwarna biru dari dalam saku celananya.

Saka tidak menerima uang itu. Ia malah berjalan meninggalkan Tama begitu saja.

"Saka!" panggil Tama sambil berusaha berjalan cepat mengejar Saka yang kini sudah berjalan menuruni tangga.

"Berhenti ngikutin gua, kak! Sore gua pasti udah pulang ke rumah. Kalo nanti papah pulang, jangan bilang kalo gua pergi ninggalin lu sendirian di rumah! Kalo sampe lu ngadu, lu tanggung aja akibatnya!" ucap Saka lalu pergi meninggalkan rumah begitu saja.

Tama tampak sedih melihat adiknya itu keluar dari rumah meninggalkannya sendirian di rumah. Tama lalu berjalan menuruni tangga dan pergi menuju ke dapur. Saat ia membuka tutup saji yang berada di atas meja makan dapur, ia melihat ada telur dadar yang masih utuh tak tersentuh. Ia lalu kembali menutup tutup saji itu dan berjalan mendekati lemari dapur. Ia membuka lemari dapur, lalu mengambil sebungkus roti tawar yang ada di dalam lemari dapur. Ia duduk di kursi meja makan dan membuka bungkus roti tawar itu. Ia mengambil sehelai roti tawar dan memakannya tanpa selai ataupun susu. Setelah ia menghabiskan sehelai roti tawarnya, ia menuangkan segelas air putih ke dalam gelas yang sudah tersedia di atas meja makan. Ia lalu meminum air putih yang sudah berada di dalam gelas beningnya itu.

Ia beranjak dari tempat duduknya dan kembali ke kamar sambil membawa sisa air yang masih ada di dalam gelas bening tadi. Di kamarnya itu, ia meletakkan gelas berisi air putihnya di atas meja belajarnya. Ia terlihat sibuk menyiapkan beberapa butir obat yang akan diminumnya saat itu. Ia lalu menelan semua obat yang sudah ia siapkan tadi dengan bantuan air putih yang tadi ia bawa dari dapur.

Setelah selesai meminum obatnya, ia menenggelamkan wajahnya di atas meja belajarnya lalu ringisan kecil terdengar lirih dari mulutnya. Ia meringis kesakitan sambil memegangi punggung bawahnya.

"Sssshhh..," ringis Tama.

Tama lalu beranjak dari duduknya dan kembali membaringkan tubuhnya pada ranjang empuknya. Ia takut jika sedang merasakan sakit begini dan tidak ada seorang pun di rumah yang ada bersamanya untuk menemaninya. Ia benar-benar takut jika harus sendirian dalam kondisi sakit begini. Bayangan kematian terus menghampiri pikirannya. Ia takut jika ia harus mati saat tidak ada siapapun yang berada di dekatnya. Ia lalu berusaha untuk menahan sakitnya sendirian dan berusaha untuk tetap baik-baik saja sampai adiknya dan papahnya itu pulang.

Kakak Sempurna Untuk Saka || JENO × JISUNG√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang