27🍁

933 94 24
                                    

Hari telah pagi. Saka berangkat ke sekolah seperti biasa menaiki motornya. Ia mampir membeli lontong sayur untuk sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah. Namun, saat ia sedang mengantri, tiba-tiba saja ia melihat Naufal menghentikan motornya di depan gerobak penjual lontong sayur itu. Saat itu ia melihat Naufal tidak memakai seragam sekolahnya. Naufal memesan lontong sayur pada si penjual. Setelah itu, ia tampak berdiri sambil bersedekap dada menunggu pesanannya dibungkus. Saka sengaja tidak menyapanya. Ia hanya masih kesal dengan Naufal karena kemarin telah menuduhnya bahwa dirinyalah yang melaporkan Naufal dan teman-teman nakalnya itu pada kepala sekolah karena telah memukuli Tama. Ia juga kesal karena kemarin ia juga dipukuli oleh Naufal dan teman-temannya di gang sempit dekat area sekolah saat ia baru saja pulang dari sekolahnya.

Namun, siapa sangka bahwa Naufal ternyata akhirnya melihat dirinya yang sedang duduk di salah satu kursi tunggu yang ada di dekat gerobak penjual lontong sayur itu. Naufal pun mendekat ke arahnya.

"Sombong amat lu liat gua diem aja?! Gua tau lu tadi sengaja ngga mau nyapa gua, kan?! Lu takut gua pukul lagi?!" ucap Naufal pada Saka.

"Buat apa gua takut sama lu? Gua bukan kak Tama! Gua ngga selemah itu!" ucap Saka.

"Jadi lu ngatai kakak lu lemah barusan?!" ucap Naufal.

"Gua pikir lu ngga budeg buat denger apa yang gua bilang barusan," jawab Saka.

"Songong lu!" ucap Naufal.

Saka tidak membalas ucapan Naufal. Percakapan mereka berdua tidak begitu jelas didengar oleh telinga orang lain karena di sana yang sedang mengantri cukup banyak dan mereka juga cukup berisik saat meminta pesanan mereka didahulukan. Itu sebabnya orang-orang yang ada di sana sepertinya tidak mendengarkan suara percakapan Naufal dengan Saka.

"Eh, lu ngga liat sekarang gua pake baju apa?! Ini semua gara-gara lu tau ngga! Gara-gara lu cepuin gua sama temen-temen gua ke kepsek, gua sama temen-temen gua jadi di skors!" ucap Naufal pada Saka.

"Berapa kali gua harus bilang ke lu sih, kak?! Bukan gua yang laporin lu sama temen-temen lu ke kepsek! Gua sama sekali ngga laporin apa-apa! Gua berani sumpah!" ucap Saka.

"Terus siapa yang laporin?! Apa lu tau siapa kira-kira yang laporin gua sama temen-temen ke kepsek?! Dia harus bayar semuanya! Gua ngga terima diskors kayak gini sampe diancem ngga lulus dari sekolah! Gua ngga terima!" ucap Naufal.

"Gua ngga tau orangnya," jawab Saka.

"Mas, ini lontong sayurnya udah siap! Silahkan!" ucap penjual lontong sayur pada Saka. Si penjual itu pun menyajikan satu porsi lontong sayur pada Saka karena Saka memesan untuk makan di tempat.

"Oke, makasih ya pak!" ucap Saka pada si penjual lontong sayur.

"Udah sanah lu ngga usah ganggu gua deh, kak! Gua mau sarapan! Jangan rusak mood gua! Intinya bukan gua yang laporin!" ucap Saka pada Naufal.

Setelah Saka mengucapkan itu, Naufal pun berhenti mengganggu Saka. Ia juga mengambil pesanannya pada si penjual lontong sayur. Setelah itu, ia membayar total pesanannya itu pada si penjual lontong sayur dan segera pergi dari tempat itu dengan membawa lontong sayur yang sudah dibungkus dan dimasukkan ke dalam kresek putih. Naufal lalu menaiki motornya dan melajukan motornya meninggalkan tempat itu.

"Gua tau siapa yang laporin lu sama temen-temen lu, kak. Gua yakin dia pasti Carel!" batin Saka sambil menyantap lontong sayurnya.

••••

Saka sudah sampai di sekolahnya. Ia tampak berjalan cepat menuju kelasnya dengan wajah dinginnya. Sesampainya di kelas, ia langsung berjalan menuju bangku Carel di mana Carel juga sudah duduk di bangkunya pagi itu. Saka tiba-tiba menggebrak meja Carel dengan keras membuat semua teman kelasnya tentu sangat terkejut dengan apa yang Saka lakukan. Saka baru saja datang tapi sudah membuat keributan di dalam kelasnya itu.

Kakak Sempurna Untuk Saka || JENO × JISUNG√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang