9🍁

1.3K 85 10
                                    

Pukul 11 malam, Tama terbangun dari tidurnya. Ia masih berada di ruang rawatnya ditemani oleh sang papah. Malam itu, ia kembali demam dan terus saja meminta untuk pulang. Ia benar-benar tidak merasa nyaman berada di ruang rawatnya yang bau obat itu.

"Pah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Pah.. pulang..," ucap Tama.

"Kak, kakak baru saja selesai cuci darah tadi sore. Kakak juga sekarang demam tinggi. Baru juga sehari kakak dirawat di sini. Mana mungkin dokter akan berikan izin untuk kakak pulang?" ucap papah.

Bibir Tama tampak kering dan pucat. Kulitnya yang putih pucat bahkan masih sangat kentara sekali dan menunjukkan bahwa tubuhnya masih butuh dirawat dengan baik di rumah sakit.

"Pah, kakak besok harus sekolah. Tadi kakak udah izin ngga masuk. Besok kakak harus berangkat ya, pah? Kakak ngga mau nilai kakak jelek lagi bahkan waktu itu sampe hampir ngga naik kelas. Nilai kakak waktu di kelas 2 kemaren bener-bener jelek banget, pah. Kakak ngga mau itu terulang lagi di kelas 3. Nilai kakak harus bagus di kelas 3 biar kakak bisa lulus dengan nilai yang baik juga," ucap Tama.

"Kak, papah kan sudah bilang.. Ngga usah kakak kejar nilai di kelas 3 ini. Papah ngga masalah kalau nilai kakak jelek. Kakak masih bisa sekolah saja papah sudah bangga dan senang sekali. Papah sudah turuti maunya kakak untuk tetap sekolah meski sebetulnya papah lebih setuju kalau kakak homeschooling saja, kan? Belajar di rumah lebih efektif buat kakak daripada harus di sekolah yang pastinya akan lebih banyak kegiatan yang bisa bikin kakak capek. Papah ngga mau kakak terlalu maksain belajar sampai bikin kakak kecapekan terus sakit kayak gini. Kak, papah ngga akan tuntut kakak harus punya nilai bagus di ujian nanti. Ngga usah dikejar terlalu keras. Yang penting kakak itu sehat terus, kak. Papah hanya ingin itu dari kakak," ucap papah.

Tama tampak terus menggerakkan tubuhnya di atas brankar dengan dahinya yang terlihat berkerut. Ia sungguh tidak merasa nyaman dengan keadaannya yang sekarang. Tubuhnya tampak bergetar kedinginan meski sebenarnya tubuhnya itu terasa panas bila disentuh.

"Kakak kedinginan, yah? Pakai selimutnya dengan benar. Jangan banyak bergerak, kak. Tidur lagi, ya? Masih jam 11. Kakak harus istirahat," ucap papah sambil menaikkan selimut yang dipakai Tama hingga kini hanya wajah Tama yang terlihat.

Napas Tama terasa panas dan matanya terus saja berair. Hal itu dikarenakan suhu tubuh Tama benar-benar sedang sangat panas sekarang. Tama melirik ke arah papahnya yang menatapnya dengan raut wajah khawatir.

"Pulang, pah..," lirih Tama sambil menggenggam erat tangan papahnya.

"Kak, jangan keras kepala! Lagi pula kalau malam ini pulang, belum tentu kakak juga besok sudah bisa berangkat sekolah, kan? Kondisi kakak saja masih belum baik. Papah ngga akan izinkan kakak berangkat ke sekolah besok. Kakak masih perlu istirahat," ucap papah.

Tama lalu memiringkan tubuhnya memunggungi papahnya. Ia merasa kesal sekaligus sedih karena kondisinya harus kembali seperti ini. Bagaimana ia akan menjadi kakak favorit untuk Saka jika ia terus saja lemah seperti ini?!

Kakak Sempurna Untuk Saka || JENO × JISUNG√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang