28🍁

849 81 7
                                    

Keesokan harinya, Tama tampak sudah siap dengan seragam sekolahnya. Ia akan kembali bersekolah hari itu. Meski Agni sebenarnya belum memberinya izin untuk masuk sekolah hari itu, tapi Tama tetap terus membujuk Agni agar memberinya izin. Itu sebabnya Tama kini sudah bersiap hendak kembali belajar di sekolah. Tama tampak semangat sekali hari itu. Ia sangat senang karena sudah berbaikan dengan adik tersayangnya, yaitu Saka.

"Kakak!!! Udah siap belum?!" teriak Saka dari depan kamarnya.

"Iya, Sa! Udah, kok. Jangan ditinggal, Sa!" balas Tama segera menggendong tas sekolahnya dan berjalan membuka pintu kamarnya dengan buru-buru.

"Santai aja kali, kak. Kalo belum juga bakal aku tungguin, kok. Ngga bakal aku tinggal, kok," ucap Saka.

"Maaf, Sa. Soalnya biasanya kamu pasti marah kalo kakak lelet. Habis itu pasti kamu selalu ngancem mau berangkat duluan," ucap Tama.

"Sekarang udah ngga, kok. Aku sekarang mau belajar sabar kayak kakak. Aku ngga akan marah-marah lagi. Kita kan udah baikan. Kalo marahan jangan lama-lama. Kita kan pernah buat janji dulu? Kakak inget, kan?" ucap Saka.

Tama lalu menganggukkan kepalanya dan tersenyum ke arah Saka.

"Ya udah yuk ke bawah! Papah pasti udah nungguin," ajak Saka sambil merangkul pundak Tama.

Mereka pun berjalan bersama menuju ruang makan. Tama benar-benar merasa seperti sedang bermimpi karena Saka sepertinya memang sudah menerimanya kembali. Ia senang sekali mendapatkan perlakuan manis dari Saka setelah sekian lama tak pernah ia rasakan.

Sesampainya mereka di ruang makan, mereka melihat Agni sudah duduk lebih dulu di ruang makan. Di atas meja makan tampak sudah tertata beberapa makanan yang sudah Agni siapkan untuk mereka sarapan.

"Kakak duduk sebelah aku ya, kak! Sinih duduk!" ucap Saka menarik salah satu kursi makan dan mempersilahkan Tama untuk duduk di kursi itu.

Dengan senang hati Tama pun duduk di kursi itu, sedangkan Saka duduk di kursi sebelah Tama. Agni tentu saja senang melihat kedua putranya sudah terlihat akur.

"Wah, tumben nih Saka mau duduk sebelahan sama kakak?" tanya Agni yang pura-pura tidak tahu jika kedua putranya sudah berbaikan.

"Eh, iya. Aku belum cerita yah sama papah? Kakak juga belum cerita sama papah? Aku sama kak Tama kan udah baikan, pah," ucap Saka.

"Hah?! Seriusan?! Papa ngga salah denger?!" ucap Agni pura-pura terkejut.

"Beneran. Iya kan, kak? Kak Tama udah maafin aku kan, kak?" tanya Saka pada Tama.

"Iya, pah. Kakak sama Saka udah baikan kemaren. Kakak juga kaget tiba-tiba Saka minta baikan. Rasanya kayak mimpi," ucap Tama.

"Alhamdulillah. Papah seneng banget dengernya. Akhirnya anak-anak papah udah baikan. Jangan marahan lagi, ya? Kalian harus saling menyayangi karena kalian itu kan saudara. Papah ngga mau anak-anak papah saling musuhan lagi," ucap Agni pada kedua putranya.

"Iya, pah," jawab Saka dan Tama bersamaan.

"Ya udah sekarang makan sarapannya! Maaf ya, papah tadi ngga masak sendiri. Papah beli di luar. Soalnya kan dari kemaren papah belum sempet belanja karena sibuk di rumah sakit," ucap Agni.

"Iya, pah. Ngga pa-pa, kok," jawab Saka.

"Kak Tama makan yang banyak ya, kak. Habis itu obatnya diminum. Kakak kan belum pulih banget. Nanti jangan capek-capek di sekolah. Kalo butuh apa-apa kakak bisa kabarin aku. Aku ngga mau kakak sakit lagi," ucap Saka pada Tama.

Tama merasa terharu mendengar ucapan Saka barusan. Ia tidak menyangka Saka akan memberi perhatian padanya sampai sedemikian. Ia harap Saka akan selalu bersikap baik padanya dan tidak lagi memusuhinya seperti waktu-waktu lalu.

Kakak Sempurna Untuk Saka || JENO × JISUNG√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang