39🍁

707 62 7
                                    

Dua hari telah berlalu. Namun, Tama masih belum berkenan membuka matanya. Ia masih belum menunjukkan tanda-tanda akan sadar. Hal itu tentu membuat keluarga dan teman-teman terdekatnya merasa khawatir.

Hari itu adalah hari Minggu. Itu sebabnya Saka libur tidak bersekolah di hari itu dan memang sejak kejadian penculikan Tama itu, dirinya izin tidak masuk sekolah karena ingin menemani Tama di rumah sakit. Begitu juga dengan Agni yang juga diberikan cuti oleh atasannya setelah kejadian beberapa hari lalu. Tentu saja orang-orang kantor juga memberikan dukungan penuh untuk Agni supaya Agni diberikan kesabaran atas semua musibah yang sedang menimpanya itu.

Kini Agni dan Saka tampak sedang duduk di kursi tunggu yang berada di depan ruang ICU. Wajah lelah mereka sangat terlihat jelas karena mereka tidak tidur selama dua hari ini karena menunggu Tama di rumah sakit. Mereka tidak bisa tidur karena selalu kepikiran dengan kondisi Tama.

"Sa, makan dulu ya? Kamu dari kemaren susah banget disuruh makan. Kalo kamu sakit gimana? Nanti kakak sedih, Sa," ucap Agni pada Saka yang duduk di sebelahnya.

"Kakak juga belum makan, pah. Aku mau nunggu kakak bangun dulu, baru aku mau makan," ucap Saka.

"Jangan kayak gitu, Sa. Nanti kakak sedih liat kamu kayak gini. Makan dulu, ya? Papah suapin, ya?" ucap Agni.

"Ngga mau, pah. Aku ngga pengen makan apa-apa sekarang!" ucap Saka.

"Sa, tapi nanti kamu sakit. Kamu dari kemaren ngga tidur, ngga makan juga. Nanti kamu sakit, Sa," ucap Agni.

"Emang apa bedanya sama papah?! Papah juga, kan?! Papah jangan nasehatin aku kalo papah aja ngga ngelakuin itu!" ucap Saka.

"Ya udah kalo gitu papah ikut makan, deh. Yuk, makan bareng!" ucap Agni.

"Ngga! Papah aja yang makan sanah! Aku ngga mau!" tolak Saka.

"Sa, nanti perut kamu sakit! Makan dikit aja, ya?" ucap Agni.

"Ngga, pah. Aku ngga mau makan! Jangan paksa aku, pah!" ucap Saka.

Agni pun akhirnya hanya bisa menuruti ucapan putra bungsunya itu. Ia tidak bisa memaksanya karena putra bungsunya itu pasti akan marah padanya karena putra bungsunya itu paling tidak suka dipaksa.

Tiba-tiba, datanglah dokter bersama seorang suster untuk kembali memeriksa Tama. Sebelum masuk, dokter meminta izin pada Agni dan setelah itu dokter pun memasuki ruang ICU bersama dengan seorang suster yang mendampingi dokter saat memeriksa Tama. Saka dan Agni segera berdiri dari duduknya dan berjalan mendekat ke arah pintu kaca ruang ICU. Mereka melihat dokter saat memeriksa Tama di dalam ruangan itu. Mereka sedih karena Tama belum juga bangun hingga hari itu.

"Kak Tama.. bangun, kak.. besok Senin kakak udah ada try out.. kok malah masih di sini sekarang?" gumam Saka sambil menyentuh pintu kaca itu. Matanya terlihat sangat sembab. Sepertinya ia sudah banyak menangis selama dua hari ini.

Setelah dokter selesai memeriksa, dokter dan suster tampak kembali keluar dari ruang ICU.

"Dokter, gimana kondisi Tama, dok?!" ucap Agni setelah dokter keluar dari ruang ICU.

"Maaf, pak. Masih belum ada perubahan apapun mengenai kondisi Tama. Kapan dia bangun pun saya tidak bisa memastikannya. Tapi semua itu tergantung dengan Tama. Jika memang dia masih ingin bertahan, dia pasti akan segera bangun. Tapi..," ucap dokter menjeda kalimatnya.

"Tapi apa, dok?!" ucap Agni.

"Tama harus segera mendapatkan donor ginjal, pak. Jika tidak, maka kita hanya harus menerima kemungkinan terburuknya akan terjadi," ucap dokter.

"Apa?! Dok, apa maksudnya kemungkinan terburuk?! Kakak saya masih bisa sembuh, kok! Kakak saya itu orangnya kuat! Dia sakit itu udah lama! Tapi buktinya dia tetep masih bisa bertahan sampe sekarang! Dia bukan orang yang gampang nyerah, dok! Dokter harus bisa bikin kakak saya bertahan lebih lama! Dia masih pengen hidup, dokter! Dia masih punya janji buat jagain adeknya! Dia juga harus jagain papahnya! Dokter pasti bisa kan sembuhin kakak saya, dok?! Saya mohon, dokter! Jangan biarin kakak saya pergi! Dia harus tetep hidup!" ucap Saka sambil menangis.

Kakak Sempurna Untuk Saka || JENO × JISUNG√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang