~~~ Happy Reading ~~~
(Name) melihat banyak teman-temannya yang berlatih bersama dengan ayah mereka. Bahkan dia bisa melihat di patung wajah Naruto yang dicoret dengan cat merah oleh Boruto. Dia jadi teringat dengan Naruto saat masih kecil dulu.(Name) kembali melanjutkan perjalanannya. Tetapi saat di perjalanan, dia bertemu dengan Sarada juga Chocho. Kedua anak gadis itu mengajak (Name) untuk pergi makan dan (Name) hanya mengangguk saja. Mereka bertiga pergi ke sebuah tempat makan.
"Kalau tidak dimakan, aku ambil, ya. Dicuekin nih?" Chocho mengambil satu tusuk dango yang tersisa milik Sarada. "Lagi masuk masa puber?"
"Semuanya akur-akur, ya. Padahal ujian kelulusannya masih lama," ucap Sarada.
"Soal ujian, nih? Kalau ujiannya bisa membuat berat badanku berubah, akan kucoba buat ikut." Chocho melahap dango tersebut.
(Name) hanya geleng-geleng kepala saja sambil menyeruput teh hijaunya yang masih hangat.
"Jadi sebenarnya jadi ninja itu buat apa, sih? Kenapa semuanya ingin jadi ninja, ya? Padahal sebutan "ninja" itu rasanya kuno banget, kan?"
(Name) langsung memasang ekspresi wajah yang seolah mengatakan, "Nyesel saya reinkarnasi kalau generasi muda selanjutnya kayak begini."
"Ada apa, nih? Terjadi sesuatu, ya?" tanya Chocho yang curiga.
"Iya, apa terjadi sesuatu kepadamu, Sarada?" tanya (Name) juga.
"Tidak ada apa-apa... Yang lebih penting, sekarang kita mau ke mana lagi? Hari ini aku menganggur, jadi ke mana pun bakal kutemani!"
"Sebenarnya...aku ada janji sama Papa buat latihan bareng."
"Begitu, ya." ekspresi wajah Sarada langsung berubah.
'Ah, jadi itu yang membuat Sarada menjadi aneh.' batin (Name).
Sekarang (Name) tahu masalah kenapa Sarada menjadi aneh. Itu mungkin dia ingin juga seperti dengan teman-temannya yang lain, yang juga berlatih bersama ayah mereka. Mengingat ayahnya belum pernah pulang ke rumah.
"Padahal buatku latihan itu cuma buang-buang waktu... Aku sama sekali tidak punya minat buat latihan, tapi...''
"Sudah, latihan sana, biar aku dengan (Name) saja." balas Sarada.
Chocho terkejut dengan jawaban Sarada.
"Kau tidak mau gagal di ujian nanti, kan?"
Chocho menatap kesal ke Sarada. "Apa-apaan sikapmu yang sok merendah begitu? Bikin aku kesal saja! Memang kau itu spesial, lahir dari satu-satunya klan Uchiha, jadi tidak ada yang perlu kau khawatirkan."
Sarada menatap ke arah lain. "Itu sama sekali tidak ada hubungannya."
"Kalau begitu apa?"
Ekspresi Sarada berubah menjadi sedih dan murung. "Itu kesempatan spesial, buatmu dan Papa-"
"Hei! Chocho! Sini, sini!" Choji mengganggu obrolan mereka.
Melihat kehadiran dari ayahnya Chocho langsung membuang wajahnya. "Dasar! Bikin malu saja!"
Sementara (Name) hanya sweatdrop melihat kelakuan Chocho dengan ayahnya itu. Sarada pun sama juga seperti (Name).
"Me-Memang apa salahnya orang dewasa makan keripik kentang...sambil jalan keliling desa?" tanya Sarada yang menanyakan permasalahannya.
"Bukan itu! Dia orangnya suka pamer. Di depan kamera, dia hanya makan keripik kentang berbumbu ringan! Padahal biasanya dia memakan cemilan yang banyak bumbunya! Kami berdua jarang bertemu empat mata!"
"Begitu, ya."
'Ternyata hanya masalah makanan saja.' batin (Name).
"Chocho, sebelah sini, sebelah sini! Ayah di sini!" tapi Chocho sama sekali tidak berbalik. "Aneh sekali."
"Kau pasti merasa kalau Ayah dan aku sangat bertolak belakang, bukan?"
'Itu sebenarnya bukan bertolak belakang, Chocho.' batin (Name).
"Entahlah..." Sarada terdiam sejenak.
"Bagaimana dengan keluargamu, Sarada, (Name)?"
"Ke-Keluargaku?"
"Apa kalian dan ayah kalian mirip?"
"Aku sendiri tidak tahu. Sejauh yang kuingat.. aku tidak pernah sekalipun bertemu dengannya." Sarada menjawabnya dengan sedikit menunduk ke bawah.
"Lalu kalau (Name) sendiri?" mereka menatap ke arah (Name).
(Name) meminum sedikit tehnya yang mulai mendingin dan menjawab, "Aku juga sendiri tidak tahu seperti apa keluarga kandung. Selama ini aku hanya tinggal di hutan sendirian saja, sebelum akhirnya aku ditemukan dan diangkat menjadi anak oleh keluarga Shikadai. Jadi aku merasa iri dengan kalian yang masih memiliki keluarga kandung, walaupun ada yang harus terpisah jauh dari keluarganya."
Sarada dan Chocho terdiam. Sekarang mereka menyesal bertanya tentang keluarga kandung dari (Name). (Name) sendiri menghabiskan tehnya dan meninggalkan uang di meja. Dia pamit pulang kepada kedua sahabatnya itu dan berjalan menuju ke rumah.
Setibanya (Name) di rumah, dia disambut dengan makanan hangat buatan Temari. "Aku pulang."
Temari yang baru saja selesai memasak tersenyum ke arah (Name). "Selamat datang (Name), ayo sarapan dulu. Mama sudah buatkan makanan kesukaanmu."
Walaupun dia tidak tahu keluarganya yang asli di kehidupan yang baru ini, setidaknya dia mendapatkan keluarga yang perhatian kepadanya. Itu sudah lebih dari cukup untuk dia dan dia tidak meminta lebih.
~~~ Bersambung ~~~