BAB 23 - NEXT STEP

20 4 0
                                    

Baden adalah sebuah wilayah di bagian tenggara Beaver Country, Pennsylvania, di sepajang Sungai Ohio. Populasinya sekitar 3.912 pada sensus penduduk. Lingkungan perumahan Berry Street, di sinilah Cyrus berada. Bukan tanpa sebab, Berry Street adalah tempat tinggal Logan Watson. Setelah lepas dari penjara pria itu kembali ke rumahnya dan menetap di sana selama beberapa hari. 

“Kau pikir mereka akan meninggalkan jejak di rumah korban?” Liam Franklin, seorang Cyber Police berusia 27 tahun. Wajah dan namanya memang tidak asing karena pria ini adalah kakak kembar dari William Franklin. Kembar identik, yang membedakan hanya kacamata yang membingkai wajah tampannya dan wajah yang lebih ramah dari adiknya.

Cyrus menghisap rokoknya dalam-dalam, satu tangan berada di saku mantel coklatnya. Pria itu menatap rumah Logan yang tampak kosong. Asap mengepul saat Cyrus menghembuskannya ke udara. “Ada baiknya memulai dari tempat dasar, walau kau tidak bisa berharap banyak.” Detektif berusia 35 tahun itu melangkahkan kakinya memasuki rumah Logan. 

Rumah itu dalam kondisi gelap, saat Cyrus menyalakan lampu tidak ada hal baik yang dapat dilihat di sana. Sofa tunggal yang tampak miring, tempat sampah yang penuh, tumpukan pakaian dan piring kotor, serta susu dan roti yang membusuk. Biarkan satu minggu lagi dan tempat ini akan menjadi sarang bakteri.

“Apa pria itu tidak mengerti dengan yang namanya bersih-bersih?” keluh Liam, mengambil masker di sakunya dan memakai masker itu, tidak tahan dengan bau yang menyengat.

“Yah, apa yang kau harapkan dari seorang mantan narapidana yang ditinggalkan keluarganya? Watson juga punya kehidupan yang sulit di sini.” Cyrus memasuki satu-satunya kamar yang ada di rumah itu. “Periksa ruang tamunya, aku akan memeriksa bagian ini.”

“Ah, ya mungkin saja Watson ditinggalkan istri dan anaknya karena tidak pandai menjaga kebersihan.” Walau menggerutu, Liam tetap menjalankan perintah Cyrus—tidak protes sekalipun ini jauh dari profesinya. Ia membongkar laci meja, memeriksa bagian bawah sofa, tiap sudut ruangan bahkan tempat sampah ia bongkar untuk mencari sesuatu yang tampak mencurigakan. Tiap sudut sampai Liam hampir muntah karena tidak tahan dengan bau busuk yang menyengat.

“Sial, tidak bisakah dia memanggil pembersih rumah sebelum mati?!” Liam menggerutu, pria itu pergi untuk mencuci tangannya berkali-kali setelah menyingkirkan tumpukan piring kotor yang sama baunya dengan tempat sampah. Liam Franklin memiliki OCD kebersihan, tidak parah namun jelas berada di tempat yang penuh kotoran seperti ini akan membuatnya tidak nyaman.

Saat Liam akan mencuci tangannya untuk yang kelima kalinya, Cyrus muncul. “Menemukan sesuatu?” Cyrus bertanya dengan kalem.

“Ya, sampah dan bau busuk yang menyengat.” Saat-saat seperti ini Liam akan terlihat mirip dengan William, Liam yang biasanya ramah menjadi sarkas jika OCD nya kambuh.

“Well, aku menemukan sesuatu.” Cyrus mengeluarkan selembar kertas note yang kosong, mengulurkannya pada Liam. “Kau punya pensil?” 

Liam mengeringkan tangannya dengan sapu tangan, menganggukkan kepalanya lalu mengambil kertas kosong itu. Sekilas memang terlihat kosong, tapi ada sisa goresan pena di atasnya. Pria itu mengeluarkan pensil dari sakunya, mencoret bagian belakang kertas dengan perlahan.

“Sebuah nomor, restoran ku rasa.” Liam memberikan kertas yang kini terlihat bayangan deretan angka kepada Cyrus.

Cyrus mengeluarkan ponselnya, memeriksa nomor yang tertera di kertas dan mencocokkannya dengan nomor restoran terdekat. 

“Berry Park, sebuah restoran dan bar di sekitar sini.” Cyrus mengantongi kertas dan ponselnya. “Ayo,” ucapnya dengan isyarat kepala mengajak Liam keluar dari rumah Lagon Watson.

Candle Within The WindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang