Bab 14 - THE PROGRESS

28 3 0
                                    

Sejauh yang Theo bisa ingat, ia dan He Zhao tidak begitu dekat. Maksudnya tidak sedekat seperti Juan dan Karma yang hingga saat ini masih bersama dengan He Zhao sampai membangun sebuah café bersama. Bahkan kemarin Theo sangsi jika He Zhao mengingatnya walau ia adalah seorang ketua OSIS saat masa SHS. 

Membantah semua prediksinya, He Zhao tampak sangat mengenalnya. Pria itu tahu kebiasaannya, tahu selera makanannya, dan hal kecil yang Theo tidak ingat pernah katakan. Ada keinginan untuk bertanya yang timbul pada saat itu, tetapi rasanya sedikit kurang ajar, khawatir He Zhao malah mengira ia menganggap pria itu stalker atau semacamnya.

Mungkin He Zhao hanya observant yang cemerlang seperti Sherlock.

Kerutan di dahi Theo tampak berlapis saat dokter forensik itu mencoba berpikir apa yang membuat He Zhao menawarkan untuk tinggal bersama secara tiba-tiba. Mereka bukan teman dekat dan mereka bukan sepasang kekasih, berciuman tidak membuatmu menjadi kekasih orang lain kan? Walau tidak pernah pacaran, Theo yakin konsepnya tidak seperti itu. Ia sendiri juga tidak yakin bisa tinggal dengan orang di luar keluarganya, orang luar seperti He Zhao mungkin akan tidak nyaman dengan beberapa kondisi.

"Tidak."

Dua kali penolakan dalam sehari, He Zhao tersenyum miris di dalam hati.

"Tawaranmu memang menarik, tetapi tidak. Kita tidak sedekat itu untuk tinggal bersama tanpa menimbulkan rasa canggung satu sama lain." Theo tidak menyembunyikan alasannya, ia memang tidak mengerti kenapa mereka harus tinggal bersama. "Jika memang kau mencari teman untuk berbagi tempat tinggal aku rasa aku bukan pilihan terbaik, jadi ... ya ... maaf."

He Zhao tampak menelan pil kekecewaan, ah jadi begini rasanya saat seseorang yang kau suka menolak keras kedekatan mereka.

Secepat wajah itu berubah kecewa secepat itu pula He Zhao memasang wajah kalem. Pria itu menganggukkan kepalanya, menyetujui ucapan Theo tentang kedekatan mereka. Setelah dipikir-pikir, ia terlalu implusif, menawarkan tinggal bersama tanpa ada hubungan apapun.

"Kau benar," ucap He Zhao. Genggaman tangannya pada jemari Theo mengerat, "jika begitu izinkan aku untuk lebih dekat denganmu." Nada yang ia gunakan bukanlah nada memohon, hampir seperti pernyataan yang tidak memerlukan persetujuan, hanya sekadar formalitas saja.

"Kau tidak marah?" Theo memiringkan kepalanya, mencoba mengintip ekspresi yang dikeluarkan He Zhao.

"Ada alasan untuk marah?" Kekehan lembut keluar dari belah bibir He Zhao.

"Tidak?" jawab Theo dengan nada bertanya, sepenuhnya tidak yakin.

"Kalau begitu tidak perlu kau pikirkan."

Pada akhirnya Theo hanya menganggukkan kepalanya, sempat membiarkan keheningan menghinggapi atmosfir di antara mereka. Ada sesuatu yang menganggu pikirannya, mengenai sikap He Zhao yang tiba-tiba menjadi perhatian, dan terasa beberapa kali lebih dekat dari sebelumnya. Selain karena ciuman mereka beberapa waktu lalu, Theo tidak punya dugaan lain kenapa He Zhao melakukan ini.

Sebenarnya ada satu dugaan, tapi ia mengesampingkan itu.

***

"Melihat dari wajahmu, kencannya berhasil?"

"Tentu saja, kapan rencanaku pernah gagal?" He Zhao menyombongkan diri, pria itu mengambil setangkai permen stroberi di meja kasir, membuka bungkusnya lalu melahap permen itu.

"Sering kali," jawab pria bersurai pirang yang baru saja muncul dari dapur dengan senampan roti yang menguarkan aroma harum khas.

"Jangan iri, teman." He Zhao menyeringai saat Juan tampak memutar bola matanya dengan pandangan malas.

Candle Within The WindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang