BAB 31 - DARKNESS

25 4 3
                                    

Thalia tidak membuka mulutnya sampai waktu makan malam. Wanita itu bahkan tidak membuka mulutnya untuk menyantap hidangan makan siang dan camilan yang disuguhkan Conan dengan sengaja. Cyrus tidak kalah keras kepala, detektif itu terus-terusan menghadap Thalia dan satu jam sekali menanyakan pertanyaan yang sama. "Apa yang terjadi pada penculikan kedua anakmu 14 tahun yang lalu?"

Adapun Thalia juga tetap menjawab dengan jawaban yang sama: tidak ada. Hening. Cyrus kemudian memindahkan Thalia pada sebuah sel di bawah tanah, meninggalkan wanita itu di dalam sana seorang diri. Conan perlu waktu lama untuk beranjak dari penglihatan Thalia—kelemahan sebagai seseorang yang tidak bergerak diranah hukum, Conan kesulitan untuk berhenti merasa kasihan pada Thalia. Walau tampangnya begitu Conan jauh lebih manusiawi daripada Cyrus.

"Bung, ini sudah beberapa jam dan dia tidak mau bicara. Mungkin ini memang tidak ada kaitannya?" Conan menyusul Cyrus yang melaju dengan langkah yang panjang di koridor bawah tanah gelap. "Atau bagaimana kalau kita coba cara lain? Seperti memberinya form untuk menulis, mungkin dia tidak bisa mengatakannya."

"Dengar." Cyrus menghentikan langkahnya—ia berbalik menghadap Conan yang tidak jauh darinya. "Aku benar-benar tidak ingin mengatakan ini, tetapi kau tidak tahu apa-apa. Bagaimana kau bisa menyimpulkan kalau Thalia tidak ada kaitannya saat kau sendiri lihat masa lalunya sebagai mantan ketua organisasi Valhalla? Dan ada riwayat gejala serupa Merlion pada Sohelia sewaktu ia baru saja bebas dari penculikan itu? Kau tidak boleh membutakan diri. Terakhir kau lihat sendiri apa yang Theo lakukan."

"Kau benar-benar .... " Conan menjeda kalimatnya, ada perubahan pada riak wajahnya saat ia melihat Theo dan He Zhao baru saja selesai menuruni anak tangga. "Oh, hai, kalian di sini ... ada apa?"

"Aku harus menjemput ibuku?" Theo berkata dengan ragu. "Apa urusan kalian dengannya sudah selesai? Di mana dia?"

"Belum, jauh dari kata selesai, ibumu tidak mau kooperatif dan kami kesulitan mengumpulkan apapun darinya." Cyrus mengeluarkan sebatang rokok—menyalakannya sambil duduk pada anak tangga keempat terbawah. "Aku memasukkannya ke dalam sel untuk sementara, tetapi jika ia tidak bicara sampai beberapa hari ke depan mungkin situasinya akan sulit, sama hukumnya dengan menyembunyikan kebenaran."

"Kau bilang ibuku akan benar-benar ditahan jika ia tidak bicara?"

"Sayangnya iya." Cyrus menghisap rokoknya—menurunkannya kembali saat ia merasa masih perlu mengatakan sesuatu. "Kau sampai lebih lambat dari dugaanku. Sesuatu terjadi?"

"Bukan sesuatu yang serius." Theo cepat-cepat menanggapi saat He Zhao sudah buka mulut—ia terlalu panik, khawatir He Zhao mengatakan sesuatu. "Ada beberapa hal yang perlu diurus dan aku sebenarnya kemari untuk menjemput ibu dan mengambil kunci rumah. Dia tidak meninggalkannya di kantor."

Sayang seribu kali sayang, ia bicara dengan seorang detektif yang bisa tahu dalam sekali lihat mereka berdua baru saja melakukan hubungan seks di rumah tuan muda He dan kelelahan kemudian tertidur dan mengebut di jalanan. Theo mengenakan pakaian bermerk yang sedikit lebih besar untuknya—Cyrus bisa tahu dari gelagat dan cara berjalan Theo yang sangat aneh dan posisi berdiri He Zhao yang begitu tegap dan percaya diri.

Belum lagi Theo tidak mau duduk.

"Begitukah." Responnya sangat singkat—Cyrus menghabiskan rokok dalam tiga hisapan panjang. Agak menyesal bertanya tapi ia membiarkan itu melintas begitu saja, memperpanjangnya hanya akan menarik perhatian Conan dan ia tidak ingin menjelaskan pengamatannya pada anak buah tuan muda He di Ingêr. "Apa kau punya cara agar membuat ibumu bicara?"

"Tidak." Theo menggelengkan kepala. "Dia seperti kelapa yang sulit dibuka."

"Berarti aku memerlukan kapak." Cyrus menekan sisa rokoknya pada asbak—dan menyalakan yang baru. Conan mengerutkan dahi, ia tidak tahu batang rokok keberapa yang Cyrus keluarkan saat itu. "Kau keberatan?"

Candle Within The WindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang