BAB 48 - THE EXCLUSIVE

13 4 4
                                    

William termenung di depan komputer. Ratusan file yang tersisa untuk dibaca tidak membuat William tertarik. Ia memikirkan perkataan Theo kemarin, sebenarnya ia belum menyetujui apapun terkait permintaan Theo. William juga belum memutuskan apakah ia akan memaparkan masalah ini pada rapat MID selanjutnya.

Theo, walau terlihat tegar William yakin rekannya itu tidak sekuat yang terlihat. Apalagi dengan masa kecil yang mengerikan. William tidak bisa membayangkan hari-hari yang dilalui Theo kecil. Di saat ia berebut mainan dengan Liam, Theo mengalami penculikan. Mental bocah mana yang akan bertahan.

Helaan napas berat keluar dari belah bibir pria itu.

"Ada apa denganmu?"

Itu Liam, yang sedari tadi duduk di sisi lain, membantu memilah berkas-berkas Hoover.

"Li, apa menurutmu, Theo akan baik-baik saja?" William tiba-tiba bertanya.

Liam mengerutkan dahinya, tidak biasa adik laki-lakinya itu terlihat begitu memikirkan kondisi orang lain.

"Aku tidak tahu, tapi dia punya Maximilian, bukan?" Liam sengaja menekankan satu nama di sana.

Hening. William tidak menyahut untuk sekian detik.

"Aku tahu," jawab William. Bungsu Franklin memutuskan untuk kembali fokus pada file.

"Jangan mencampur adukkan hal lain dalam pekerjaan, Wil," peringat Liam, sebelum kembali memeriksa file bagiannya.

William tidak menjawab, tetapi William tahu, keputusan yang ia ambil saat ini akan memiliki resiko. Membantu Theo sama saja dengan membuat dirinya terikat pada dokter itu lebih dari yang seharusnya.

***

Ada yang lain beberapa hari ini, semenjak He Zhao mengantarnya pulang dari Hoover, pria itu tidak lagi menemuinya. Terakhir hanya mengiriminya pesan, lalu mengirimkan paket berisi obat-obatan untuk bagian yang tidak ingin Theo sebutkan. Terhitung tiga hari sejak pesan itu dikirim, He Zhao tidak lagi menemuinya atau menghubunginya.

Awalnya Theo tidak terlalu memikirkan ini, ia juga sibuk dengan pekerjaannya. Theo mencoba mengambil sampel darah dan merekam kegiatan sehari-harinya. Lalu, menemui William di penghujung hari untuk mendiskusikan perubahan apa yang terjadi pada dirinya hari itu, sekaligus memastikan ia tidak di bawah manipulasi dari pihak musuh.

Tiga hari berlalu begitu cepat, Theo menatap ponselnya lama. Ia menatap room chat milik He Zhao. Tidak ada pesan apapun dari pria itu membuat Theo resah. Akhirnya Theo memutuskan untuk mengirim pesan kepada He Zhao.

Hai, apa kau baik-baik saja?

Kau sibuk dengan pekerjaanmu?

Satu menit.

Dua menit.

Bahkan hingga lima menit, tidak ada balasan dari He Zhao. Bahkan pesan itu tidak dibaca sama sekali.

Theo menggigit bibirnya. Ia khawatir dan mungkin merindukan He Zhao. Tidak biasanya He Zhao menghilang tanpa kabar seperti ini.

Icon bergambar telepon menggoda Theo untuk segera mengkliknya. Setelah menimbang selama tiga menit, Theo memutuskan untuk menelpon He Zhao.

Tut...

Tidak ada yang menjawab panggilan itu. Theo semakin resah.

"Tenang, mungkin ia sedang rapat, ingat Theo, He Zhao memiliki kehidupannya sendiri." Theo kembali pada kebiasaan lamanya, berbicara sendiri.

Walau pikirannya menyuruh Theo untuk tenang, ia tidak bisa mengendalikan diri. Sore itu, Theo melangkahkan kakinya menuju café He Zhao. Mungkin saja He Zhao ada di sini.

Candle Within The WindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang