BAB 34 - WELCOME BACK

10 5 3
                                    

Warning! Konten eksplisit, adegan kekerasan di akhir chapter.

"Euro, kau menakutinya dengan wajah jelekmu." Pria satunya ikut masuk ke dalam ruangan tempat Theo dan Sohelia disekap. Berbeda dengan pria gendut yang dipanggil Euro, Erbium tampak seperti dokter pada umumnya, sosok yang biasa Theo temui ketika imunisasi atau pemeriksaan kesehatan bulanan. Wajahnya juga lebih ramah dan tidak mengeluarkan aroma busuk seperti Euro, mungkin jas putihnya yang membuat ia kelihatan lebih baik. Namun Theo tahu ia masih harus berjaga-jaga terlepas dari penampilannya yang normal.

Theo sudah mendengar semuanya, tidak terlalu mengerti tapi ia cukup cerdas untuk sadar mereka membicarakan sebuah rencana yang cukup jahat.

"Jangan mengejekku, sialan."

Kedua kaki Theo perlahan mencoba mundur, tetapi Euro sudah memegang tangannya dan memikul Theo ke bahu seperti sekarung beras. Mereka meninggalkan Sohelia yang masih tidak sadarkan diri di ruangan pengap berdebu itu, membawa Theo ke ruangan lainnya yang cukup jauh dan perlu melalui sebuah lorong panjang.

Theo mencoba memberontak dengan menggerakkan tangannya, dan menendang-nendang perut gempal Euro. Hal itu hanya membuat Euro kesal, ia pun memukul pantat Theo.

"Diamlah bocah, tenang saja kami tidak akan membunuhmu jika kau menjadi anak baik."

Erbium tertawa. "Mungkin dia lebih memilih mati daripada digendong olehmu lebih lama, lihat ia bahkan tak berani bersuara dan wajahnya menghijau."

"Sialan kau," dengus Euro kasar. Hidung bulatnya kembang-kempis karena marah.

Selain tangan dan kakinya yang memberontak Theo memang tidak berteriak sama sekali, bocah berumur 10 itu ketakutan, suaranya tidak mau keluar dan ia takut ketika membuka mulut bau tubuh Euro yang busuk masuk ke mulutnya.

Theo dibawa ke ruangan kecil dengan satu tempat tidur pasien dari besi. Theo dibaringkan di sana dengan tangan dan kaki diikat di pegangan brankar, mencegah Theo memberontak lebih jauh lagi. Pergelangan tangannya memerah—ditekan terus menerus—sampai Euro berhasil menjeratnya.

"Sa-sakit," ucap Theo kecil dengan bibir bergetar saat jarum suntik yang dipegang Erbium menembus kulitnya. Erbium tidak repot-repot memberi pereda nyeri atau menyeka bagian yang ia suntik dengan kapas.

"Hanya suntikan kecil, bukankah kau jagoan?" Berbanding terbalik dengan ucapannya yang manis, tindakan yang ia lakukan tergolong kasar hanya untuk pengambilan sampel darah.

Bibir ia gigit, Theo mencegah dirinya sendiri menangis saat ini. Ia harus kuat, Sohelia ada di sini ia harus melindungi saudaranya itu.

Erbium selesai mengambil sampel darah, ia mendapat tiga tabung reaksi berukuran sedang yang penuh berisi darah Theo. Lebih dari 30cc, cukup untuk membuat Theo lemas dan terhuyung. Di tengah kondisi itu, Euro mengambil alih dan melepaskan ikatan di tangan dan kaki Theo. Sementara Erbium pergi ke ruangan lain yang terhubung dengan ruangan di sana melalui pintu kecil yang berada di kiri ruangan, dengan membawa tiga tabung bertutup itu.

"Baiklah manis, karena kau sudah bersikap baik aku tidak akan memukulmu lagi. Sekarang ayo kita temui si cantik." Euro menyeringai, ia kembali mengangkat Theo ke dalam gendongannya, berjalan dengan santai dan sesekali bersiul kecil. Mereka kembali ke ruangan tempat Theo pertama kali terbangun, kedua tangan Theo diikat lagi dengan tali tambang, begitu juga dengan kaki.

"Sohel, Sohel, Sohelia." Theo mencoba memanggil-manggil kakaknya, perlahan mata Sohelia terbuka. Gadis kecil dengan kuncir dua itu mengedipkan mata bingung. Tangan dan kakinya terasa ngilu adalah hal pertama yang ia sadari.

"Theo ... kita di mana?" Sohelia bertanya dengan wajah bingung.

"Kita—"

"Di taman bermainku, Cantik." Euro menjawab dengan kekehan lembut, namun hal itu malah membuat Sohelia menjerit ketakutan.

Candle Within The WindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang