Bab - 6 JACKET

37 4 7
                                    

Hotel Grand Cordelia terlihat usang dan tidak memuaskan, tipikal bangunan yang disewa untuk pengambilan gambar film horror beresolusi rendah dengan budget tidak seberapa. Mereka punya kebun bunga petunia di halaman luar, sedikit tumpang tindih dengan posisi hotel yang menggunakan pantai sebagai latar belakang, sepasang air mancur mengapit jalanan berbatu menuju lobi. He Zhao tidak mengeluhkan apa-apa sekalipun ia tidak begitu senang ketika melihat bangunan tua yang akan jadi tempat tinggalnya dua malam kedepan. Antik, klasik dan membuat bergidik. Maksudnya—apa yang kamu harapkan dari sebuah karyawisata dengan dana terbatas? Hotel tua sudah jadi solusi paling bagus daripada harus mendirikan tenda di sepanjang pesisir San Diego.

Ia akan merubah opininya jika diizinkan berbagi satu tenda berdua dengan Theo.

Tidak ada yang mengatakan apa-apa saat itu, sekalipun dari bagaimana cara mereka melihat hotel benar-benar merendahkan menggunakan pandangan jijik. He Zhao tahu mereka akan bicara ketika spasinya mulai aman, atau mengutarakan kebencian menggunakan jari mereka yang lebih tajam di ruang tak bersudut.

Batuan bulat berwarna terang bergeser-geser tiap kali terinjak, mereka disambut oleh wanita tua di lobi yang kemudian mengarahkan mereka untuk pergi ke ballroom sembari memberikan luggage tag. Blaze tidak ikut, jadi Thalia akan menggantikan posisi penjelasan pengarahan—inti dari informasi adalah selama tiga hari mereka akan diberi sembilan destinasi dan setiap orang memilih tiga destinasi. Hari pertama meliputi Theater Saint Samuel, San Diego Night Painting Exhibition dan Orchestra Lou Boulevelle. Ketiga tempat wisata ini buka malam hari, masih ada sisa waktu sekitar enam atau lima jam untuk memutuskan dan beristirahat. Thalia tidak menjelaskan destinasi hari kedua, jadi informasi dilanjutkan dengan pembagian kamar.

Dari skala satu sampai seratus, He Zhao meletakkan dirinya pada angka minus delapan belas terkait kepuasan hasil pembagian kamar. Ini benar-benar acak, lebih berantakan dari jam tidur Karma. Ia ditempatkan sekamar dengan orang yang bahkan namanya tidak bisa ia lafalkan, siapa namanya tadi? Schenzxerer? Tidakkah nama Theo lebih mudah untuk disebutkan? Nama Maximilian sudah cukup panjang, pekerjaan Thalia akan lebih mudah jika ia menyebutkan nama Theo setelahnya, bukan Schenzxerer. He Zhao kembali merosot ke angka minus duapuluh ketika mengetahui kamarnya berbeda lantai dengan Karma dan Juan, merosot lagi ke angka minus tigapuluh lima ketika tahu dari sekian banyak peserta karyawisata Theo berbagi kamar dengan Jeffrey si wajah penuh malesma.

"Kita kembali berkumpul di ballroom jam makan malam nanti, sesuai dengan rundown."

Dan dengan perintah dari Thalia mereka bubar. Beberapa memilih masuk kamar dan membersihkan diri, beberapa memilih untuk menyerahkan barang bawaan pada portir kemudian berkeliaran di sekitar restoran hotel—namun tak lama memilih keluar dan berjalan di pesisir. Tidak ada hal bagus yang bisa mereka lihat di hotel tua dengan pegawai yang tak kalah tua.

Portir dengan tubuh gemuk sudah membawa barang milik He Zhao ke kamar, tidak terlalu merepotkan karena ia hanya membawa satu koper kecil dan jaket musim panas. He Zhao tidak memiliki keinginan untuk masuk kamar kemudian berkenalan dengan Schenzxerer, ia memilih duduk di balkon yang menghadap pantai, membiarkan angin ringan pukul empat sore menyapu kulitnya yang sedikit berkeringat dari perjalanan jauh. Ombak bergulung-gulung, saling mengejar seperti anak kecil di taman bermain. Matanya berfokus pada pengunjung lain yang sedang membawa anaknya membangun istana pasir sebelum seseorang menepuk pundaknya.

"Hey kawan," He Zhao tidak mengenalnya. "Jeffrey mengundangmu ikut ke pesta kolam setelah kunjungan pertama."

"Siapa saja yang datang?"

"Semua terkecuali beberapa, kita tidak mungkin membiarkan pecundang masuk bukan?"

"Oke," jawab He Zhao singkat mengiyakan undangan itu. "Kirimkan alamatnya, aku mungkin menyusul."

Candle Within The WindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang