BAB 52 - A MAN ABOVE HIS OWN WILL

6 3 1
                                    

Kunjungan pada pasien yang direncanakan semalam dieksekusi pagi hari ini.

Bradley Ford masih punya beberapa pekerjaan untuk diselesaikan, dua pasien lansia sudah dijadwalkan untuk operasi gastrektomi di pukul sembilan, meninggalkan Victor dan Theo yang bisa menghampiri pasien-pasien rawat inap pasca kejadian di Hoover Dam beberapa jam lalu. Keduanya berbagi tugas, dengan pertimbangan bahwa Victor juga masih perlu melakukan visitasi pada pasien-pasien pediatri-nya.

Theo berakhir mengunjungi pasien di ruangan rawat inap lantai tiga. Ada sekitar delapan belas pasien yang dirawat di sana, tujuh pasien lebih banyak dibandingkan yang harus dikunjungi Victor–yang mana adil karena Victor sendiri masih perlu mengunjungi dua puluh pasiennya di lantai enam.

Ruang rawat inap kelas tiga dan kelas empat tidak ada perbedaan yang cukup signifikan. Ranjang yang dibungkus sprei putih rapi, televisi tempel yang suaranya tidak terlalu terdengar, tempat sampah, meja lipat, kursi, kamar mandi dan dekorasi motif bunga yang lebih terlihat seperti bercak tumpahan cat tidak sengaja.

Pasien yang pertama kali dikunjungi Theo adalah pemimpin dari pasukan pengintai, Cornelius Trevor–pria tinggi tegap berambut cepak tanpa kumis tapi memiliki jambang hampir menyentuh dagu. Di dalam ruangannya ada seorang wanita paruh baya dan dua orang wanita yang terlihat puluhan tahun lebih muda, ketiganya menyunggingkan senyum ketika Theo melangkah masuk.

"Selamat pagi, maaf mengganggu waktu istirahat anda, Kapten."

"Selamat pagi, Dokter ... duduklah." Suara Trevor masih terdengar parau. Theo membalas dengan gestur untuk menyuruh pria itu agar tetap berbaring ketika ia mencoba untuk bangkit dan berjabat tangan. "Sharon, biarkan dokter duduk."

"Tidak apa, duduklah. Aku hanya sebentar," potong Theo menghentikan gadis muda yang dipanggil Sharon untuk berdiri dari tempatnya.

"Bukan masalah, lagipula aku dan Mom akan keluar sebentar." Sharon berdiri, mempersilakan Theo untuk duduk di tempatnya. "Kami akan kembali dalam 1 jam. Kabari saja jika ada sesuatu."

Dengan konfirmasi berupa anggukan singkat dari Trevor, ketiganya melangkah keluar—mengundang berkas sinar matahari pagi masuk lewat celah pintu.

"Apa aku sudah bisa pulang hari ini, Dokter? Aku sudah merasa empat kali lebih baik."

"Aku turut senang mendengarnya, Kapten." Seutas senyum muncul di raut wajah kelelahan Theo. Ia menghela napas setelah menurunkan kembali jemari Trevor yang semula ia angkat untuk melihat angka digital pada oxymeter dengan lebih jelas. "Adapun aku tidak memiliki kewenangan untuk memberikanmu izin pulang, tapi perkembanganmu pasti akan ku catat dan itu pasti menjadi salah satu faktor yang akan dipertimbangkan oleh doktermu sebelum memberi izin pulang."

"Dokterku? Maksudmu pria muda dengan mata sekecil almond itu?" Trevor menghela napas. "Dia tidak ramah untuk seorang dokter."

"Mata sekecil almond?"

"Yah, benar, perawakannya kira-kira sebesar dirimu. Bisa kau katakan padanya untuk lebih sopan sedikit dan mengikutimu? Aku hampir yakin banyak pasien tidak menyukainya, bahkan Sharon yang tidak pernah berpikir buruk tentang orang lain berkomentar akan hal itu."

"Tapi," Theo menjeda kalimatnya melihat data pada lembar kertas yang ia pegang. "Oh, sebentar, apa ada dokter lain yang masuk kemari? Karena berdasar data yang aku punya, kau seharusnya dibawah pengawasan dokter Suzanne Kirchoff, dia wanita muda dengan aksen Rusia yang kental."

"Tidak pernah ada dokter wanita kemari, dokter. Kau bisa mengkonfirmasi pada Sharon nanti."

"Ah ya, aku juga akan kembali mengkonfirmasi pada dokter dan pihak yang bersangkutan siapa tahu memang ada kesalahan dalam proses pendataan." Berkas-berkas itu kembali diturunkan, Theo menghela napas pendek. "Boleh aku bertanya sesuatu padamu?"

Candle Within The WindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang