Bab 7 - VALAK

32 4 2
                                    

Kunci cadangan kamar Theo beralih ke tangan He Zhao, walau Jeffrey tampak enggan memberikan kunci itu pada awalnya, ia sendiri tidak berani mengambil resiko membuat He Zhao marah. Bukan apa-apa, terlalu banyak rumor yang beredar tentang pria berdarah cina itu, bahkan salah satunya mengatakan He Zhao bisa membunuh orang jika ia terlalu kesal. 

Terdengar berlebihan, tidak mungkin seorang pembunuh dapat berkeliaran dengan bebas—tapi Jeffrey lebih memilih tindakan preventif, sekalipun He Zhao tidak mungkin membunuhnya di sini dan sekarang ini, siapa yang tahu bagaimana nasibnya ketika keluar dari bis di halaman sekolah nanti.

Rumor miring tentang He Zhao didukung oleh seorang murid pendek berperut buncit yang menceritakan kejadian satu tahun lalu, ia mengaku tidak bersekolah di sana namun seorang kenalannya dari Shanghai menceritakan kisah itu padanya melalui panggilan telepon. Pada saat hari pertama setelah upacara pembukaan, seseorang melihat He Zhao menghabisi 16 preman dengan tangan kosong, delapan luka-luka, enam tidak sadarkan diri dan dua harus diopname di rumah sakit selama empat hari. 

Setelah pembantaian preman yang brutal itu, He Zhao keluar dari gang sempit dengan menggendong anak kucing. Berita tentang ini menyebar secepat cahaya, beberapa siswa terutama anak dengan reputasi miring karena kenakalannya memandang hormat He Zhao. Di Amerika yang hampir terkenal karena kasus rasisme, tidak ada yang berani memanjangkan jari untuk mengusiknya.

Pertahan He Zhao diperkuat dengan lingkar pertemananya yang diisi oleh Juan dan Karma.

He Zhao melangkahkan kakinya untuk menghampiri Juan dan Karma, tiga wanita yang tadi tidak lagi menunggu, mungkin mereka menemukan pria lain yang bersedia menggesek selangkangan mereka, who knows.

"Kau berteman dengan idiot sekarang, huh?" Juan menyindir saat He Zhao baru saja mendudukkan pantatnya di salah satu kursi.

"Kalian idiot?" tanya He Zhao dengan nada kalem, pura-pura tidak sadar sedang disindir, ia memesan cocktail dari bartender yang untungnya pria. Hell, ia tidak ingin melihat payudara untuk saat ini.

Karma terkekeh, tidak merasa tersinggung ia menegak minumannya sebelum berucap, "tidak biasanya kau berinisiatif menyapa idiot, ada apa?"

"Otak pussy di sana? Dia sekamar dengan Theo dan membawa semua kunci, pria berengsek itu berencana membiarkan Theo semalaman di luar." He Zhao menegak habis cocktail di gelasnya. Sensasi membakar tenggorakkan cocok untuk melampiaskan kekesalannya.

"So, kau meminta kuncinya dan akan memberikannya pada Ketua OSIS itu?" tanya Juan dengan sorot pandang tidak yakin. Ia tahu temannya, dan besar keberanian He Zhao untuk inisiasi pembicaraan dengan Theo tidak lebih besar dari kotoran kuku.

"Yeah," He Zhao mengeluarkan kunci di sakunya dan meletakkan kunci itu di meja, mendorongnya ke arah Karma.

"Kau ingin aku tidur dengan Theo?" tanya Karma dengan nada tak percaya, "Well, aku tahu Ketua OSIS itu menarik, tapi Drey akan membunuhku kalau dia tahu aku mencoba meniduri teman dekatnya."

"Aku yang akan membunuhmu lebih dulu, sialan!" He Zhao menatap Karma dengan tatapan tajam, mendorong Karma sampai pria itu hampir tersungkur ke tanah. "Berikan kunci ini pada Theo," lanjutnya dengan nada memerintah.

"Sobat, aku mau membantumu tapi sayangnya pacarku menunggu, ada kamar yang harus kami coba," ucap Karma seraya menunjuk Drey yang saat ini berjalan ke arah mereka. "Aku tidak bisa menolak."

"Fuck, apa tidak ada dari kalian yang tidak akan memikirkan selangkangan saat ini?" He Zhao menggerutu yang dihadiahi tawa rendah Karma.

"Kau juga akan begitu jika sudah mempunyai pacar, bung. Seks pertama adalah gerbang menuju tiada hari tanpa seks."

Candle Within The WindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang