BAB 61 - INCOGNITO

8 2 3
                                    

0025-U9

Rekaman sempat memuat layar hitam untuk beberapa detik pertama. Tak lama seberkas cahaya masuk dari sisi kiri, menampilkan ruangan yang sudah familiar di mata Theo. Sekalipun ada detail yang berubah atau Theo lewatkan, ia bisa yakin ruangan itu tak lain adalah kamar He Zhao. 

Hanya ada He Zhao di rekaman, pria jangkung itu tidak bersuara. Pandangan kosong ke depan dengan lengan terulur, ia kerap kali menggeser kamera untuk menghadap ranjang. Entah sudah merasa pas atau sedang mencoba kembali mengecek, He Zhao sekarang mengambil langkah mundur. Setelah cukup jauh, He Zhao berbalik menghadap meja belajar, lantas kembali mendekat ke kamera dengan membawa sebuah buku.

"Apa kali ini He Zhao membuat video belajar?" gumam Theo tidak yakin. Tebakannya langsung dibantah, karena tak lama gambar di video berubah jadi lebih tinggi. Ya, benar, He Zhao menggunakan buku tersebut untuk penyangga kamera. Theo mendengus kesal setelah itu. "Seharusnya aku tahu itu tidak mungkin sekalipun dia seorang jenius."

Theo dapat mendengar suara gemerisik dari video itu setelah He Zhao berhenti menggeser-geser kamera. Semakin jelas, semakin Theo yakin suara yang baru saja ia dengar adalah suara air.

Entah kenapa perasaan Theo tiba-tiba tidak enak.

Lima menit kemudian, dirinya sendiri keluar dari kamar mandi. Hanya berbalut baju mandi berwarna putih yang terlihat familiar. Theo di video tampak bergerak ke arah ranjang untuk mengambil pakaian yang sudah diletakan He Zhao di sana. Ini mirip dengan apa yang terjadi sebelum Theo menemui Thalia di gedung tahanan sementara. 

Ia menelan ludah, menghalau kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi di detik selanjutnya. Apa yang terjadi di kamar He Zhao waktu itu tidak mungkin pernah terjadi di masa lalu, mereka masih terlalu muda untuk itu. Theo masih optimis dengan keyakinannya, sampai He Zhao masuk kembali ke dalam frame dan memeluk Theo dari belakang, keyakinan Theo runtuh seketika.

"Apa kau yakin ingin memakainya?" tanya He Zhao di dalam video.

"Kau berubah pikiran? Aku tidak boleh meminjam pakaianmu?" tanya Theo, menolehkan kepalanya ke belakang, menatap He Zhao yang balas menatap dari jarak dekat.

"Tidak! Jangan lakukan itu! Alihkan kepalamu bodoh! Dia akan menciummu!" Theo menjerit, memperingati dirinya sendiri, seolah lupa bahwa itu hanya rekaman video.

"Ya, akan lebih baik jika kau tidak berpakaian."

Apa yang baru saja Theo teriakan benar-benar terjadi. He Zhao mencium Theo dengan rakus, menghisap bibir yang masih lembab karena air. Bahkan tangannya dengan cepat melucuti baju handuk Theo.

Kain putih itu terjatuh tanpa hambatan.

Theo yang melihat semua itu membuka mulutnya begitu lebar. Apa yang terjadi di monitor laptop setelahnya berhasil membuat wajahnya memerah, dari merah muda ke merah saja hingga merah padam. Di menit ke delapan video, Theo berteriak dengan keras. Teriakan yang membuat Thalia mendobrak pintu kamar Theo dengan kekuatan babi perang.

"Apa?! Apa?! Dimana terorisnya?!" Thalia datang mengacungkan sapu di depan Theo.

Begitu Thalia masuk, Theo segera menutup laptopnya, hampir membuat benda itu rusak karena ia menutupnya terlalu keras.

"Bu, kau merusak pintu kamarku. Keluarlah, aku sedang menonton film ... horror." Theo mengusap wajahnya kasar, berdoa agar ibunya tidak curiga. Bisa-bisa Thalia mendatangi kediaman He dan meminta He Zhao bertanggungjawab atas bayi yang tidak pernah Theo kandung jika ia melihat video ini.

"Kau yakin? Wajahmu memerah." Thalia memicingkan matanya, curiga. "Bukankah seharusnya pucat jika kau ketakutan?"

"Aku baik-baik saja, filmnya sedikit mengerikan, karena itu aku berteriak." Theo bangkit mendorong ibunya keluar dari kamar sebelum Thalia bertanya lebih jauh. "Pucatku sudah selesai, ini adalah fase sisa pucat, sel darah merah kembali ke wajah ketika pemicu kaget sudah berlalu."

Candle Within The WindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang