BAB 42 - MEMORY

11 2 0
                                    

Ini kedua kalinya Theo menyaksikan kebakaran dalam jangka waktu yang berdekatan. Bukan pemandangan yang menyenangkan. Namun, Theo jelas tidak punya pilihan lain, ia harus menyaksikan api yang perlahan menghilang karena disiram air oleh pemadam. Selain itu, Theo juga harus menyaksikan teman satu organisasinya dulu meliput sebuah acara televisi.

Setelah Aiden menyarankan mereka untuk menemui Dante, He Zhao dan Theo segera berangkat ke kantor tempat pria itu bekerja. Awalnya He Zhao ingin membuat janji temu melalui telepon, tetapi Dante tak kunjung menjawab. He Zhao akhirnya memutuskan untuk mendatangi kantor televisi tempat Dante bekerja. Nasib mereka memang sedang tidak baik, salah satu pegawai mengatakan Dante sedang meliput berita. Jadi, di sinilah keduanya, menunggu Dante selesai bekerja.

Lima belas menit menatap dinding yang menghitam karena terbakar api, akhirnya Dante menurunkan kamera yang ia gunakan untuk merekam presenter.

"Aku pikir ia akan merekam lebih lama, presenter pirang itu jelas adalah tipenya," celetuk He Zhao setelah melihat Dante berbicara akrab dengan gadis presenter itu.

"Bagaimana kau bisa tahu itu tipenya?"

"Hanya menebak, ayo ke sana." He Zhao memberi isyarat pada Theo untuk mendatangi Dante dan kelompoknya yang sedang berdiri di samping mobil besar.

"Ini sebuah kejutan, aku pikir kau hanya akan berakhir menjadi kameramen film porno."

Theo menyikut perut He Zhao karena berbicara sarkas.

"Oh, lihat siapa yang datang. Senang sekali Direktur Ingêr repot-repot mengunjungi teman lamanya." Dante menyeringai melihat He Zhao dan Theo yang tidak berubah sama sekali.

"Kau seorang direktur?" tanya Theo bingung.

"Kau tidak tahu?" tanya Dante sama bingungnya.

Theo selalu mengira He Zhao hanya seorang pattisier yang memiliki waktu luang. Walau ia tidak yakin seorang pattisier bisa membeli mobil mewah dan memiliki rumah mewah.

"Well, kita kesampingkan itu. Aku punya hal penting yang ingin aku tanyakan padamu." He Zhao mengalihkan pembicaraan.

"Jelas, kau tidak mungkin mencariku hanya untuk bertegur sapa. Ada apa?" tanya Dante. Pria itu mengambil tiga kursi plastik dari mobil, memberikan satu pada Theo, satu lagi pada He Zhao. Ketiganya duduk melingkar sedikit jauh dari mobil besar tadi.

"Sebelumnya, maaf kami akan menyita sedikit waktumu, kau terlihat sibuk, kami akan cepat," ujar Theo, nada yang ia gunakan sama dengan nada presenter pirang tadi. Terlalu formal dan hampir membuat Dante tertawa.

"Kau tidak pernah berubah, santai saja. Pekerjaanku tidak sesulit pekerjaanmu bukan?"

Sebagai reporter, jelas Dante mengetahui banyak hal saat ini. Mengetahui pekerjaan teman-teman lamanya bukanlah hal sulit. Theo maupun He Zhao tidak terkejut akan hal itu.

"Baiklah, kalau begitu aku langsung saja. Apa kau sering membiarkan He ... maksudku Maximilian masuk ke ruang OSIS dulu?" tanya Theo.

"Oh, tentu. Kenapa kau bertanya? Kalian dulu sangat akrab, Max menemanimu di ruang OSIS hampir setiap hari, sampai aku mengira kalian berpacaran." Dante terlihat terdiam, memikirkan sesuatu. "Ah, apa kalian memang pacaran saat itu?"

Sekarang He Zhao semakin bingung, seingatnya ia tidak pernah memasuki ruang OSIS. Jika perkataan Dante benar, video yang diambil Drey berarti memang benar.

"Kami tidak, aku tidak ingat pernah masuk ke ruang OSIS. Kau yakin itu aku?" tanya He Zhao.

"100%," jawab Dante disertai anggukkan. "Aku tidak mungkin salah mengenalimu. Kau satu-satunya pria Asia di angkatan kita."

Candle Within The WindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang