BAB 43 - VISITORS

7 2 2
                                    

Proses perubahan rencana menjadi hasil tidaklah mudah, perlu seribu satu cara untuk mencapai kata 'berhasil' dan seribu satu lainnya untuk 'sesuai harapan'. Standar biasa, standar manusia biasa—Cyrus tidak menerapkan jumlah itu pada rencananya. Ia ingin sesuatu yang lebih kompleks, detail, tepat, yang membuat langkahnya bisa lebih fleksibel tiap kali ia hampir menginjak ranjau.

Cyrus tidak mau seribu satu cara, ia butuh empat ratus juta cara—jumlah yang terlalu berat untuk kepalanya yang hanya berisi satu otak.

Terhitung selusin menit pria itu duduk pada bangku panjang di pemberhentian bus di depan rumah sakit umum Nevada, menghisap batang rokok ke empatnya dalam satu tarikan napas. Sekalipun agak jauh, Cyrus memaksakan diri untuk menyandarkan punggungnya pada tiang penyok korban tabrak lari pengemudi mabuk beberapa waktu lalu.

Celah bibirnya tidak pernah kosong, satu batang digantikan dengan batang lain—akan begitu seterusnya hingga Cyrus menemukan ide, solusi atas masalah yang paling mungkin datang di kemungkinan terburuk.

Rencana kunjungan ke Hoover Dam sebenarnya sudah cukup matang, sketsa dan draft sudah dibaca berulang kali hingga Cyrus hafal susunan kata dan bagian mana saja yang memiliki typo. Matang dan cukup, dua kata yang sebenarnya bagus namun masih membuat Cyrus gelisah.

Posisi mereka berada di 70 dan Cyrus tidak percaya diri dengan itu, seperti anak sekolah yang baru mempersiapkan sedikit bagian untuk ujian dan masih pesimis remidi karena dari 1-70 keyakinannya hanya ada pada angka 68.

Bus nomor enam, rute Penn Valley berhenti di depannya, Cyrus berdiri tegak saat Liam turun dari kendaraan besar itu.

Halaman rumah sakit tidak terlalu sepi saat Cyrus dan Liam tiba, tetapi masih agak jauh jika dikatakan ramai. Pasien yang berbaring pada sebuah bangsal beroda didorong keluar dari ambulan oleh dua orang perawat pria berseragam, dibawa menuju ke sisi sayap kanan rumah sakit yang Cyrus sendiri tidak tahu bagian apa.

Langkah panjangnya sempat tersendat beberapa kali sebelum benar-benar bisa mencapai pintu masuk. Pintu masuk itu dipenuhi petugas yang membuka jalan untuk bangsal beroda, kursi roda atau kumpulan orang yang bekerja sama mengangkut seseorang. Liam sempat mengedarkan pandangannya, ini bukan kali pertama ia menginjakan kaki di rumah sakit, tetapi hiruk pikuk hari itu sedikit berbeda—seolah nyawa seseorang berada di pergelangan kakinya jika ia terlambat bergeser barang satu detik.

Di situasi agak sendu haru sedikit emosional itu Liam menoleh pada Cyrus, hanya untuk mendapatkan wajah lurus aku-tidak-peduli-aku-ingin-merokok Cyrus yang bahkan tidak memancarkan empati sedikit pun. Sepasang fokus di dalam mata gelapnya hanya tertuju pada titik di depan, elevator tertutup dengan angka empat dan tanda panah menunjuk ke atas.

"Kau akan mengajak Theo?"

"Tidak, justru sebaliknya." Langkah keduanya terhenti di depan pintu besi yang tertutup—memantulkan bayangan mereka yang gepeng dan jelek. "Aku kemari untuk mencegah tim medis ikut dengan kita. Pukul dua sore shift Victor selesai, aku harus mencegahnya pergi."

"Perubahan rencana secara mendadak? Itu tidak terdengar seperti dirimu."

"Tidak berubah secara keseluruhan, aku hanya memotong bagian yang tidak perlu. Kunjungan Victor dan Theo tidak diperlukan, mereka hanya akan sama-sama berkeliling di area untuk visitor. Aku rasa itu tidak akan membantu." Pintu lift terbuka, Cyrus masuk dan membiarkan Liam menekan angka delapan. "Tidak akan ada apa-apa di sana. Akses visitor lebih sempit dari dugaanku."

"Benar juga ... akses visitor biasa memang sangat terbatas. Untuk mereka yang sebatas warga sipil tidak mungkin bisa ke sana secara langsung, yah kecuali jika memang mereka punya kenalan untuk membantu mereka masuk, adapun terkait apa yang akan kita lakukan di sana ... itu akan sangat riskan. Orang yang membantu masuk pasti akan mendapat konsekuensi, terburuknya mungkin dipecat dan lebih buruknya menghilang tanpa jejak."

Candle Within The WindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang